Saturday, September 29, 2018

Bandar Poker Online - Ngentot Suster Sexy di Kamar Mandi

Bandar Poker Online - Ngentot Suster Sexy di Kamar Mandi - Kisah ngentot suster cantik dan seksi di suatu kamar mandi rumah sakit – Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu.
Bandar Poker Terbaik - Dan dalam urusan asmara, khususnya “bercinta” saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.
Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.
Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.
Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.”Ada apa Dik?” tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali. Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.
“Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?”, tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.”Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum”, jelasnya ramah.
Mendengar kalimatnya untuk “memandikan”, saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.
“Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi”.Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.
“Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok”, elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.”Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya”, lanjut Mbak Ira lagi seolah memancing gairahku.”Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa” jawabku serius, saya tidak mau terlihat “nakal” dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.”Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket”, lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.
“Iya Mbak..”, jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku.Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.”Ahh, geli dan enak banget”, pikirku.

“Wah, kok jadi keras ya? he he he”, saya kaget mendengar ucapannya ini.”Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?”Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.

“Ahh, geli Mbak. Jangan digituin”, kataku menahan malu. “Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini”, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di”kerjain” oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.”Dik Iwan sudah punya pacar?”, tanya Mbak Ira kepadaku.”Belum Mbak”, jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.”Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi.”Belum mbak” jawabku lagi. “hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih”, lanjutnya centil.Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya “main” apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar “nakal” pikirku saat itu.”Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.”Ahh, geli Mbak”m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.”Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat”, katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.
“Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.

“Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..”, desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.
Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.

“Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget”, desahnya keras.Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.”Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.”Ih.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum.

Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
“Ahh.. ahh..”, saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.


Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera “keluar”, Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.
“AHH.. AHH.. Ahh.. ahh”, teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.

Dia terus menghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.
Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga. Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.
“Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..”, canda Mbak Ira sambil mendekati diriku.Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.”Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik “bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya. Dia merintih, “Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.”Sini mbak, saya mau menjilatnya”, jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.”Nih.. cepet hisap Wan, hisap..”, desahnya seolah memelas.Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
“Ahh.. ahh..”, desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.
Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa “horny” menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Friday, September 28, 2018

Bandar Poker Terpercaya - Aksiku Ngintip Tetangga Berbuah Kenikmatan

Bandar Poker Terpercaya - Aksiku Ngintip Tetangga Berbuah Kenikmatan - Sore itu aku terbangun, Kulihat jam di mejaku menunjukkan pukul 4.00 sore Iseng aku memanjat dinding tembok pembatas kamarku, mau ngintip tetangga sebelahku melalui ventilasi. kulihat Mas Arif dan Mbak Ayu sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Ayu yang hanya memakai baju dalam.
  
Bandar Poker Online - Aksiku Ngintip Tetangga Berbuah Kenikmatan
Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan mainnya ?” pikirku mulai tak sabaran.
Kulihat Mas Arif dan Mbak Ayu berbicara sambil berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sesekali Mbak Ayu tertawa cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif meremas payudara Mbak Ayu.
Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Ayu, menyuruh Mbak Ayu memegang penis Mas Arif. Mbak Ayu kelihatannya menurut dan memasukkan tangannya ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Ayu menolak.

“Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke” desahku dalam hati kecewa.
Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Ayu. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya ngentot tampaknya akan terpenuhi.


Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak Ayu pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Ayu hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali. Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.
“Kecil sekali, dibandingkan punyaku,” kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.
Mas Arif pun langsung menghimpit Mbak Ayu, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Ayu. Kulihat Mbak Ayu memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Ayu yang tertutup bulu jembut. Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam memek Mbak Ayu, Mas Arif langsung memeluk Mbak Ayu sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.
Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif hanya diam memeluk Mbak Ayu.


“Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku” kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.
Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan “tumpang sari” pada Mbak Ayu. Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Ayu tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Arif menyusulnya. Aku menangkap kekecewaan di muka Mbak Ayu, meski Mbak Ayu berusaha tersenyum setelah “permainan” itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Arif.

Peristiwa “observasi awal” hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Ayu dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Ayu! Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Ayu. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.

Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,
“Hai Bud, apa kabar ?” tanya Toni sambil menjabat tanganku.
“Baik“ jawabku sambil tersenyum.
“Silahkan duduk”
Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,
“Ton, aku butuh bantuanmu”
“Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?”
“Aku butuh pekerjaan”
“Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?”
“Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain”
“Hm memangnya untuk siapa ?”
“Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya”
“Aneh…tapi jika itu maumu, ya tidak apa-apa”
“Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali”
“Oke, baik kalau gitu”
“Tapi…nanti jadwal wawancaranya aku yang tentuin”
“Terserah kamu”


Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jum’at dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.
Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Ayu itu.
Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif sedang menyuci bajunya.


“Mas…….saya ingin bicara sebentar” kataku mulai membuka percakapan.
Mas Arif pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.
“Ada apa Bud ?”
“Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang” jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.
Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu
“Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!”
“Ya Mas” kataku dengan senyuman.
Dalam hatiku, aku berpikir “Habislah sudah kesempatanku !”
Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu
“Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja” Mas Arif tiba-tiba permisi.
“Eee….nggak..nggak kok Mas, saya sudah bangun nih” kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.
“Gangguin tidur kamu nggak ?”
“Ndak…ndak kok, masuk aja” kataku mempersilahkan.


Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,
“Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ?” Mas Arif bertanya.
“Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya DHL, nggak jauh kok”
“Syaratnya gimana ?”
“Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi”
“Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja” Mas Arif sepertinya keberatan.
“Enggak….nggak… koq, perusahaannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu” kataku meyakinkan Mas Arif.
“Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?”
“Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja” kataku menyarankan.
Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.


Hari ini selasa sesuai prediksiku Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.
Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
“Wa’alaikumussalam” terdengar jawaban Mas Arif dari dalam kamarnya.
Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan memakai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Ayu tampak cantik sekali.
“Bagaimana Mas, tadi ?” tanyaku
“Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara”
“Alhamdulillah, tak do’ain supaya berhasil”
“Terima kasih”
Setelah berbasa basi cukup lama, akupun permisi.
“Eehh…nanti dulu, kamu kan belum minum” Mas Arif berusaha mencegahku.
“Ayo Ayu buatkan air minumnya dong” perintah Mas Arif menyuruh istrinya, Mbak Ayu.
Aku menolak dengan halus,
“Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, aku masih ada urusan”
“Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya”
Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Ayu tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke kamarku, riang karena sebentar lagi “adikku” akan bersarang dan menemukan pasangannya.


Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Ayu sendirian di kamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.
Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,
“Assalamu’alaikum” aku memberi salam.
Lama baru terdengar jawaban,
“Wa’alaikumussalam” jawaban Mbak Ayu dari dalam kamar itu.
Pintunya pun terbuka, kulihat Mbak Ayu melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,
“Ada apa ya ?” tanyanya.
“Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.
“Oh, baiklah” kata Mbak Ayu sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
“Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif” kataku mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Ayu mempersilahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.


Di dalam kamar, aku menghidupkan komputer dan mengoperasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.
“Mbak pingin nonton ?” tanyaku sambil melihat Mbak Ayu yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
“Film apa sih ?” tanya Mbak Ayu kepadaku.
“Pokoknya bagus” jawabku sambil kemudian memberikan petunjuk bagi Mbak Ayu, bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.
Mbak Ayu hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian “intinya”.
Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Ayu.
Setelah di kamarku. melalui ventilasi kulihat Mbak Ayu menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.
Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Ayu masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Ayu menyukainya.


Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Ayu pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.
“Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh”suara Mbak Ayu mendesah–desah , tampaknya merasakan kenikmatan.
Aku kaget,
“Wah….hebat dia masturbasi” kataku dalam hati.
Ingin aku masuk ke kamar Mbak Ayu, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.


Film di komputer itu terus berjalan hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Ayu kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Ayu ternyata masih meneruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.
“Akkkhhhhhhh………” Mbak Ayu terpekik pelan menandai orgasmenya.
Sesaat setelah orgasme Mbak Ayu yang kelima akupun ejakulasi.
“Oooorghhhh………” suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.
Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Ayu nantinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.
Kemudian Mbak Ayu sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.


Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkembangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau Mbak Ayu ngomong macam macam soal Vcd itu, bisa berabe aku. Tetapi lama kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku mengintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu aku mulai mengintip, aku kaget karena kulihat Mbak Ayu dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka bersetubuh, Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Ayu kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Ayu seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.
“Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih”, pikirku.

Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, membuat Mbak Ayu tidak bisa lagi mencapai orgasme dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Ayu akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesempatanku.

Pagi itu setelah aku mandi aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Ayu yang sedang sendirian.
Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,
“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
“Wa’alaikumussalam” suara lembut Mbak Ayu menyahut dari dalam kamar.
Mbak Ayu pun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.


“Oh ya, saya lupa memberitahukan cara menghidupkan Vcd kemarin” kataku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mbak Ayu menjadi sangat serius,
“Kamu kurang ajar ya, masa’ ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak” kata Mbak Ayu sedikit keras.
Aku kaget “ternyata ia marah”, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,
“Oh ma’af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma’af kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi”
Mbak Ayu masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.
Mbak Ayu kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
“Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!”
Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,
“Alaa….Mbak jangan munafiklah, toh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala”
“Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak” bentak Mbak Ayu.
“Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Arif khan” kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.
Mbak Ayu terkejut,
“Kamu…..”
Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,
“Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Ayu, saya jamin Mbak Ayu bisa orgasme bila main dengan saya”
“Kurang ajar ! Keluar kamu !”
“Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Ayu jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mbak Ayu tidak memakai saya, seumur-umur Mbak Ayu nggak akan pernah mencapai orgasme lagi” aku mulai menghasutnya.
Mbak Ayu terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi…
“Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !”
Aku gemetar, tapi tetap berusaha,
“Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi !” kataku sedikit tegas.


Lama kulihat Mbak Ayu terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah…“Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !” kataku sambil beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mbak Ayu hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Ayu, kulihat ia menangis.

“Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak” kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku. Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mbak Ayu dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mbak Ayu hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.
Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah “lubang” birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.

“Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh” desahan Mbak Ayu mengiringi setiap tusukan jemariku.
Aku ingin membuatnya terangsang dan mencapai orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana panjang dan kolornya sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Ayu dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Ayu yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya. Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,
“Elmm…..mmmm…….emmmm” dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali, “Akhh….ooohhhh……aaahhhhh” suara Mbak Ayu mendesah kuat tanda terangsang.
Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Ayu dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.


Perlahan kubimbing Mbak Ayu mencapai puncaknya, hingga akhirnya…“Aaaaaaakkkhhhhhh……” pekikan pelan Mbak Ayu mengiringi orgasmenya. Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Ayu yang orgasme. Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme. Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Ayu mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat.
“Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh” suara Mbak Ayu mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Ayu, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Ayu, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Ayu yang indah membukit.


Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Ayu bergantian, sementara desahan Mbak Ayu terdengar halus di telingaku, “Akhh….teruuss…..teruuusss” Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Ayu, dan vagina itu semakin becek,
“Crrtt…..crrtt……slrrpp”


Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Ayu yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Ayu sedikit kaget,
“Ohhh….oomlmmm…elmmmm” Mbak Ayu tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.
Aku memang berusaha membimbing Mbak Ayu agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa memasukkan penisku, mempenetrasi vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Arif yang biasa masuk.


Sambil mencium dan merangsang pepek Mbak Ayu, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras.
Lama akhirnya Mbak Ayu mencapai orgasmenya yang kedua kali,
“Ooorrggghhhhh….”
Mbak Ayu mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.
“Aaaaaahhhhh…” suara Mbak Ayu terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum.


Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Ayu dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat. Bunyi becekpun mulai terdengar,
“Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp” suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.
“Akhhh….yaaahh…terus…” suara desahan Mbak Ayu keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya kusandarkan di pundakku, pinggul Mbak Ayu sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Ayu yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.
“Ahhh…..ahhh….aaahhh”
“Ohhh……ohhhh……..hhhh”
Suara desahanku dan Mbak Ayu terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.
Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Ayu, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.
Tanganku memegang pinggul Mbak Ayu, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang bersenggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian.


Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama “Oooohhhhhhh…..” lenguhan panjang Mbak Ayu menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi. Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Ayu dan Mbak Ayu juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.
Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Ayu ternyata menangis !
“Kenapa Mbak Ayu ? saya menyakiti Mbak ya ?!” tanyaku lembut penuh sesal.
Masih terisak, Mbak Ayu menjawab,
“Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia”
Kami berdua tersenyum, kemudian pelan aku baringkan Mbak Ayu. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali. Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Ayu ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,
“Ahhh…..ahhh….aaahhh”
“Ohhh……ohhhhChhhh”
hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.
Aku ingin melakukannya bersama dengan Mbak Ayu. Untuk itu aku memeluk Mbak Ayu, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Ayu kembali terangsang, bahkan terlalu cepat.
Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Ayu,
“Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama ya”
“Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku sudah tak tahan lagi” desah Mbak Ayu, kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya.
“Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak” kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.
Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
“Akhhh….ooohhh….ohhh” suara Mbak Ayu mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.
“Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !” suaraku mengiringi desahan Mbak Ayu, Mbak Ayu menuruti “saranku”, diapun akhirnya melepaskan orgasmenya,
“Aaaakkhhhhh…………”
“Ooorggghhhhh………” suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi orgasme Mbak Ayu. Erat kupeluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.


Setelah “permainan” itu, dalam keadaan bugil aku tiduran terlentang di samping Mbak Ayu yang juga telanjang. Mbak Ayu memelukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,
“Terima kasih Bud”
Mbak Ayu kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan menyesal melakukan ini dengan Mbak Ayu, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain dengan diriku, ini berarti aku menyengsarakan Mbak Ayu.


Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya itu dan kubelai serta kuusap pelan.
Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Ayu nantinya karena membuat dia tergantung padaku dan ternyata aku mulai mencintainya.

sekian kisah pengalamanku ngintip tetanggaku yang ml dan kurang puas dengan permainan suaminya sendiri.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Thursday, September 27, 2018

Bandar Poker Terbaik - Cerita Nikmat Mesum dengan Bibi ku Sendiri

Bandar Poker Terbaik - Cerita Nikmat Mesum dengan Bibi ku Sendiri - pengalaman berikut ini adalah cerita seks sedarah atau kisah nyata dari seorang pemuda yang beruntung bisa menikmati tubuh montok bibinya sendiri. bibiku yang sehari-harinya menggunakan hijab berkerudung cantik, membuat sang pemuda yang melihatnya lebih bersensasi untuk menikmati permainan panas dengan wanita yang umurnya lebih tua darinya. berikut kisah selengkapnya.
Bandar Poker Terpercaya - Selama ini aku punya seorang bibi. Namun karena dia masih muda, karena menjadi istri keempat dari pamanku, maka aku sering memanggilnya Mbak Ratna. Umurnya 28 tahun. Mbak Ratna adalah seorang wanita yang taat beribadah dan alim. Jika keluar rumah, ia selalu memakai jilbab lebar dan jubah terusan.
Bahkan jika dirumah sedang menunggu warungnya, ia juga pakai jilbab lebar dan jubah untuk memudahkan saat ada pelanggan. Sudah lama aku mengagumi wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih. Wajah dan suaranya yang seakan sendu dan pasrah selalu membuat birahiku meninggi saat ada didekatnya, apalagi dengan bibir indah dan hidung mancungnya.
Suatu hari aku pernah main kerumahnya dan mendapati ia sedang mandi. Aku mengintip melalui celah lubang dinding dan melihat ia sedang mandi telanjang sambil bermasturbasi. Desahan suaranya membuatku panas dingin. Apalagi sembari melihat tubuhnya yang putih montok bugil tanpa sehelai benangpun. Namun entah mengapa, aku lebih terangsang jika melihat ia memakai jilbab dan jubah panjangnya. Sensasi yang terjadi seakan lebih erotis.
Suatu saat, pamanku ditugaskan ke bandung selama 2 minggu. Aku diminta untuk terkadang menjenguk mbak Ratna, karena ia adalah istri kesayangan paman. Kesempatan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku tahu, paman adalah seorang pria yang gairah seksnya tinggi. Itu juga alasan ia mampu melayani keempat istrinya. Maka, pastilah Mbak Ratna akan merasa kesepian yang sudah ditinggal 1 minggu dan tidak merasakan belaian suaminya, merasa rindu pada belaian laki laki. Biarlah aku yang melayaninya (berharap).
Sampai dirumahnya, aku menemukan ruang depan kosong. Siang2 begini pasti Mbak Ratna menunggu warungnya di ruangan kecil dibelakang warung. Ruangan itu berisi ranjang yang biasa digunakan untuk berbaring jika menunggu warung. Mungkin Mbak Ratna sedang tidur disana. Aku berjingkat agar langkahku tak terdengar olehnya.
Sampai di ruangan itu, benar kulihat Mbak Ratna tidur. Posisi tidur Mbak Ratna telentang dan Mbak Ratna hanya memakai jubah merah muda yang tipis dan jilbab berbahan kaus yang tersingkap. jubahnya sudah terangkat sampai di pangkal pahanya, sehingga agak terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan Mbak Ratna yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan. Buah dada Mbak Ratna yang montok dan padat itu terlihat samar-samar di balik jubah coklat susunya yang tipis, naik turun dengan teratur. Jilbabnya yang tersingkap tak mampu menutupinya.
Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada Mbak Ratna terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang kecil nampak jelas. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati menarik jubah Mbak Ratna semakin keatas, sehingga Cdnya semakin jelas terlihat. Kemudian tanganku kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan Mbak Ratna yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan wanita alim yang montok itu dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.
Terlihat Mbak Ratna agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin wanita berjilbab ini mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut Mbak Ratna terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD Mbak Ratna yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya Mbak Ratna sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.
Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Kontolku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris Mbak Ratnaku tempat paling suka dicumbui, karena aku sering mengintip saat paman dan Mbak Ratna nge-seks. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah memeknya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini Mbak Ratna dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur wanita alim yang montok ini.
Sekarang kemaluan Mbak Ratna terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Ratna kutarik melebar, sehingga kedua pahanya yang montok dan putih terpentang.
Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas Mbak Ratna. Kedua lututku melebar di samping pinggul Mbak Ratna dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul Mbak Ratna. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan Mbak Ratna, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita berjilbab montok ini.
Tangan kiriku memegang batang kontolku. Perlahan-lahan kepala kontolku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan Mbak Ratna yang telah basah itu. Kepala kontolku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada memek Mbak Ratna. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Ratna dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan Mbak Ratna.
Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara Bibir kemaluan Mbak Ratna. Dari mulut Mbak Ratna tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Mbak Ratna sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan Mbak Ratna dengan menempatkan posisi kontolku di dalam lubang memek wanita berjilbab yang menggairahkan ini. Sebab itu segera kupastikan letak kontolku agar tegak lurus pada kemaluan Mbak Ratna. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing kontolku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala kontolku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ratna.
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Ratna bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan kontolku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang kontolku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut Mbak Ratna agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi kontolku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ratna dengan cepat.
Badan wanita berjilbab itu tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku. “Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas. Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan Mbak Ratna sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat kontolku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.
Meskipun Mbak Ratna meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan Mbak Ratna dengan kedua kaki Mbak Ratna yang meronta-ronta itu, kontolku yang telah terbenam di dalam memek Mbak Ratna terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam memek wanita alim yang montok ini. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.

Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan Mbak Ratna, kepalaku kuletakkan di samping kepala Mbak Ratna sambil berbisik kekuping Mbak Ratna. “Mbaak.., mbaak.., ini aku Eric. Tenang mbaak.., sshheett.., shhett..!” bisikku.
Bibiku yang alim namun montok ini masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut Mbak Ratna, aku menjilat-jilat kuping Mbak Ratna dari luar jilbab kausnya dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.

Perlahan-lahan badan Mbak Ratna yang tadinya tegang mulai melemah. Kubisikan lagi ke kuping Mbak Ratna, “Mbaak.., tanganku akan kulepaskan dari mulut Mbak Ratna, asal Mbak Ratna janji jangan berteriak yaa..?” Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut Mbak Ratna. Kemudian Mbak Ratna berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Mbak Ratna..!” Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada Mbak Ratna yang masih tertutup jubah tipis, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras. Jilbabnya yang tersibak semakin membuat wajahnya nampak semakin menggairahkan.
Rupanya meskipun wajah Mbak Ratna masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan Mbak Ratna ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi. Akhirnya dari mulut wanita alim berjilbab itu terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!” Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up. Dibawahku terlihat seorang wanita yang alim dan berjilbab, sudah tersingkap jilbabnya dan semakin bergairah kusodok-sodok dengan kontol besarku.
Dalam posisi ini, kontolku menghujam kemaluan Mbak Ratna dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan Mbak Ratna. Kepalaku tepat berada di atas kepala Mbak Ratna yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata Mbak Ratna yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa Mbak Ratna telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku.

Setelah mencabut kontolku dari dalam kemaluan Mbak Ratna, aku berbaring setengah tidur di samping Mbak Ratna. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada Mbak Ratna terutama pada bagian putingnya, dari balik jubahnya.
“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya. Sebelum menjawab aku menarik badan Mbak Ratna menghadapku dan memeluk badan montoknya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibirnya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang wanita alim itu menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu. Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Mbaak.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Mbak Ratna, Mbak Ratna sangat cantik lagi ayu..!” Sambil berkata itu kucium lagi Bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Mbak Ratna bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Mbak Ratna adalah milikku, jadi Mbak Ratna jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Mbak Ratna seutuhnya.” Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.
Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan agar ia semakin pasrah kuajak ngeseks, karena sudah berhasil dengan beberapa orang cewek lainnya. Rupanya Mbak Ratna akhirnya takluk, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.
Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping Mbak Ratna, sehingga Mbak Ratna dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu. “Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Mbak Ratna merasa sangat penuh dalam badan Mbak Ratna.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman. Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, sembari perlahan kubuka kancing jubahnya sampai perut.
Woooooow!!! Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Sepasang buah dada yang putih dan sangat montok. Putingnya yang merah sudah mengeras. Segera mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.
Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibiku yang selalu berjilbab dan berjubah lebar ini menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, Mbak Ratna belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.
Pada bagian kemaluan Mbak Ratna, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua Bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang memeknya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan wanita montok berjilbab itu bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepalaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat. Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”
Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala Mbak Ratna dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala Mbak Ratna. Rupanya Mbak Ratna maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan Mbak Ratna dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala kontol menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat.

Ketika ujung lidah Mbak Ratna mulai bermain-main di seputar kepala kontolku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku. Membayangkan seorang wanita berjilbab mengulum, menyepong kontol besarku dengan penuh nafsu, aku semakin bernafsu
Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.

Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring terlentang di samping Mbak Ratna. Kemudian sambil telentang aku menarik Mbak Ratna ke atasku, sehingga sekarang wanita berjilbab itu tidur telungkup pasrah di atasku. Badan Mbak Ratna dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kembali kusibakkan keatas jubahnya. kedua paha Mbak Ratna kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa kontolku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua Bibir kemaluan Mbak Ratna.
Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat Mbak Ratna yang tak kalah montok dengan buah dadanya, dan sentakan ke atas pantatku, maka kontolku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ratna. Amblas semua batangku. “Aaaauuugghh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan yang terdengar jalang keluar dari mulut wanita alim yang montok itu. Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa Mbak Ratna sudah mau klimaks. Mbak Ratna tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik dibalut jilbab yang memberikan sensasi sendiri untukku. matanya setengah terpejam, sedang kedua buah dadanya yang montok sekali itu bergoyang-goyang liar di atasku.
Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul Mbak Ratna yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang kontolku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika tanteku yang berjilbab itu bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam kontolku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang memek Mbak Ratna, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.
Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya Mbak Ratna tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut Mbak Ratna terlihat senyuman puas. “Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Mbak Ratna kepuasan sejati..!”
Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi dan melakukan hubungan seks lagi di kamar mandi. Dengan setengah membopong badan Mbak Ratna yang mungil itu dan kedua tangan Mbak Ratna menggelantung pada leherku, kedua kaki Mbak Ratna kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat Mbak Ratna dan menekan, kontolku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ratna
“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar erangan dan rintihan liar wanita yang biasanya alim itu, sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas. Dalam posisi ini, dimana berat badan Mbak Ratna sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh kontolku, maka dengan cepat Mbak Ratna mencapai klimaks. “Aaduhh.. Riic.. Mbaak… maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, Mbak Ratna mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.
Dengan kontolku masih berada di dalam lubang kemaluan Mbak Ratna, aku terus membopongnya. Aku membawa Mbak Ratna ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot Mbak Ratna yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan Mbak Ratna erat-erat sambil merasakan air maniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan Mbak Ratna, mengisi segenap relung-relung di dalamnya. semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti hingga menjelang fajar.
Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, dan bibiku yang berjilbab itu selalu ketagihan akan kontol besarku.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Wednesday, September 26, 2018

Agen Ceme Online - Jeritan Nikmat Memek Tante Cindi

Agen Ceme Online - Jeritan Nikmat Memek Tante Cindi - Suatu hari yang cerah pagi pagi sekali sekitar pukul 8 pagi, kenapa ku sebut pagi karena biasanya aku bangun tidur sekitar jam 11 Siang. Makanya jam 8 pagi aku sebut masih pagi-pagi sekali. setelah menjalani rutinitas keseharianku di malam hari, maklum sebagai freelance profesional alias pengacara pengangguran banyak acara. Kalo malam aku banyak menghabiskan waktu.
Agen Ceme Terbaik - “Bangun.. Bangun.. dah siang,, masih molor aja terus..” kata kakakku sambil mengoyak-mengoyak tubuhku dengan tergesa-gesa

“Apaan sih,, orang lagi enak-enak tidur di gangguin aja” kataku sembari kesal.
“Cepat bangun, aku mau nyuruh kamu ke rumah Tante Cindi, udah jangan kuatir nanti aku kasih uang bensin ama uang rokok” Sahut kakaku.


Dalam batin,, wah surprise nih fulus.. fulus.. lumayan lagi bokek untuk membasahi dompetku yang kering kerontang ini He he he he…
Segera aku bergegas bangun dari ranjang yang kumel ini.
“Udah sana buruan mandi Rif, ga enak sama Tante Cindi udah nungguin, karena kakak kemarin udah janji ma dia mau kasih uang setoran untuk bayar baju kakak, jam 8 pagi” Ucap kakakku untuk segera menyuruhku mandi.
“Oke” jawabku spontan, dalam hati berbisik kalau ada duitnya sih ga pake lama dah langsung aku kerjakan.


Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku segera keluar kamar. “Itu sarapan pagi, dimakan dulu” Kata kakakku sambil menunjuk meja makan, yang udah tersedia semangkok Soto hangat.
langsung saja aku sikat aja tuh soto yang udah menggiurkan, apalagi perut ini udah mulai berorkestra ria, karena lapar.


“Ini uang untuk bayar setoran baju kakak ke Tante Cindi” Ucap kakakku sambil memberikan uang 50.000 kepadaku.
“Dan ini untuk beli bensin dan rokok kamu!” sembari memberikan uang 50.000 juga kepadaku.
“Wah tumben-tumbenan kasih duit sebanyak ini sama aku, baru cair ya, dapat jatah bulanan dari si Brotu” kataku sambil menggoda kakakku.

Yah begitulah nasib kakakku mujur banget dia, paras cantiknya cuma dikasihkan sama Brondong Tua alias suaminya yang notabene umurannya jauh lebih tua daripada kakakku, malahan seperti bapak dengan anaknya.. Kagak seperti suami-istri dah.. Sumpeh ajib benar… Memang cinta sekarang bisa di beli dengan uang.. Hufftt.

Setelah makan pagi aku segera mengendarai motorku langsung meluncur ke TKP, ke rumah Tante Cindi yang imut-imut.
“Kak, aku berangkat dulu ya,” ucapku penuh semangat mengemban misi untuk membayar hutang kepada si Rentenir cantik.
“Ya hati-hati, ga usah ngebut naik motornya” Sahut Kakakku.


Setelah beberapa menit sampe juga aku ke TKP di rumah Tante Cindi.
Langsung saja aku ketuk pintu rumah Tante Cindi… Tok tok tok tok suara pintu berbahan kayu jati di rumah gedongan itu berbunyi.
Seketika muncul, cewek seksi membukakan pintu..
Terbelalak mata ini sampe tidak berkedip “Oh my god” pemandangan indah di pagi indah ini, sungguh anugerah yang menyehatkan mata yang masih belekan ini.
Tante Cindi masih menggunakan baju tidur alias lingerie tipis berwarna merah muda yang seksi membukakan pintu rumahnya untukku.


“Ehhhhh,, Arif,, sini masuk rumah dulu, wah pasti kamu di suruh kakak kamu ya,, tumben-tumbenan kamu main ke rumah Tante Cindi…” Ucap Tante Cindi dengan nada centilnya..
Ga pake lama langsung aja aku masuk rumah Tante Cindi dan duduk di Sofa empuknya sembari si Viktor merusak pikiran ini dan menemani mata ini yang bosan berkedip melihat kemolekan tubuh Tante Cindi.
“Bentar Rif,, Tante buatin teh hangat dulu ya” Tante Cindi yang seksi itu menawarkan kehangatan teh di pagi ini.
Tiba-tiba terdengar gonggongan dari makhkluk buncit yang berirama noise.
“Mah… Papa mo berangkat kerja dulu ya..” Suara suami Tante Cindi.
Terpapar di depanku sebuah penampakan yang menjemukan, Mas Pur suami Tante Cindi yang bertubuh buncit serta di poles lapangan golf dijidatnya lewat di depanku yang sedang duduk di sofa empuk.
“Oh Arif tho, mampir dulu pasti di suruh kakak kamu ya?,”Ucap mas Pur dengan nada ramah kepadaku.
“Ia ini mas, mau berangkat kerja ya?” Sapaku penuh malu-malu dan sungkan.
“Ia ini Rif, ya udah itu tehnya diminum ya jangan malu-malu” Kata mas Pur yang ditemani Tante Cindi diantar keluar rumahnya untuk berangkat kerja.


Brrrmmm Brrmmmm suara mobil Jazz berwarna putih mengkilap menderung… Mas pur sembari mendapat kecupan kecil dari Tante Cindi mengantar dia mengawali rutinitasnya hari ini.
“Papa berangkat dulu ma!” Kata mas Pur.
“Iya pa.. hati-hati di jalan ya!! Kata Tante Cindi,, yang membuat ku merasa iri.

Dalam batin ini berkecamuk penuh dengan perasangka buruk. Emang jaman sekarang wajah tampan tidak bisa menjadi modal untuk mendapat permaisuri cantik. Udah jamannya brotu.. brotu meraja lela mendapatkan wanita cantik dengan modal uangnya.. Bahkan pikiranku pesimis “Apakah aku harus menjadi brotu yang tajir dulu untuk mendapat cewek cantik yang bisa memuaskan hati dan menyehatkan Cucak Rowo ku ini…” tanyaku dalam batin.

Mobil mas Pur udah jalan, Tante Cindi pun kemudian menghampiriku.
“Ada apa ini, kok tumben main kesini” Nada manja Tante Cindi menanyaiku..
“Ini Tante aku disuruh kakakku untuk membayar hutang bajunya sama Tante Cindi” ucapku penuh malu-malu sambil menyodorkan uang 50 ribuan..
“Ohh itu ya,.. ia Tante terima ya. kenapa buru-buru main dulu dong ke rumah Tante,, lagian sepi nih,, Tante ga ada temannya..” Kata Tante Cindi penuh lemah lembut menggetarkan hati…
“he.. he.. he.. he..,,” tawa kecilku penuh malu-malu tapi mau.
“Kamu sekarang gede-gede kok tambah ganteng aja, padahal waktu kecil dulu kamu itu item,, tengil,, kribo pula,, sekarang kok berubah 180 derajat” Tante Cindi penuh manja menggodaku sembari dia berpindah posisi duduknya mendekatiku.


“Gimana dah punya pacar belom kamu sekarang??” tanya Tante Cindi sambil mengelus pipiku dengan tangannya yang lembut seperti busa spoon pencuci piring…
“belum kok Tante, susah mencari pacar sekarang” jawabku
“Loohh.. ganteng-ganteng kok ga laku sih wah kurang nyali pasti kamu,” sahut Tante Cindi menggodaku
“Apa perlu Tante Cindi ajarin cari pacar buat kamu, kalo Tante masih muda, Tante aja mau kok jadi pacar kamu, sayang Tante kan udah berumur.. lagi pula dah punya suami” Dengan suara centilnya Tante Cindi menggodaku
“Ahh Tante bisa aja.. ini walaupun Tante udah cukup umur tapi Tante masih cantik dan seksi malahan Tante Cindi masih kaya seumuran anak kuliahan lho.. hehehe…” Sahutku merayu Tante Cindi
“Boong kali ye… mau merayu Tante ya… Tante aja udah kepala 3 kok umurnya masak dibilang ABG masih kuliah..Pintar juga gitu kalau merayu cewek,, masak cari pacar aja ga bisa?” Sahut Tante Cindi.
“Iya beneran Tante.. Arif ga bohong.. sumpeh dah…Kalau ada edisi ke duanya cewek kaya Tante Cindi gini.. Ga Pake Lama dah Arif pacarin” Kataku sambil merayu Tante Cindi..


“Pintar juga ini adik temanku merayu cewek duh duh duh,, makin gede makin pintar aja kamu ya” sambil menempelkan bodynya yang aduhai dan jari-jari tangannya yang lentik Tante Cindi mengusap leherku.
“Ah geli Tante.. mau di geli-geli in X lainnya dong…” spontan aku berucap sungguh bergetar bulu kuduk ini diusap leher ini ama jari-jari lentik Tante Cindi…
“Duh kamu nakal deh Rif… emang kamu belum pernah di cumbu cewek ya, Tante gituin aja udah ga tahan.. hahaha” sembari ketawa kecil Tante Cindi menggoda iminku
“Pacaran aja ga pernah Tante, ngerasain yang namanya dicium cewek apalagi??? bikin penasaran, tapi apa mau di kata nasib ya nasib.” Dengan nada polos aku utarakan kejujuranku kepada Tante Cindi


“Masa seeh hari gini loohh.. ada perjaka ting tong nyangkut di rumahku,,” Tante Cindi berkata sambil centil-centil nakal
“Iya Tante sumpah demi apa aja deh asal jangan demi di kejar-kejar dedemit,, hehe” Spontan kepolosanku berucap.
“Mau ga Tante ajarin caranya” Dengan manja Tante Cindi dan menjetikkan jarinya di lingerie tepat di atas belahan toket payudaranya yang putih montok seperti pepaya belgia.. Menggodaku..
“Ohhhhh… ga kuat dah si Viktor menggerayangi pikiran ini…” Dalam batinku tersayat.


Tante Cindi penuh kehausan langsung to the Point menjulurkan lidahnya tepat dibibirku
“Enak kan…” Sahut Tante Cindi memotong aksinya.
Bibir Tante Cindi yang merah merekah langsung mencibir tepat ke bibirku ini… Lidahnya bergentayangan menggeliat membasahi bibirku. Tante Cindi penuh dengan kehausan tangannya meremas-remas payudaranya yang putih itu dihiasi lingerie tipis berwarna merah muda.. Srruuupp Srruuupp.. nada hawa nafsu dari dua bibir yang sedang bergejolak terdengar.
Aku pun tak mau kalah aku lumat bibir Tante cindi … yang merah merekah nan seksi itu.. lidah ku dan lidah Tante Cindi bertempur menggeliat geliat menari di dalam mulut saling bersahutan…Air liurnya pun ikut membasahi kehausan ini.


“Enak kan sayang”.. Tante Cindi berucap sembari dia melanjutkan pertempuran bibir ini…
Lidahnya sungguh menggelikan berputar-putar menari di bibirku, beraduan dengan lidahku yang tak mau kalah melawan kehausan Tante Cindi..
Aku hanya bisa menganggukan kepala sembari menikmati kehangatan tubuh dan bergumal berciuman dengan Tante Cindi.


Tangan Tante Cindi meraih tanganku menunjukan kepadaku bahwasanya Payudaranya ingin diremas penuh lemah lembut… Jari jari ini meremas penuh dengan kelembutan menggerayangi payudara Tante Cindi yang putih seperti pepaya Belgia itu.. ouuhh seksi sekali.. aku remas-remas.. semakin bernafsu aku mainkan jemariku di puting Tante Cindi yang merah merekah itu, Sembari lidah dan bibir ini terus bergumal penuh dengan kenafsuan.
Tante Cindi pun lebih melonggarkan lingerie yang menutupi keindahan tubuh Tante Cindi itu.. dilepas lah BH ukuran 34 itu.. di bukanya lingeri itu lebih longgar muncullah payudara yang seksi itu.


Tante Cindi memegangi kepalaku ini mengarahkan tepat di depan payudara yang seksi, putih dan segar itu.. langsung aja bibirku menuju ke payudara itu,, kulumat penuh dengan nafsu payudara Tante Cindi yang montok.. Aku julurkan lidah ku tepat di putingnya yang merah merekah penuh kehangatan itu..
Lidahku menari-nari menggeliat menjilati puting Tante Cindi.
Ohhh Ouuhhh Ahhh… sambil memegangi dan menggeleng-gelengkan kepala ku Tante Cindi menikmati lidahku menjulur membasahi dan menari-nari di putingnya…
Aku gigit kecil-kecil putingnya aku remas payudara satunya, bibirku melumat dan menghisap puting itu .. cupp cclloopp crooopp cuuppp.. aku nikmati kenyotan bibirku mengenyot puting Tante cindi..
Ohhh Ouuuuhhh AAAhhhh Tante Cindi menikmati, matanya merem melek menikmati putingnya kuhisap…
Hisap lebih kencang dong rif,, Tante Cindi berkata sambil tangannya memegangi tanganku yang meremas payudara satunya.
OOhhh Ouuhhh Tante Cindi semakin kencang berdesah, sambil menggoyang-goyangkan payudaranya yang sedang aku hisap itu.
Kami berdua larut dalam permainan sex itu dan aku terus menghisap dan mengigit kecil-kecil puting Tante Cindi yang merah merekah itu.
Tangan Tante Cindi meraih bajuku dan melucutinya membugiliku… Kehausan Tante Cindi sungguh tak terbendung langsung saja dia juga melucuti celana jeansku yang berwarna hitam itu.. Dilepaslah juga lingerie tipis merah muda Tante Cindi.

Kemudian Tante Cindi melepas celana dalamnya, tangannya memegang kepalaku ini, mengarahkan kepadaku tepat di depan memeknya yang berbulu tipis teratur. gundukan bulu kemaluan yang tertata rapi terpampang dihadapanku. Sungguh mengisyaratkan bahwa Tante Cindi cinta kebersihan dan kesehatan.. dirawatnya kebun bulu kemaluannya yang tertata rapi.

Tante Cindi memegang kepalaku.. mengarahkan memeknya tepat di bibirku… suatu isyarat kalau memeknya ingin dijilatin dengan lidahku…
Langsung saja bibir ini mengenyot memek yang merah segar itu ditumbuhi bulu kemaluan yang tumbuh rapi..
Aku ciumi memek Tante Cindi yang merah seperti daging segar itu… lidahku pun ikut menari-menari di atas mulut kemaluan Tante Cindi yang seksi itu…
Ohhhh AAAggghhhhh OOOOuuuwwwhhh Tante Cindi berdesah menikmati… tanganku pun ikut meraih vagina Tante Cindi, aku buka lebih lebar mulut kemaluan Tante Cindi supaya lidahku bisa bergeliat lebih ke dalam… Tante Cindi semakin asik menikmati permainanku,, desahan Tante Cindi pun semakin tak terbendung dan semakin kencang… lebih lebar vagina Tante Cindi terbuka lidahku semakin menjulur aku lumat dan lidahku bergeliat menari di vagina Tante Cindi… Itil Tante Cindi yang centil itu pun membuatku semakin haus, aku jilatin itil Tante Cindi dan aku gigit kecil.. kecil.. Tante Cindi yang berdiri dan aku sedang duduk.. tubuhnya terus bermolek sambil berdesah tak tertahankan…
” Enak Rif.. ouuhhh Uwwwhh Aghhhh Tante Cindi berdesah keenakan aku hisap memeknya dengan dashyat sembari lidah ini menyentil-nyentil itil Tante Cindi yang bergelayutan
Kemudian, Tante Cindi merebahkan tubuhku di atas sofa empuk…
Tante Cindi langsung ditepatkannya memeknya di atas wajahku mengisyaratkan kalau memeknya masih ingin di hisap dan di jilatin bibirku ini..
Dengan posisi tidur dan Tante Cindi diatas ku tepat memeknya di atas kepalaku aku jilatin memek Tante Cindi..
Tanganku pun ikut diraih untuk meremas-remas payudara Tante Cindi, yang tidak ingin dianggurin.


Tubuh Tante Cindi bergeliat.. memeknya bergoyang-goyang serasa haus ingin dijiliatin, dan dihisap lebih kencang..
Aku gigit kecil memek Tante Cindi sambil aku hisap dengan lebih kencang… tak kalah lidah ini menari-nari dalam vagina Tante yang sudah basah…


Tante Cindi semakin mendesah ga karuan aaahh ouuhhh ahhhhh.. aku pun semakin dasyat mencibiri memek Tante Cindi itu.. Aku kenyot lebih kencang dengan mulutku,, tanganku pun ga ikut kalah meremas-remas payudara Tante Cindi lebih kencang… Tante Cindi semakin bergoyang-goyang lebih kencang.. ditekannya lebih kedalam memeknya ke mulutku untuk di kenyot lebih kencang.. Ouuhhh Ouuhhhh Tante Cindi berdesah keasikan sambil merem melek…
Kemudian Tante Cindi berganti posisi, kami berdua memainkan posisi 69…Tante Cindi masih haus memeknya masih ingin di jilatin.. sembari dia mengulum dan menghisap kontolku yang sudah mengeras dan tegang itu.


Clurrupp Sluruppp Sluurruppp.. nada suara berdesahan bersahutan.. Aq jilatin mekinya Tante Cindi ku masukkan jariku ke memek Tante Cindi aku gesek-gesekin keluar masuk memek Tante Cindi yang semakin banjir di basahi air kemaluan.
Tante Cindi pun ga ingin kalah dia hisap kontolku yang super tegang dan keras
Sluurruupp Sluurrruuupp suara kenyotan bibir kami berdua mengenyot alat kelamin.
Ouuhhh Ahhhh semakin basah memek Tante Cindi, desahannya pun semakin meronta. lalu Tante Cindi berdiri berpindah posisi.. dia tetap diatas ku.. Diarahkannya kontolku memasuki lubang memek Tante Cindi yang udah gatal ingin digenjot itu.


Dengan penuh penghayatan Tante Cindi memasukan kontolku memasuki memeknya..oouuhh Uhhhh ahhhh desahan Tante Cindi dan desahanku bersahutan…. badan Tante Cindi bergoyang-goyang diatas badanku.. sambil naik turun secara perlahan mengatur irama memeknya yang disodokkan di kontolku…
Aku pun hanya bisa pasrah menikmati permainan Tante Cindi sambil berdesah. Tante Cindi semakin kencang naik turun menyodokan memeknya yang naik turun dimasukin kontolku..
Ouuhh Ouuhhh Ahhhh Tante Cindi berdesah keasyikan.. Dia bergoyang goyang menggerakan memeknya di genjot kontolku.. semakin kedalam dan semakin kencang Tante Cindi naik turun.. menyodokan memeknya ke kontolku.
Tante Cindi bergoyang memutar-mutarkan bokongnya.. memasukan lebih dalam kontolku di memeknya…
di tekannya lebih dalam kontolku dengan memeknya sambil menggeliat-geliatkan badan.


Ahhh Ouuwwwhh Ouuugghhh Nada desahan Tante Cindi semakin menggila sambil menggoyang-goyangkan badannya… ditekan lebih kencang Memeknya yang dimasuki kontolku itu… Ouugghh Agghhh kami berdua asik menikmati kenikmatan sex.
Berganti posisi, Tante Cindi masih diatas tapi kami duduk, aku pangku Tante Cindi diatas Sofa hijau yang empuk… Aku naikan tubuh Tante Cindi dengan tanganku dan aku naik turunkan tubuh Tante Cindi yang molek itu,, kontolku semakin kencang menyodok memek Tante Cindi yang semakin basah.. Aku sodok-sodokan kontolku ke memek Tante Cindi, aku naik turunkan tubuh Tante Cindi lebih cepat… Sambil aku kenyot puting Tante Cindi yang merah mungil itu…
Ouhhh Ouuuhhh Ahhhh desah Tante Cindi keenakan..
“Enak Rif”,,, Lebih kencang Rif Owwhhh Uhhhh Agghhhhhh.. Tante Cindi mendesah,, sodok lebih kencang kontolmu ke memek tante Rif… Hisap Memekku lebih kencang Rif… Ouuuhhh Ahhh Enak Rif… Tante Cindi berkata dan mendesah.
Jeritan desahan Tante Cindi semakin meronta dan aku semakin keras memainkan kontolku menyodok memek Tante Cindi….
Ahhhhhhhhhh Ouuhhhhhh.. aku keluar Rif… ahhhh Ouuhhhhhhh Tante Cindi sambil menghela napas…. Nikmat banget Rif… Merasakan puasnya permainan sex.


“Ganti posisi dong Rif” Ucap Tante Cindi yang masih haus….
Lalu Tante Cindi menungging, karena aku sering menonton film bokep pastinya aku udah tau dong apa yang di inginkan Tante Cindi. Dia ingin posisi Dogy Style…
Tante Cindi nungging di atas Sofa dan aku berdiri.. Aku dibelakang Tante Cindi aku masukin lagi kontolku ke memek Tante Cindi yang sudah basah itu… Aku sodok-sodokan perlahan.. Tante Cindi mendesah…. aku pun juga mendesah..
Aku atur irama sodokan kontolku ke memek Tante Cindi yang merah dan basah itu… maju mundur seperti tukang parkir…
Slurupp Slurrupp … nyoott nyoott nyottt,,,  suara kontolku menyodok-nyodok memek Tante Cindi… Ouuhhhh Aggghhhh Owwwhhh Tante Cindi meronta dan menjerit nikmat saat ku entot lebih cepat.
Terus aku atur irama … maju mundur kontolku menyodok memek Tante Cindi…. Ouuhhh Ahhhhh Tante Cindi meraih tanganku meremas Payudaranya.. jari jariku memutar di puting Tante Cindi yang imut-imut itu…
“Enak Rif.. terus Riff.. Ouuhhh Agghhhhh Ahhhhhhhh ,, desahan Tante Cindi meronta..
“Sodokin lebih dalam Rif”….


Semakin kencang aku sodokan kontolku ke memek Tante Cindi.. semakin cepat aku maju mundurkan kontolku menyodok memek Tante Cindi… Dan aku lebih tekan kontolku menyodok memek Tante Cindi…
Ahhhhh Ahhh Owwhhh terus Rif… Tante Cindi meronta keenakan … Ahhhhh Ahhhh
Owwhwhhhh.. Ahhhh Ouuuwwwggghhhhh Tante Cindi menjerit meronta.. mau keluar aku Rif lebih kencang Rif sodokanmu ..
Ouuuwwwhhhh Aggghhhhh.. Tante Cindi merasa keenakan..
AAAAGGGGHHhhhhhhhh OOwwwwhhhhhh sambil menghela napas.. hmmm hmmmmm hmmmm keluar Rif….
Tak lama kami langsung berganti posisi.. sini rif masukin lagi kontolmu ke memekku.. masih gatel neeh Rif.. memekku ingin di genjot lagi..
Tante Cindi tidur dan mengangangkan kakinya diatas Sofa….
Tanpa komando langsung aku hajar lagi memek merah.. Tante Cindi..
Aku masukin kontolku ke memek Tante Cindi… posisi Tante Cindi yang mengangkangkan kakinya lebar lebar.. aku lebih leluasa menyodokkan kontolku ke dalam memek Tante Cindi..


Aku atur perlahan-lahan maju mundur kontolku menyodok memek Tante Cindi yang merah merekah dan sudah berair itu…
Maju mundur;…. slurrruupp slurrruppp prrtt.. prrrttt suara kontolku dan memek Tante Cindi meronta… enak Rif.. enak sambil mengangkangkan kaki dan merem melek Tante Cindi pasrah aku sodok-sodokan kontolku ke memeknya.


Ohhh Ouuhhh Owwwhhh Aggghhhh Hmmm Hmmmm desah kami berdua bersahutan…
Lebih kencang Rif… Enak banget Rif… Hmmm Hmmmm Ouugghhhh Ougghhh desahan Tante Cindi…
Agghhh Aghhhh desahan ku yang merasakan kehangatan dan kegelian memek Tante Cindi yang mengenyot Kontolku.
Ouhhh Ouhhh Agghhhh nikmat Rif Terus Rif… Ahhhhgggghhh Tante Cindi meronta kegirangan…
Selang berapa waktu aku semakin sodok lebih kencang memek Tante Cindi… Kontolku sudah menegang ga karuan.. kontolku sudah tegang banget ga tahan di kenyot memek Tante Cindi yang masih rapet itu,,, aaGghhhh Gggghhhh Ouwwwhhhggg hhhhh
Ouwwhhhh… desahan ku…

Semakin kencang aku sodok.. Tante Cindi pun semakin mengakangkan kakinya dengan tangannya semakin lebar….Aaahhhh Ouuwwhhhh Srruuppp Prrttttt Hmmmmm suara desahan dan suara kontolku yang menyodok memek Tante Cindi bersahutan…GA kuat aku Tante.. mau keluar aku Tante… Ouuhhhh Agghhh Ouuhhhh sama Rif,, Tante juga horny banget mo keluar .. keluarin bareng yuk.

Tak lama kemudian kontolku terasa hangat seperti diguyur air hangat.. tanda kalau Tante Cindi dah keluar… Langsung aku sahut dengan cipratan air kenikmatan dari kontolku.. sambil aku sodokan kontolku ke memek Tante Cindi lebih kencang kami berdua meronta keenakan.
Hmmm Hmmm Hmmmm puas Rif enak banget sahut Tante Cindi… merasakan kepuasan setelah keluar
“Iya Tante enak banget.. ”” sahut aku menghela napas…
Kami berdua bergumal manja-manjaan sambil Tante Cindi mengecup keningku penuh kehangatan. menandakan kalau dia sudah puas
Bobokan dulu yuk.. Capek Rif… Pulangnya ntar dulu ya,, istirahat bentar sini aja gapapa…
Kemudian kami merebahkan badan kami berdua yang capek ga karuan setelah bertempur dengan Cinta dan Nafsu.


Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

NUSABET

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot - Aku seorang pedagang umur 35 tahun, istriku 32 tahun guru SMA. kisa...

NUSABET