Bandar Capsa Terbaik - Di Paksa Melayani Nafsu Seks Pakdeku - Sejak kegadisanku hilang, aku menjadi pendiam. Keceriaan yang selama ini
menjadi ciri khasku seolah-olah hilang sirna. Aku menjadi sangat
berubah. Selangkanganku masih terasa sakit hingga beberapa hari setelah
kejadian itu.
Bandar Capsa Terpercaya - Mbak Ningsih yang selama ini sangat memperhatikanku sangat heran
melihat perubahan yang terjadi pada diriku. Akhirnya aku mengaku terus
terang kepada Mbak Ningsih tentang kejadian yang menimpaku. Ia hanya
menghela napas merasa prihatin akan musibah yang kualami.
Kira-kira satu bulan sejak aku dinodai Pakdheku, Mbak Ningsih minta
pamit kepadaku dan juga Pakdheku. Mbak Ningsih setelah lulus SMK
diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di daerah Malang dan pindah
ke Malang. Sehingga sejak saat itu aku yang baru masuk SMU harus
tinggal berdua saja dengan Pakdhe.
Suatu hari, kira-kira seminggu sejak kepergian Mbak Ningsih, saat itu
aku sedang mencuci pakaianku dan pakaian Pakdhe. Hari itu sekolahku
libur karena tanggal merah jadi aku bersih-bersih rumah. Pakdhe seperti
biasanya merapikan tanaman di halaman depan yang sudah mulai tumbuh
tidak teratur.
Setelah kuselesaikan cucianku dan kujemur, aku berniat mandi. Baru saja
mau menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba tangan Pakdhe mengganjal pintu
kamar mandi dan menyerobot masuk. Aku tidak sempat berteriak karena
tiba-tiba Pakdhe sudah memelukku. Tubuhnya yang hanya tertutup celana
kolor dan sudah basah penuh keringat memelukku erat-erat. Aku tidak
berani berteriak karena diancam kalau tidak mau melayani nafsunya aku
akan diusir dari rumah itu dan tidak dibiayai sekolahku. Aku merasa
takut sekali dengan ancamannya hingga dengan air mata yang kutahan aku
pasrah akan apa yang dilakukan Pakdhe padaku.
Tangan Pakdhe dengan cekatan melucuti dasterku, bra-ku lalu celana
dalamku hingga aku benar-benar bugil. Tanpa membuang waktu Pakdhe segera
melepas kolornya dan telanjang bulat. Batang kemaluannya yang berwarna
hitam kecoklatan masih mengkerut dan menggantung lunglai. Kemudian
Pakdhe duduk di tepi bak mandi keramik dengan kaki yang terbuka.
Ditariknya tubuh telanjangku ke dalam pelukannya dan dilumatnya bibirku
dengan rakusnya.
Mulutku masih tertutup saat lidah Pakdhe mulai mencoba menerobos masuk
ke dalam mulutku. Karena tidak tahan dengan sapuan-sapuan lidahnya yang
mendesak-desak bibirku, akhirnya bibirku pun terbuka. Pakdhe segera
menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku dan mendorong-dorong lidahku.
Mula-mula aku diam saja, namun lama-kelamaan aku jadi terangsang
juga. Apalagi batang kemaluan Pakdhe yang tadinya mengkerut
perlahan-lahan mulai mengembang dan mengganjal perutku. Aku mulai
bereaksi. Lidahku tanpa sadar membalas dorongan lidah Pakdhe.
Tubuhku mulai menggerinjal dalam pelukan Pakdhe saat tangan Pakdhe mulai
menggerayangi buah pantatku. Tangan Pakdhe dengan gemas meremas dan
memijat buah pantatku lalu ditariknya tubuhku hingga semakin ketat
lengket dalam pelukannya.
Setelah puas memainkan lidahnya dalam mulutku, tangan Pakdhe menekan
kepalaku hingga aku disuruhnya berlutut di depan selangkangannya. Batang
kemaluannya yang sudah keras nampak mengacung tegak di depan wajahku.
Ditariknya wajahku ke selangkangannya dan disuruhnya mulutku menciumi
batang kemaluannya itu. Dengan agak risi aku terpaksa membuka mulutku
dan mulai menciumi batang kemaluannya yang sudah mengeluarkan sedikit
cairan.
Kepalaku didorong maju mundur oleh tangan Pakdhe yang mencengkeram
rambutku hingga batang kemaluannya mulai bergeser keluar masuk dalam
mulutku. Kerongkonganku tersodok-sodok ujung kepala kemaluan Pakdhe yang
keluar masuk dalam mulutku. Kudengar napas Pakdhe mulai menggebu.
Batang kemaluannya semakin mengeras dalam kuluman mulutku.
Mungkin karena tak tahan, Pakdhe segera menarik tubuhku agar berdiri
lalu mendudukanku di sisi bak mandi. Mulutnya segera mencecar payudaraku
kanan dan kiri silih berganti. Aku menggelinjang hebat manakala mulut
Pakdhe dengan rakusnya mempermainkan kedua puting payudaraku. Tangan
Pakdhe pun tak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke selangkanganku
yang terbuka lebar dan mulai meremas gundukan bukit kemaluanku.
Aku sampai megap-megap mendapat rangsangan seperti itu. Aku semakin tersiksa oleh gejolak nafsu.
Mulut Pakdhe lalu merayap menyusuri perutku dan mulai menjilati
gundukan bukit kemaluanku. Dikuakkanya kedua bibir kemaluanku dengan
jari-jarinya lalu disusupkannya lidahnya ke dalam lubang kemaluanku.
Tubuhku yang duduk di sisi bak mandi hampir saja terjatuh karena
menggelinjang saat lidah Pakdhe mulai menggesek-gesek dinding lubang
kemaluanku. Tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Pakdhe dan
menekankan kepalanya agar lebih ketat menekan bukit kemaluanku.
Aku semakin blingsatan menahan rangsangan yang diberikan Pakdhe di
selangkanganku. Tanpa sadar mulutku mendesis-desis dan dudukku bergeser
tak karuan. Perutku mulai mengejang menahan desakan gejolak yang
meledak-ledak. Tubuhku terasa mulai mengawang dan pandangan mataku
nanar. Akhirnya dengan diiringi rintihan panjang aku mencapai orgasmeku.
Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba Pakdhe sudah berdiri di
hadapanku. Batang kemaluannya yang keras dicocokkan ke bibir kemaluanku
dan digesek-gesekkannya ujung kepala kemaluannya ke bibir kemaluanku
yang sudah basah dan licin. Aku menggelinjang lagi saat benda hangat itu
mulai menerobos masuk ke dalam bibir kemaluanku. Bibir Pakdhe Mitro
dengan rakusnya mulai melumat bibirku sambil mendorong pantatnya hingga
batang kemaluannya semakin melesak ke dalam jepitan bibir kemaluanku.
Aku masih duduk di bibir bak mandi sementara Pakdhe Mitro menggenjot
lubang kemaluanku sambil berdiri. Mungkin karena kesulitan bergerak,
dicabutnya batang kemaluannya dari jepitan bibir kemaluanku. Tubuhku
lalu diturunkan dari bibir bak mandi dan dibaliknya hingga aku berdiri
dengan tangan bertumpu bak mandi. Lalu Pakdhe menempatkan diri di
belakangku dan mulai mencoba memasukan batang kemaluannya ke dalam bibir
kemaluanku dari celah bongkahan pantatku.
Punggungku didorong Pakdhe agar sedikit membungkuk hingga setengah
menungging. Dipentangkanya kedua kakiku lebar-lebar lalu dicucukannya
batang kemaluannya ke gundukan bukit kemaluanku. Setelah arahnya tepat,
Pakdhe mulai mendorong pantatnya hingga kembali batang kemaluannya
menerobos masuk dalam jepitan bibir kemaluanku.
Kembali aku mulai merasa ada suatu benda hangat menyeruak ke dalam
lubang kemaluanku. Dinding-dinding lubang kemaluanka serasa
dikilik-kilik. Batang kemaluan Pakdhe yang terjepit ketat dalam lubang
kemaluanku berdenyut-denyut. Pakdhe yang napasnya mulai memburu semakin
kuat mengayunkan pantatnya maju mundur hingga gesekan batang kemaluannya
pada dinding lubang kemaluanku semakin cepat.
Pinggulku yang dipegang Pakdhe terasa agak sakit karena jari-jari Pakdhe
mulai mencengkeram. Pinggulku ditarik dan didorong oleh tangan kuat
Pakdhe seiring dengan ayunan pantatnya. Tubuhku mulai terhentak dan aku
mulai limbung. Kembali aku merasa melayang karena desakan gejolak yang
meledak-ledak. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya dan napasnya
semakin menderu.
Pantatku yang ditarik dan didorong Pakdhe maju mundur semakin cepat
bergerak. Cengkeraman jari-jari Pakdhe semakin terasa di pinggulku.
Gerakan ayunan pantat Pakdhe semakin tak terkendali. Tak lama kemudian
aku kembali mencapai orgasmeku. Pakdhe pun kukira mencapai puncak
kenikmatannya karena aku merasa ada semburan cairan hangat yang
menyemprot dari batang kemaluan Pakdhe ke dalam lubang kemaluanku dengan
diiringi geraman yang keluar dari mulut Pakdhe.
Pakdhe tetap membiarkan batang kemaluannya terjepit dalam lubang
kemaluanku selama beberapa saat. Napasnya yang mulai teratur terasa
hangat menerpa kulit pipiku. Tulang kemaluannya menekan kuat di bukit
buah pantatku. Aku merasa sedikit geli karena rambut kemaluan Pakdhe
menempel ketat dan menggesek buah pantatku. Batang kemaluan Pakdhe yang
masih keras terasa berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku.
Setelah menyemprotkan sisa-sisa air maninya batang itu mulai mengendur
dan terlepas dengan sendirinya.
Tubuhku sudah terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya memejamkan mata
karena lemas dan malu karena untuk kedua kalinya aku berhasil digagahi
Pakdheku sendiri. Aku membiarkan saja saat Pakdhe memandikanku seperti
bayi. Tangannya yang kokoh menyabuni seluruh lekuk tubuhku. Tubuhku
kembali menggerinjal saat tangannya yang kokoh mulai menyabuni
payudaraku yang baru mulai tumbuh. Putingku yang mencuat dipermainkannya
dengan gemas.
Tubuhku semakin menggelinjang saat tangannya mulai menyentuh perutku
lalu meluncur turun dan mulai menyabuni gundukan bukit kemaluanku yang
baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Jari-jarinya menyisir celah
sempit di tengah gundukan bukit kemaluanku dan berlama-lama menyabuni
daerah itu.
Aku tak berani memandang Pakdhe saat ia mengangsurkan sabun ke tanganku
dan menyuruhku menyabuninya. Dengan agak kaku tanganku mulai menyabuni
punggung Pakdhe yang kekar. Tanganku bergerak hingga seluruh punggung
Pakdhe kugosok merata dengan sabun. Lalu Pakdhe membalikkan tubuhnya
menghadapku. Tangannya mengelus-elus kedua payudaraku sementara aku
disuruhnya menyabuni tubuh bagian depannya.
Tanganku bergerak dari dada terus turun ke arah perut. Napas Pakdhe
mulai memburu saat tanganku yang dilumuri busa sabun mulai menggosok
bagian bawah perutnya. Batang kemaluannya yang tadi kendur sudah mulai
mengembang. Tanganku yang agak ragu dipegang Pakdhe dan diarahkan untuk
menyabuni daerah kemaluan Pakdhe. Rambut kemaluannya sangat lebat tumbuh
di pangkal batang kemaluannya yang mulai berdiri setengah tegak dan
mengeras. Lucu sekali kelihatannya seperti pistol namun “gombyok”. Ya!!
Kelihatannya seperti pistol gombyok!! Seperti pistol tapi lebat
ditumbuhi rambut atau gombyok!!
Aku semakin tak mampu menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam
diriku saat sapuan-sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku. Aku
menggelinjang kegelian dan melenguh. Lidah itu semakin liar bergerak
menyusuri leherku.. pundakku.. Lalu turun ke bawah ke sepanjang tulang
punggungku. Aku semakin menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke bawah
dan pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tak bertenaga. Aku
hanya pasrah saat tubuhku didorong ke tempat tidurku dan dijatuhkan
hingga aku tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku lalu ditindih oleh
sesosok tubuh yang sangat berat.
Kakiku mulai memberontak liar karena geli. Apalagi lidah itu dengan
rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat saat mulut berkumis
itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku
terangkat-angkat liar saat lidah panas itu mulai menyusup ke dalam
celah-celah bongkahan pantatku dan mulai menjilati lubang anusku. Aku
benar-benar seperti terbang mengawang. Aku belum tahu siapa yang
memelukku dari belakang dan menggerayangi seluruh tubuhku. Aku hanya
bisa merasakan dengusan napas panas yang menghembus di bongkahan
pantatku saat lidah itu mulai menjilati lubang anusku.
Aku tercekik kaget saat tubuhku dibalik hingga telentang telanjang bulat
di kasurku. Ternyata orang yang sedari tadi menggumuliku adalah Pakdhe
Mitro, orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti orang tuaku. Aku
tak tak mampu berteriak karena mulutku langsung dibekap dengan
bibirnya. Lidahku didorong dorong dan digelitik. Aku terangsang hebat.
Apalagi sejak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah-olah ada
dorongan menghentak-hentak yang menuntut pemenuhan.
Tubuhku menggelinjang saat tangan kekar dan agak kasar mulai meraba dan
meremas kedua payudaraku yang baru mulai tumbuh. Lalu kedua kakiku
dipentangkan oleh Pakdhe Mitro lebar-lebar, lalu Pakdhe menindih tubuhku
yang sudah telanjang bulat di antara kedua pahaku yang terkangkang. Aku
merasa ada benda keras seperti tongkat yang menekan ketat ke bukit
kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakan Pakdhe.
Mulut dan lidah Pakdhe tak henti-hentinya menjilat dan melumat setiap
jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibir Pakdhe bergeser menjilati
seluruh batang leherku, kemudian turun ke dua belah payudaraku. Tubuhku
semakin menggerinjal saat lidah dan mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat
kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya
payudaraku hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut Pakdhe Mitro.
Aku sangat terangsang dan sudah tidak mampu berpikir jernih. Ada sesuatu
yang mulai menggelora dan mendesak-desak di perut bagian bawahku.
Lidah Pakdhe terus merayap semakin ke bawah. Perutku menjadi sasaran
jilatan lidahnya. Tubuhku semakin menggelinjang hebat. Akal sehatku
sudah benar-benar hilang. Kobaran napsu sudah menjeratku. Pantatku
terangkat tanpa dapat kucegah saat lidah Pakdhe terus merayap dan
menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi
rambut-rambut halus. Aku merasa kegelian yang amat sangat menggelitik
selangkanganku.
Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong saat lidah Pakdhe mulai
menyelusup ke dalam bukit kemaluanku dan menggelitik kelentitku. Lubang
kemaluanku semakin berdenyut-denyut tergesek gesek lidahnya yang panas.
Aku hanya mampu menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang
menggelitik selangkanganku. Tubuhku semakin melayang dan seperti terkena
aliran listrik yang maha dahsyat.
Aku tak mampu lagi menahan gelora napsu yang semakin mendesak di dalam
perutku. Pantatku terangkat seperti menyongsong wajah Pakdhe yang
menekan bukit kemaluanku. Lalu tubuhku seperti terhempas ke tempat
kosong. Aku merasakan ada sesuatu yang meledak di dalam perut bagian
bawahku. Tubuhku menggelepar dan tanpa sadar kujepit kepala Pakdhe
dengan kedua kakiku untuk menekannya lebih ketat menempel
selangkanganku.
Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba mulutku sudah disodori batang
kemaluan Pakdhe Mitro yang tanpa kutahu sejak kapan sudah melepas
sarungnya dan sudah telanjang bulat mengangkangi wajahku. Batang
kemaluannya yang besar, hitam panjang dan tampak mengkilat mengacung di
depan wajahku seperti hendak menggebukku kalau aku menolak menciuminya.
Dengan rasa jijik aku terpaksa menjulurkan lidahku dan mulai menjilati
ujung topi bajanya yang mengkilat. Aku hampir muntah saat lidahku
menyentuh cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kemaluan Pakdhe.
Namun jepitan kedua paha Pakdhe di sisi wajahku tidak memberiku
kesempatan lain.
Aku hanya mampu pasrah dengan tetap menjilati batang kemaluan Pakdhe.
Lalu dengan paksa Pakdhe membuka mulutku dan menjejalkan batang
kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena susah
bernapas. Batang kemaluannya yang besar memenuhi mulutku yang masih
kecil.
Kudengar Pakdhe menggumam tanpa jelas apa yang diucapkannya. Pantatnya
digerak-gerakannya hingga batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku
mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku. Aku hampir tersedak saat
ujung kemaluan Pakdhe menyentuh-nyentuh kerongkonganku. Aku hanya mampu
melotot karena hampir tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram
pantat Pakdhe Mitro.
Setelah puas “mengerjai” mulutku dengan batang kemaluannya, Pakdhe
menggeser tubuhnya dan menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua
pahaku dikuaknya dan dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya
ke arah bukit kemaluanku. Aku merasa geli saat ujung kemaluan Pakdhe
mulai menggesek-gesek pintu lubang kemaluanku yang sudah basah.
Dari rasa geli dan nikmat, tiba-tiba aku merasa perih di selangkanganku
saat Pakdhe mulai menurunkan pantatnya sehingga batang kemaluannya mulai
menerobos ke dalam lubang kemaluanku yang masih perawan. Aku merintih
kesakitan dan air mataku mulai mengalir. Aku tersadar akan bahaya! Namun
terlambat. Pakdhe yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mungkin mau
berhenti. Ia hanya sejenak menghentikan gerakannya. Ia merayuku dan
mengatakan kalau sakitku hanya sebentar dan berganti rasa nikmat yang
tidak terkira.
Pakdhe menarik pantatnya ke atas hingga batang kemaluannya yang terjepit
di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan batang kemaluannya
yang besar di dalam dinding lubang kemaluanku menimbulkan rasa nikmat
seperti apa yang dikatakannya. Aku mulai dapat menikmati rasa nikmat
itu. Ini mungkin karena pengaruh teh yang kuminum sehingga aku
benar-benar belum sadar akan bahaya yang kuhadapi. Yang kuinginkan hanya
satu yaitu menuntaskan gejolak yang meledak-ledak dalam diriku.
Aku kembali merintih kesakitan saat Pakdhe mulai menekan pantatnya lagi
yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang
kemaluanku. Lagi-lagi Pakdhe membisikiku kalau rasa sakit itu akan
hilang dengan sendirinya. Ia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit
itu berganti nikmat saat batang kemaluannya ditarik keluar hingga hanya
ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku.
Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin sangat membantu pergerakan
batang kemaluan Pakdhe dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik-detik
berlalu dan sedikit-demi sedikit batang kemaluan Pakdhe meneronos
semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Pakdhe terus menarik dan
mendorong pantatnya dengan pelan dan teratur. Hingga suatu saat aku
menggigit bibirku keras-keras saat selangkanganku terasa perih sekali.
Selangkanganku terasa robek saat Pakdhe menekan pantatnya hingga batang
kemaluannya hampir masuk separuh ke dalam lubang kemaluanku.
Aku sempat menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku.
Pakdhe segera menghentikan gerakannya dan memberiku kesempatan untuk
bernapas. Aku merasa lega saat Pakdhe menghentikan gerakannya. Kini aku
dapat merasakan lubang kemaluanku seperti terganjal benda keras dan
hangat. Benda itu berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku.
Kembali rasa sakit yang tadi menyentakku berangsur mulai hilang
tergantikan rasa nikmat saat batang kemaluan Pakdhe yang semakin lancar
mulai bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku. Rasa
nikmat terus meningkat sehingga tanpa sadar aku menggoyangkan pantatku
untuk segera meraih kenikmatan yang lebih banyak lagi.
Aku seperti gila. Rasa sakit itu sudah benar-benar hilang tergantikan
rasa nikmat yang benar-benar memabukkan. Pakdhe semakin bersemangat
mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. Empat kali
mendorong lalu didiamkan dan diputar kemudian ditarik lagi. Tanpa sadar
pantatku terangkat saat Pakdhe menarik pantatnya.
Berkali-kali Pakdhe mengulang gerakannya hingga perutku terasa kejang.
Tubuhku mulai melayang. Tanganku semakin kuat mencengkeram punggung
Pakdhe untuk mencoba menahan kenikmatan yang mulai menerjangku. Pakdhe
semakin kuat mengayunkan pantatnya diiringi geramannya yang kudengar
bergemuruh di telingaku.
Mataku semakin membeliak menahan desakan yang kian dahsyat di perut
bagian bawahku. Aku hampir menjerit saat ada sesuatu yang kurasa pecah
di dalam sana. Namun bibir Pakdhe yang tiba-tiba melumat bibirku
menghentikan teriakanku. Pakdhe melumat dengan rakus kedua belah
bibirku. Aku merasa tubuhku seolah-olah terhempas di awan. Tubuhku
mengejat-ngejat saat aku mencapai puncak pendakian yang melelahkan.
Pakdhe yang bibirnya masih melumat bibirku pun mulai berkelojotan di
atas perutku. Lalu ia menggeram dengan dahsyat..
Dan akhirnya kurasakan ada semburan cairan hangat yang memancar dari
batang kemaluan Pakdhe yang terjepit dalam lubang kemaluanku. Batang
kemaluannya berkedut-kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe
masih bergerak dengan liar selama beberapa saat lalu ambruk menindihku.
Napas ku hanya tinggal satu-satu. Napas Pakdhe pun kudengar menggemuruh
di telingaku.
Air mataku mengalir saat kusadari segalanya telah terlambat bagiku.
Kegadisanku telah terenggut oleh Pakdhe. Orang yang selama ini kuanggap
sebagai pengganti ayahku. Lalu dengan lembut Pakdhe mengusap air mataku
dan berjanji akan menyayangiku sepanjang sisa hidupnya. Aku menjadi agak
terhibur dengan perkataannya.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net
No comments:
Post a Comment