Bandar Bola Terbaik - Cerita Ngentot Memek Dosen Pembimbingku - Ini terjadi beberapa waktu lalu dengan dosen pembimbingku di
perkuliahan, aku kuliah di jurasan teknik, hal ini terjadi diluar
dugaanku dan tidak ada rencana memang otak kalau di penui dengan nafsu,
dimana ibu dosenku yang bernama Ambar orangya memang cantik umurnya
sudah 40 tahun, kulitnya masih mulus dan bodynya sungguh seksi sekali.
Bandar Bola Online - Aku biasanya memanggil dosenku ini dengan sebutan “Ibu”, Ia dosen
tetap di Universitasku, bidangnya Kalkulus (untuk mahasiswa teknik pasti
tahu). Aku senang belajar dengannya, ia pandai sekali dan paham sekali
bagaimana mengajar yang baik dan ia sangat disiplin terhadap
mahasiswanya.
Saat awal-awal kuliah, tidak ada yang spesial yang terjadi antara aku
dengannya, yach biasa saja, layaknya mahasiswa yang lain, tapi tanpa
kusadari Bu Lia selalu memperhatikanku (kuketahui setelah ini).
Tapi
setelah menjelang ujian tengah semester aku mulai curiga dengan
gerak-gerik dan perhatiannya padaku. Kalau tidak salah waktu itu aku
datang agak telat sehingga pelajaran untuk sesaat berhenti. Bu lia
memperhatikanku, aku dapat bangku di urutan paling depan (yach, biasanya
bangku paling depan selalu paling akhir diisi).
Sejenak kupikir
ia melihatku terlalu lama karena aku datang telat, tapi setelah
pelajaran mulai ia selalu melirik kepadaku, dan aku sadar sekali tentang
hal itu dan aku menjadi risih karena hampir setiap 3 menit ia selalu
melirikku, dan aku lebih risih lagi ketika ia melirik bagian
selangkanganku yang waktu itu aku memakai celana yang agak ketat,
Sehingga
bagian selangkanganku kelihatan mengelembung, (mungkin penisku
kebesaran yang menurut Bu Lia setelah kejadian ini). Aku waktu itu makai
baju jungkis dan di luarnya kupakai kemeja, aku berusaha menutupi
bagian selangkanganku dengan kemeja yang kupakai sebagai jaket.
Karena
sering melirik maka ia mengajar pelajaran jadi sering salah, ini
terbukti dengan perkatannya, “Kok saya sering salah yach..” hal ini
dikatakannya setelah ia berbuat kesalahan untuk kesekian kalinya.
Dalam
hatiku berkata, makanya jangan melirik yang tidak-tidak dong. Hal itu
berlangsung hingga 3 kali pertemuan, dan juga ia sepertinya lebih
mendekatkan diri padaku, tapi aku tetap jaga image antara aku dengan
dosen tentu aku berusaha sebaik mungkin padanya walau aku bertanya-tanya
dalam hati apa ia tidak puas sama suaminya.
Hingga ujian tengah
semester berlalu, aku tahu ujianku banyak yang betul dan aku tahu
nilaiku bisa berkisar antara A atau B. Tapi saat itu ia memanggilku ke
ruangannya sehabis kuliah usai.
“Ndra.. nanti kamu ikut saya ke ruangan saya!”
“Baik, Bu.. tapi ada apa yach Bu..” jawabku ingin tahu.
“Tidak
ada apa-apa, saya ingin minta tolong pada kamu satu hal..” jawabnya
dengan penuh senyum di bibirnya yang mungil. Aku bertanya-tanya dalam
hati ada apakah gerangan, sekilas terpikir olehku ia akan mengajakku
melakukan.
Tapi kubuang pikiranku itu jauh-jauh takut-takut nanti
ia bisa mengerti pikiran orang lagi.Aku mengikutinya dari belakang
menuju ruangnya yang terletak cukup jauh dari keramaian mahasiswa. Dalam
perjalan ke sana aku berusaha untuk tetap untuk tidak negatif thinking,
Dengan
cara berbicara dengannya apa saja tentu berhubungan dengan kuliah yang
diberikannya tadi karena memang aku agak kurang paham karena pikiranku
terbelah-belah. Sesampai di ruangnya ia duduk di kursinya dan aku tetap
berdiri karena memang kebetulan di situ hanya ada satu kursi, dan aku
memberanikan diri untuk bertanya padanya.
“Ada apa yach Bu, sehingga saya harus ikut Ibu ke ruangan Ibu..?”
“Begini,
kemarin Ibu sudah membuat semua daftar nilai hasil ujian MID semua
mahasiswa yang kuliah dengan Ibu, tapi daftar tersebut tanpa sengaja
hilang entah kemana..” jelasnya.
“Jadi.. Bu..?” tanyaku tidak sabaran.
“Jadi
Ibu pingin minta tolong, sama kamu untuk membantu Ibu untuk membuat
daftar itu lagi, padahal kalau Ibu sendiri yang membuatnya harus makan
waktu 2 malam, karena harus teliti..” jelasnya lagi.
“Gimana, dengan hasil ujian saya Bu..?” tanyaku lagi untuk menyakinkan hasil dengan prakiraanku.
“Karena
itulah Ibu minta tolong sama kamu, kamu dapat nilai A untuk ujian ini,
jadi Ibu pikir kamu sanggup membantu Ibu,” pintanya dengan sedikit nada
memohon.
“Kapan Bu..?” tanyaku singkat karena aku bangga dengan hasil ujianku yang baru kuketahui.
“Kamu tidak kemana-mana kan malam ini..?”
“Tidak..”
balasku singkat. “Malam ini aja yach, kamu tau kan alamat ini,” seraya
ia sambil menyodorkan alamatnya. Tanpa sengaja kertas itu jatuh.
Aku
mengambil kertas itu dengan membungkukkan badan, ia pun berniat
menggambilnya, posisiku dengannya dekat sekali bahkan aku bisa mencium
bau parfumnya yang menggairahkan. “Maaf Bu..” ucapku padanya.
“Tidak
apa kok Ndra..” Bibirnya kecilnya sembari memberi senyuman yang
memikat. Aku bahkan bisa mencium nafasnya yang harum.Jam 7:30 malam aku
berniat menepati janjiku pada dosenku yang satu ini.
Aku mandi,
dan berdandan dengan rapi, dan tanpa menunggu lagi ku-stater Civic
Wonder-ku ke alamat yang tadi kusimpan. Tanpa kesulitan aku sampai
alamat yang dituju karena memang aku sudah hafal keadaan kotaku.
Rumahnya
besar sekali dengan 2 lantai, dengan halaman yang luas dan pagar yang
tinggi, di sisi bagian kanan belakang dapat kuterka ada kolam renang,
berarti menandakan ia orang yang cukup kaya.
Aku masuk dengan
pagar yang dibukakan oleh satpam jaga dan langsung tanpa mengetuk pintu
ia keluar dan menyuruhku masuk. Aku tertegun dengan kedaannya, ia
memakai gaun tidur berwarna kuning muda, yang tipis dan panjangnya,
hanya sampai lutut.
Rambutnya yang sebahu di biarkan tergerai, aku
terdiam beberapa saat. Betapa cantiknya dia malam itu, maupun dengan
keadaan rumahnya, ruangan tamunya tertata dengan rapi, baik perabotannya
maupun kedaan sofanya yang kelihatannya berharga jutaan rupiah, maupun
furniture lainnya.
“Hayo, masuk..! lagi mikirin apa sich..” tegurnya membuyarkan lamunanku.
“Ah..
tidak apa kok Bu..” ucapku sekenanya.Aku melangkah masuk dan duduk di
ruangan tengah karena ia menyuruhku untuk mengikutinya di ruangan itu.
“Mau minum apa Ndra..” tanya pemilik bibir manis ini.
“Apa
aja dech Bu asal jangan es teh aja Bu..” Masalahnya saat itu hujan
mulai turun dengan lebat saat aku masuk ke rumah mewah ini.
“Coklat panas, mungkin bagus yach buat kamu..” tanyanya.
“Iya
dech Bu, coklat panas aja..” Karena aku memang suka sekali
coklat.Setelah berbincang sebentar, aku menanyakan pekerjaan yang akan
kubantu. Tapi bagus juga untuk menghilangkan kekakuan antara kami.
Dan
aku jadi tahu kalau suaminya seorang pengusaha mebel dan furniture
antik dan sekarang sedang berada di luar negeri untuk mengembangkan
usahanya di sana, anaknya ada 2 orang yang besar sekarang sedang kuliah
di Jerman sekarang sudah tahun ketiga, dan yang kecil cewek masih SMU
dan lebih sering menginap di rumah neneknya karena memang rumah neneknya
dekat dengan sekolahnya.
Dan di rumah itu sekarang hanya aku dan
dia, sedangkan pembantunya, suami istri tinggal tidak jauh dari rumah
mewah ini dan datang dari pagi hingga sore. Satpam 1 orang dan akan
tetap berada di posnya hingga pagi.
Berarti hanya ada aku dan dia di rumah ini.“Oh Yach, Bu, mana hasil ujiannya..” tanyaku setelah ngalor-ngidul kemana-mana.
“Oh
iya, jadi kepanjangan ngomongnya,” seraya memberi senyuman dan tawa
kecil. Ia memintaku untuk ikut ke ruangan kerjanya yang terletak di
dalam kamar pribadinya, semula aku menolak karena tidak sopan masuk ke
kamar seorang wanita yang suaminya tidak di rumah.
Tapi karena
sedikit paksaan aku mau juga. Kamarnya besar sekali art-nya begitu
indah, dengan luas kira-kira 7 m x 5 m, bayangkan saja bathtub-nya
terletak di dalam kamar dengan gaya Romawi, sedangkan meja kerja
terletak di seberangnya 2 kursi dan di dalamnya dilengkapi televisi
layar datar 60 inci, dan elektronik lainnya.
Aku duduk di kursi
kerjanya dan tiba-tiba ia merangkulku.“Ndra.. sebenarnya tidak ada yang
namanya daftar nilai, daftar nilai hanya ada jika udah ujian semester,”
katanya begitu lembut hingga hampir seperti berbisik di telingaku.
Aku bingung, masih belum hilang bengongku ia berbisik di telingaku dan mencium telingaku.
“Ndra.. bantu Ibu ya, puaskan Ibu..”
“Tidak mungkin Bu..” aku setengah menolak tapi tidak mencegahnya untuk membuka kancing kemejaku satu persatu.
“Kamu mengerti kan, keadaan seorang istri yang sering ditinggal lama oleh suaminya,” kata Ibu Lia setengah memohon.
Detik
berikutnya aku berdiri dan membiarkan dia melucuti satu persatu
pakaianku dan sampai aku telanjang bulat, matanya tak berkedip manatap
kemaluanku yang over size, panjangnya kira-kira 20 cm dengan diameter 4
cm.
“Bu.. jangan cuma dilihat dong Bu..” kataku sedikit bercanda.
“Punyamu
besar sekali, mungkin tidak masuk semua ke dalam vagina Ibu..” balasnya
dengan nafas sedikit memburu menandakan ia terangsang dan betul-betul
bernafsu. Kemudian aku mendekatinya dan mencium bibirnya dengan lembut
serta melumat bibirnya yang kecil,
Bahkan lidah kami saling
memilin, tangan kiri menggosok tengkuk dan pundaknya sedangkan tangan
kananku meremas buah dada indah milik orang yang sebelumnya kuhormati,
putingnya kuputar dengan lembut walau masih diluar gaun sutra yang
lembut ini.
Lain halnya dengan tangan Bu Lia, tangan kanannya
mengocok-ngocok kemaluanku yang tadi sudah sedikit tegang, dan tangan
kirinya berusaha melepaskan ikatan gaun tidurnya. Aku pun membantunya
melepaskan gaun tidurnya itu, dan ia langsung bugil,
Ternyata
tanpa menggunakan BH, ia juga tidak menggunakan celana dalam, (oh yach
aku belum melihat bentuk vaginannya, karena bibir kami masih saling
melumat). Aku meneruskan aksiku ini, bahkan sekarang tangan kiriku
meremas payudara kanannya dan tangan kananku meremas pantatnya yang
aduhai (bahenol),
Bibirku menghisap bibir bawahnya, air ludah kami
bercampur terasa manis dan lidahku berusaha masuk ke dalam
bibirnya.Setelah puas berpagutan, aku mulai turun ke lehernya yang
jenjang dan terus ke tengah-tengah buah dadanya yang padat berisi yang
sedikit sudah turun, aku mendorongnya hingga ia bersandar pada dinding.
Lidahku
kemudian menghisap-hisap puting payudaranya dengan kuat, ia merintih
keenakan. “Oh.. ohhmm.. enak sayang..!” desahannya menambah semangatku
untuk menghisap lebih kuat.
Bahkan seluruh payudaranya kujilati dan kucupang dengan kuat, sehingga ia tambah kuat merintih.
“Ahh..
ahhm ohh..” Aku semangkin menggila, puas dengan yang kiri kuganti
dengan yang kanan hingga meninggalkan bekas yang memerah.
Aku
begitu gemas dengan benda kenyal yang semakin mengeras itu, makanya
kukeluarkan jurusku yang pernah kubaca di buku-buku tentang cara membuat
pasangan lebih terangsang, tapi untuk pengalamannya baru ini yang
pertama.
Aku kemudian turun ke bawah dan terus ke selangkangannya,
baunya harum, jauh dari yang kuperkirakan sebelumnya, tanpa pikir
panjang aku kemudian menjilati klitorisnya hingga semakin keras
desahannya.
“Ahh.. aahh.. ohmm.. enak sayang yach di situ..
ohmm..” Tidak puas dengan cara berdiri seperti ini aku kemudian
mengangkatnya ke atas meja dan mengangkangkan kakinya selebar mungkin
dan aku duduk di kursi.
Kemudian aku kembali mengeluarkan lidahku
dan mengulas klistorisnya dan aku berusaha memasukkan lidahku sedalam
mungkin dalam lubang vaginanya, seperti yang pernah kulihat di blue
film. Kemudian lidahku semakin ke bawah dan aku menjilati anusnya tanpa
merasa jijik.
“Kaammu.. suukaa kaan.. saayyaanng.. oh ennakh
sekaallii lidah kamu..” desahannya semakin kuat. Mungkin kalau ruangan
itu tidak kedap suara pasti sampai kedengaran hingga ruang tengah.
“Yach..
Bu.. aku akan menjilati sampai Ibu puas..” ucapku sesat melepaskan
jilatanku dan kembali menjilati anusnya, aku mengangkat kaki Bu Lia ke
atas dan kembali menjilati anusnya karena ia tahu aku menjilati anusnya
ia menahan nafasnya sehingga kelihatan seperti sedang buang air, dan
lubang anusnya perlahan membuka.
Tanpa membuang kesempatan lidah
bermain lebih dalam ke dalam lubang anusnya dan terus dan kembali ke
liang kemaluannya yang semakin banjir oleh cairan kewanitaannya lalu
kujilati dan sesaat kemudian ia memekik dengan kuat.
“Ah.. ahh..
Nddraa.. Ibuu tidak tahan lagi, masukin sakarang yach..” ujarnya di
tengah desahannya semakin menjadi yang menambah semangatku. Aku menyukai
vaginanya, habis cairannya terasa sedikit asin dan enak, mungkin gurih
bagiku.
Aku tak peduli dengan permintaannya, lidahku semakin terus
menjilati kemaluannya dan jari tengahku keluar masuk di lubang anusnya,
sampai akhirnya. “Ahh.. ohhmm.. Ibuu, maauu keluuaarr saayaanng..”
dan.. “Croott.. creett.. croot..” Tubuh Bu Lia mengejang dan kaku dan
kemudian lemas setelah mengalami orgasme yang hebat,
Llidahku
kubiarkan di dalam dan terasa otot vaginanya menjepit dan meremas
lidahku. Terbayang olehku pasti enak sekali jika batang kemaluanku yang
ada di dalam liang kemaluannya ini. Lima menit kemudian kujilati dan
kubersihkan kemaluannya dengan lidah,
Cairan maninya kujilati dan
kutelan semua, habis rasanya enak dan aku suka sekali.Ia kembali
terangsang dan aku kemudian berbisik kepadanya untuk pindah di tempat
tidur. Aku menggendongnya dan menghempaskannya di tempat tidur,
Kakinya
kubiarkan terjuntai ke bawah dan aku kembali mengangkang kakinya
lebar-lebar dan kembali kujilati kemaluannya tapi lima menit kujilati ia
duduk dan mendorong tubuhku.
“Sayang.. sini Ibu pingin ngisep
penismu..” katanya seranya memegang dan mengocok batang kemaluanku yang
tegangnya sudah maksimal. Ia berusaha memasukkan kemaluanku ke dalam
mulutnya yang mungil.
Pertama ia menjilati kepala kemaluanku,
rasanya badanku terasa kesetrum keenakan, seluruh syarafku rasanya
tegang, dan detik kemudian ia berusaha memasukkan kemaluanku yang over
long dan over size ke dalam mulutnya pertama cuma kepala penisku saja
yang masuk dan kemudian mili demi mili masuk ke dalam mulutnya, baru
setengahnya ia sudah menariknya lagi dan menjilati lagi.
“Buu..
kalau nggak bisa, tidak usah dimasukin semua Bu..” ujarku. “Tidak..!
harus masuk semua sayang..” timpalnya kembali ia berusaha memasukan
batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Baru sampai setengahnya aku menekan
pantat ke depan, tanganku memegang kepala Bu Lia.
“Ehk.. akhh..”
mulutnya tercekat tapi ia tak berusaha mengeluarkan kemaluanku dari
mulutnya, sudah 3/4 tinggal seperempat lagi dan akhirnya dengan usaha
yang cukup lama kemaluanku masuk semua ke dalam mulutnya hingga ke
pangkalnya.
Terasa sedikit ngilu ketika giginya menyetuh kepala
kemaluanku, dan terasa benar olehku kepala kemaluanku sampai di
tenggorokannya. Bu Lia menatapku dengan bangga dan kemudian mengeluarkan
dari mulutnya, dan setelah keluar ia menghisap dan mengocok serta
mengeluar-masukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Ahh.. ehh..
eennaakkhh..” ujarku sambil memegang kepalanya seolah-olah aku sedang
menyetubuhi mulutnya. 15 menit berlalu dengan posisi ini aku kemudian
mengangkatnya, dan menelentangkannya di atas spring bed mewah ini dan
mengangkangkan kakinya lebar-lebar dan mengarahkan kemaluanku ke lubang
senggamanya, kugosokkan kemaluanku pada klistorisnya, ia mendesah
keenakan.
“Oohh.. ennakhh Sayang ayo musukkan sekarang..!” Aku
mengambil posisi lurus dan menekankan pantatku secara perlahan dan
ternyata sulit juga memasukkan kemaluanku ke dalam lubang senggamanya,
padahal kupikir pasti tidak terlalu sulit karena ia sudah melahirkan 2
orang anak dari lubang ini,
Tapi ternyata masih sangat sempit dan
susah untuk dimasuki. Perlahan kumasukkan sedikit demi sedikit batang
kemaluanku ke dalam lubang senggama yang kelihatannya sangat bersih dan
lezat dijilati.
“Aahh.. aoohh.. terus.. Sayang..” rintihnya saat
kemaluanku sudah masukkan 1/3 ke dalam lubang senggamanya dan aku
kemudian menekan sedikit lebih kuat, ia memekik kesakitan.
“Auuwww.. pelan Sayang.. sakit..”
“Maaf
Bu saya bernafsu sekali.” Aku kembali menekankan pantatku perlahan dan
2/3 sudah amblas di dalam vaginanya yang kempot ke dalam.
Aku kembali menyentakkan pantatku dengan kuat dan ia kembali memekik kesakitan disertai lolongan panjang.
“Aaauuw..
ahhwww..” “Maaf Bu..” Aku menghentikan dan aku mengatakan bahwa
bagaimana kalau istrihat saja dan berhenti saja dulu, tapi ia mencegahku
dan malah ia menyuruhku untuk mengocoknya.
Aku menurun-naikkan
pantatku dengan tempo yang sangat lambat dan menekan kembali dengan
sangat lambat, mungkin dengan begini otot vaginanya akan terbiasa
menerima kemaluanku.
“Aahh.. ehhtt.. ohmm..” desahan Bu Lia
semakin membuatku bernafsu, aku merasakan seluruh kamaluanku dipijat
sangat kuat oleh otot vaginanya. Nikmat sekali rasanya.
“Buu..
ennakh.. Bu, punya Ibuu.. semppiit sekaali Buu.. ohmm..” Aku mendesah
dengan kuatnya, aku mempercepat tempo goyangan pinggulku. Keluar masuk
dan sepertinya vaginanya sudah mulai terbiasa dengan penisku yang
semakin mengeras.
Cairan pelicin vagina Bu Lia mengalir dengan
derasnya sehingga menambah mudahnya pergesekan dinding vaginanya dengan
batang kemaluanku, hingga berbunyi, “Belbb.. clebb.. bleeb..
clebb..”Lima belas menit kemudian Bu Lia sepertinya sudah ngos-ngosan,
ia mendekatku erat.
Aku semakin bersemangat menaik-turunkan
pantatku dengan cepat. Tanganku meremas payudara kanannya dengan kuat
dan putingnya kutekan dengan kuat hingga keluar air yang berwarna putih
dan ternyata itu air susu dan tanpa ampun aku menyedot puting berwarna
coklat muda itu dengan kuat kuremas payudara itu dengan kuat,
Kedua-duanya
tak luput dari hisapanku sehingga rangsangan pada Bu Lia semakin
bertambah ini ditandai dengan desahan yang semakin kuat. Akhirnya 5
menit kemudian tubuh Bu Lia menegang dan ia memeluk dengan erat sekali
dan ia berteriak.
“Ndraa.. benamkan yang dalam..” Tanpa ampun aku menusuknya dengan sangat sehingga terasa olehku pangkal rahimnya.
“Akkuu..
keluuaarr Ndrraa, oohhmm eenaakhh..” pekik Bu Lia dengan keras dan
tubuhnya terasa bergetar hebat menandakan ia benar-benar mengalami
orgasme yang hebat.
“Croott.. ccreett.. crooeett..” Mani Bu Lia
terasa sangat hangat dan banyak, mungkin sampai 7 kali semburan sehingga
terasa vagina Bu Lia becek dan dipenuhi oleh maninya sendiri.Aku
membiarkan kemaluanku di dalam vaginanya beberapa saat, kubiarkan
dosenku yang cantik ini menikmati orgamesnya sambil memilin payudaranya
supaya ia merasa kesempurnaan dari orgasme.
10 menit aku
membiarkan kemaluan yang masih tegar dan belum merasakan akan adanya
tanda akan orgasme, dan kemudian Bu Lia yang bermandikan keringat dan
begitu pun tubuhku berkata,
”Ndra.. kamu hebat sekali, aku sudah 2 kali tapi kamu belum apa-apa..
”Kemudian
aku bangkit dan mencabut penisku yang terasa licin, kemudian kujilati
lagi cairan vaginanya sampai bersih, yah hitung-hitung membangkitkan
lagi nafsu si Dosen. Aku mengambil posisi 69 dan kemudian setelah Bu Lia
kembali bernafsu aku meminta untuk bertumpu pada tangan dan sikunya.
Aku
akan melakukan doggy style. Aku memasukkan kemaluan dari belakang dan
ternyata tanpa sulit lagi kemaluanku amblas di dalam lubang kemaluannya.
“Bless..”
Kemudian aku kembali mengocok Bu Lia dengan penuh semangat, disertai
desahan dan pekikan dari Bu Lia, begitu denganku berteriak dan mendesah
dengan kuat.
“Ahh.. ohhmm.. eennaakkhh.. koccookk yang keenccang sayyaangg..” rintih Bu Lia.
Aku
menjilati lehernya dan tanpa hentinya meremas payudara yang mengeras
dan pantatku maju mundur dengan sangat erotis dan beraturan. 12 menit
kemudian Bu Lia kembali mengejang, dan mencapai puncaknya.
“Ohhmm..
akuu sampaii Ndrraa.. sayaanngg..” desahnya dengan tubuh mengejang
kaku. Aku terus mengocoknya tanpa henti bahkan ruangan itu dipenuhi oleh
bunyi buah pelir yang basah yang beradu dengan pahanya.
“Plok.. plookk..” Dan bunyi lubang senggama Bu Lia yang sedang beradu dengan batang kemaluanku.
“Bleb.. bleeb.. cleeb..” Aku tidak peduli. “Oh sayaangg aku capek.. tooloong berhentii sebbeentarr,” mohon Bu Lia.
Aku
tahu pasti rasanya ngilu dan geli sekali. Tapi aku tidak peduli bahkan
beberapa menit kemudian Bu Lia kembali mencapai orgasmenya yang keempat
dan saat itu aku sudah merasakan aku sudah hampir keluar dan aku
mempercepat goyangan pinggulku dan merubah posisiku dengan cara
menidurkan Bu Lia dan mengangkat sebelah kakinya dan memasukkannya dari
samping, dan 10 menit kemudian aku merasakan sesuatu yang sudah
terkumpul di ujung kemuluanku akan meledak.
“Aaahh.. Buu.. aakuu ssammpaii..” rintihku sampai mendekapnya dengan sangat erat.
“Buu kuukeluuarkan diimannaa.. Buu..” tanyaku dalam rintihan.
“Dii..
dalam aajaa sayaanng..” pintanya sambil mendekapku kuat. “Saayyaangg..
Iiibuu.. juugaa sampaii ssaayyaanngg kitaa saammaa saajaa.. oohhmm..”
Tubuhku merasakan tegang dan kaku, begitupun Bu Lia yang orgasme yang
kesekian kalinya, dan.. “Crreett.. ccrrot.. seerr..” Air maniku dan air
mani Bu Lia keluar bersamaan, kemaluanku sampai ke dasar rahim Bu Lia.
Rasanya
penuh sekali dan otot Bu Lia semakin kuat menjepit kemaluanku. 15 menit
aku terdiam menikmati sisa orgasmeku, begitu juga Bu Lia, kemudian
masih dalam keadaan berpagutan Bu Lia memujiku.
“Sayang, belum
pernah Ibu merasakan orgasme sampai lima kali dalam satu ronde
sebelumnya, tapi baru sekarang, kamu begitu hebat, kamu orang pertama
bermain dengan Ibu selain suami, dan biasanya suami Ibu hanya mampu
betahan cuma lima menit, padahal Ibu belum apa-apa..”
“Bu, baru
sekali ini aku bersetubuh Bu, Ibu yang mengambil keperjakaanku, rasanya
enak sekali Bu.. memek Ibu enak sekali sedotannya asyik,” balasku pada
Bu Lia.
“Kemaluanmu besar sekali Sayang, padahal kemaluan suami
Ibu 1/3-nya saja, mungkin tidak sampai, Ibu sempat berpikir apakah bisa
masuk ke dalam punya Ibu dan rasanya manimu kental sekali Sayang, sampai
sekarang rahim Ibu terasa hangat,” ujarnya.
“Boleh tidak aku
ulangi lagi..?” pintaku menatap matanya. “Tentu saja boleh Sayang, tapi
izinkan dulu Ibu istirahat sebentar yach..” Aku hanya mengangguk kecil,
dan dalam hitungan menit Bu Lia sudah terlelap, sedangkan aku setelah
mencabut batang kemaluanku kupandingi tubuh Bu Lia dan aku berpikir dan
seolah tak percaya aku telah bersetubuh dengan dosenku yang tadinya
kuhormati.
Dua jam sudah Bu Lia terlelap dan ketika ia terbangun
aku sedang asyik menjilati lubang senggamanya dan lubang anusnya. Jam
waktu itu menunjukkan pukul 12:10 karena aku sempat melirik jam dinding.
“Oh Sayang, kamu lagi cari apaan..?” tanyanya sedikit bercanda.
“Cari
Biji kerang, Bu,” balasku lagi dalam canda. Kemudian tanpa buang waktu
kusuruh ia menungging, aku mau merasakan lubang anusnya. Lalu kuarahkan
kemaluanku yang telah mengacung keras ke lubang pantatnya itu.
“Ahh, sayaangg jangan dii situu donng..”
“Blebb..” Belum habis ia bicara, kudorong pantatku dengan kuat.
“Akhh.. ehheekk..” jeritnya. “Buu, saya inngin rasakan lubang pantat Ibu..” pintaku sedikit memohon.
“Pelan-pelan
yach.. sakit Ndraa..”Aku mengocok lubang anusnya dengan penuh semangat,
kupikir Bu Lia tidak akan menikmatinya tetapi malahan ia malah cepat
keluar dan bahkan lebih banyak dan lebih sering dari yang sebelumnya dan
aku mengeluarkan spermaku di dalam anusnya hingga aku kecapaian dan
tertidur dengan pulas, begitu pun dengan Bu Lia.
Paginya kami
mengulangi lagi hingga puas, pukul 11:30 siang aku pulang karena ada
kuliah nanti jam 02:00. Di kampus aku bertemu dengan Bu Lia, ia hanya
melirikku dan memberikan senyuman sekilas.
Kulihat jalannya agak
lain, agak sedikit terangkat, katanya masih sakit di bagian anusnya,
habis memang aku memaksanya untuk bermain di situ dan ternyata lebih
nikmat. Kata Bu Lia aku yang pertama mencicipi lubang pantatnya dan
menelan maninya.
Sejak saat itu aku semakin sering bermain ke
rumah Bu Lia, yach untuk membantu Bu Lia menyelesaikan pekerjaannya
(hee.. hee.. hee..). Tentu asal Bu Lia tidak menolak, begitupun aku
selain nilai Kalkulusku A+ aku juga dikasih uang yang cukup banyak
setiap bermain dengan Bu Lia yang cantik.
Bahkan ia berjanji mau
menukar Civic tuaku dengan Escudo tahun tinggi.Perlu pembaca ketahui
kami tidak melakukan di kamar saja, tapi juga di bathtub, di ruang
tengah, ruang tamu, garasi, di kolam renang (di saat malam),
Di
kamar anak-anaknya dan di dalam mobil bahkan kami juga pernah
melakukannya di dalam kelas dan aula di saat mahasiswa telah bubar
semua. Huh.. memang dasar rezeki nomplok.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co