Judi Bola Terpercaya - Cerita Mesum di Sungai yang Indah - kejadian ini terjadi kurang lebih 8 tahun yang lalu. Saat itu kelompok
kami 4 lelaki dan 2 perempuan melakukan pendakian gunung. Rencananya
kami akan merayakan pergantian tahun baru di sana. Sampai di tempat yang
kami tuju hari telah sore, kami segera mendirikan tenda di tempat yang
strategis.
Judi Bola Terbaik - Setelah semuanya selesai, kami sepakat bahwa tiga orang lelaki harus
mencari kayu bakar, sisanya tetap tinggal di perkemahan. Aku, Robby, dan
Doni memilih mencari kayu bakar, sedangkan Fadli, Lia dan Wulan tetap
tinggal di tenda. Baru beberapa langkah kami beranjak pergi, tiba-tiba
Wulan memanggil kami, katanya dia ingin ikut kelompok kami saja
(alasannya masuk akal, dia tidak enak hati sebab Fadli adalah pacar Lia,
dan Wulan tidak ingin kehadirannya di tenda mengganggu acara mereka).
Karena Fadli dan Lia tidak keberatan ditinggal berdua, kami (Robby,
Doni, aku dan Wulan) segera melanjutkan perjalanan. Ada beberapa hal
yang perlu aku ceritakan kepada pembaca tentang dua orang teman wanita
kami. Lia sifatnya sangat lembut, dewasa, pendiam dan keibuan.
Sifat
ini bertolak belakang dengan Wulan. Mungkin karena dia anak bungsu dan
ketiga kakaknya semua lelaki, jadi Wulan sangat manja, tapi terkadang
tomboy. Tapi di balik semua itu, kami semua mengakui bahwa Wulan sangat
cantik, bahkan lebih cantik dari Lia. Tidak berapa lama, sampailah kami
pada tempat yang dituju, lalu kami mulai mengumpulkan ranting-ranting
kering. Sambil mengumpulkan ranting, kami membicarakan apa yang sedang
dilakukan Fadli dan Lia di dalam tenda. Tentu saja pembicaraan kami
menjurus kepada hal-hal porno. Setelah cukup apa yang kami cari, Robby
mengusulkan singgah mandi dulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari
tempat kami berada. Wulan boleh ikut, tapi harus menunggu di atas tebing
sungai sementara kami bertiga mandi.
Wulan setuju saja. Singkat
kata, sampailah kami pada sungai yang dituju. Aku, Robby dan Doni turun
ke sungai, lalu mandi di situ. Wulan kami suruh duduk di atas tebing dan
jangan sekali-kali mengintip kami. Ketika sedang asyik-asyiknya kami
berkubang di air, tiba-tiba kami mendengar Wulan menjerit karena
terjatuh dari atas tebing. Tubuhnya menggelinding sampai akhirnya ia
tercebur ke dalam air. Cepat-cepat kami berlari mencoba menyelamatkan
Wulan (kami mandi hanya menanggalkan baju dan celana panjang, sedangkan
celana dalam tetap kami pakai). Robby yang pandai berenang segera
menjemput Wulan, lalu menariknya dari air menuju tepi sungai. Aku dan
Doni menunggu di atas. Sampai di tepi sungai, tubuh Wulan basah kuyup.
Sepintas kulihat lengan Robby menyentuh buah dada Wulan.
Karena
Wulan memakai T-Shirt basah, aku dapat melihat dengan jelas lekuk-lekuk
tubuh Wulan yang sangat menggairahkan. Wulan merintih memegangi lutut
kanannya. Aku dan Doni terpaku tidak tahu apa yang harus kami lakukan,
tapi Robby yang pernah ikut kegiatan penyelamatan dengan sigap membuka
ikat pinggang Wulan lalu mencopot celana jeans Wulan sampai lutut. Wulan
berteriak sambil mempertahankan celananya agar tidak melorot. Sungguh,
saat itu aku tidak tahu apa sebenarnya yang hendak Robby lakukan
terhadap Wulan. Segalanya berjalan begitu cepat dan aku tidak menyimpan
tuduhan negatif terhadap Robby. Aku hanya menduga, Robby hendak
memeriksa luka Wulan. Tapi dengan melorotnya jeans Wulan sampai ke
lutut, kami dapat melihat dengan jelas celana dalam wulan yang berwarna
off-white (putih kecoklatan) dan berenda. Kontan penisku bangun.
Robby
memerintahkan aku dan Doni memegangi kedua tangan Wulan. Seperti
dihipnotis, kami menurut saja. Wulan semakin meronta sambil menghardik,
“Rob, apa-apaan sih.., Lepas.., lepas! Atau saya teriak”. Doni secepat
kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby
setelah berhasil mencopot celana jeans Wulan, sekarang mencoba mencopot
celana dalam Wulan. Sampai detik ini, akhirnya aku tahu apa sebenarnya
yang sedang terjadi. Aku tidak berani melarang Robby dan Doni, karena
selain aku sudah merasa terlibat, aku juga sangat terangsang saat
melihat kemaluan Wulan yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam
keriting. Wulan semakin meronta dan mencoba berteriak, tapi cengkeraman
tanganku dan bungkaman Doni membuat usahanya sia-sia belaka. Robby
segera berlutut di antara kedua belah paha Wulan.
Tangan kirinya
menekan perut Wulan, tangan kanannya membimbing penisnya menuju kemaluan
Wulan. Wulan semakin meronta, membuat Robby kesulitan memasukkan
penisnya ke dalam lubang vaginanya. Doni mengambil inisiatif. Dia lalu
duduk mengangkangi tepat di atas dada Wulan sambil tangannya terus
membungkam mulut Wulan. Tiba-tiba Wulan berteriak keras sekali. Rupanya
Robby berhasil merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Secara cepat
Robby menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur.
Untuk beberapa
menit lamanya Wulan meronta, sampai akhirnya dia diam pasrah. Yang dia
lakukan hanya menangis terisak-isak. Doni melepaskan telapak tangannya
dari mulut Wulan karena dia merasa Wulan tidak akan berteriak lagi. Lalu
dia mencoba menarik T-Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan kali
ini tidak mengadakan perlawanan, hingga Doni dan aku dapat melepaskan
T-Shirt dan BH-nya. Luar biasa, tubuh Wulan dalam keadaan telanjang
bulat sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya mulus, dan buah dadanya
sangat montok. Mungkin ukurannya 36B. Doni segera menjilati puting susu
Wulan, sementara aku melihat Robby semakin kesetanan mengoyak-ngoyak
vagina Wulan yang beberapa saat yang lalu masih perawan.
Aku
sangat terangsang, lalu aku mulai memaksa mencium bibir Wulan. Ugh,
nikmat sekali bibirnya yang dingin dan lembut itu. Aku melumat bibirnya
dengan sangat bernafsu. Aku tidak tahu apa yang sedang Wulan rasakan.
Aku hanya melihat, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana
yang menguning pertanda malam akan segera tiba. Tangisnya sudah agak
mereda, tapi aku masih dapat mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras
tadi. Mungkin dia sudah sangat putus asa, shock, atau mungkin juga
menikmati perlakuan kasar kami. Tiba-tiba aku mendengar Robby menjerit
tertahan. Tubuhnya mengejang. Dia menyemprotkan sperma banyak sekali ke
dalam vagina Wulan.
Setengah menit kemudian Robby beranjak pergi
dari tubuh Wulan lalu tergeletak kelelahan di samping kami. Doni
menyuruhku mengambil giliran kedua. Aku bangkit menuju Vagina Wulan.
Sepintas aku melihat sperma Robby mengalir ke luar dari mulut vagina
Wulan. Warnanya putih kemerahan. Rupanya bercak-bercak merah itu berasal
dari darah selaput dara (hymen) Wulan yang robek. Tanpa kesulitan aku
berhasil memasukkan penis ke dalam vaginanya. Rasanya nikmat sekali.
Licin dan hangat bercampur menjadi satu. Dengan cepat aku
mengocok-ngocok penisku maju mundur. Aku mendekap tubuh Wulan.
Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas aku melumat bibir Wulan.
Doni
dan Robby menyaksikan atraksiku dari jarak dua meter. Beberapa menit
kemudian aku merasakan penisku sangat tegang dan berdenyut-denyut. Aku
sudah mencoba menahan agar ejakulasi dapat diperlama, tapi sia-sia.
Spermaku keluar banyak sekali di dalam vagina Wulan. Aku peluk erat
Tubuh Wulan sampai dia tidak dapat bernafas. Setelah puas, aku berikan
giliran berikutnya kepada Doni.
Aku lalu duduk di samping Robby
memandangi Doni yang dengan sangat bernafsu menikmati tubuh Wulan.
Karena lelah, kurebahkan tubuhku telentang sambil memandangi langit yang
semakin menggelap.
Beberapa menit kemudian Doni ejakulasi di
dalam vagina. Setelah Doni puas, ternyata Robby bangkit kembali
nafsunya. Dia menghampiri Wulan. Tapi kali ini dia malah membalikkan
tubuh Wulan hingga tengkurap. Aku tidak tahu apa yang akan diperbuatnya.
Ternyata Robby hendak melakukan anal seks. Wulan menjerit saat anusnya
ditembus penis Robby. Mendengar itu Robby malah semakin kesetanan. Dia
menjambak rambut Wulan ke belakang hingga muka Wulan menengadah ke atas.
Dengan sigap Doni menghampiri tubuh Wulan. Aku melihat Doni dengan
sangat kasar meremas-remas buah dada Wulan. Wulan mengiba, “Aduhh…,
sudah dong Ro…, ampun…, sakit Rob”.
Tapi Robby dan Doni tidak
menghiraukannya. “Oh, sempit sekali”, teriak Robby mengomentari lubang
dubur Wulan yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Robby menarik
penisnya aku lihat dubur Wulan monyong. Sebaliknya saat Robby menusukkan
penisnya, dubur Wulan menjadi kempot. Tidak lama, Robby mengalami
ejakulasi yang kedua kalinya. Setelah puas, sekarang giliran Doni
menyodomi Wulan. Melihat itu aku jadi kasihan juga terhadap Wulan. Di
matanya aku melihat beban penderitaan yang amat berat, tapi sekaligus
aku juga melihat sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini.
Setelah
Doni puas, Robby dan Doni menyuruhku menikmati tubuh Wulan. Tapi
tiba-tiba timbul rasa kasihan dalam hatiku. Aku katakan bahwa aku sudah
sangat lelah dan hari sudah menjelang gelap. Kami sepakat kembali ke
perkemahan. Robby dan Doni segera berpakaian lalu beranjak meninggalkan
kami sambil menenteng kayu bakar. Wulan dengan tertatih-tatih mengambil
celana dalam, jeans, lalu mengenakannya. Aku tanyakan apakah Wulan mau
mandi dulu, dan dia hanya menggeleng.
Dalam keremangan senja aku
masih dapat melihat matanya yang indah berkaca- kaca. Kuambil
T-Shirtnya. Karena basah, aku mengepak-ngepakkan agar lebih kering, lalu
aku berikan T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya. Robby dan Doni
menunggu kami di atas tebing sungai. Setelah Wulan dan aku lengkap
berpakaian, kami beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Robby dan Doni
berjalan tujuh meter di depanku dan Wulan. Di perkemahan, Fadli dan Lia
menunggu kami dengan cemas.
Lalu kami mengarang cerita agar
peristiwa itu tidak menyebar. Untunglah Fadli dan Lia percaya, dan Wulan
hanya diam saja. Tepat tengah malam di saat orang lain merayakan
pergantian tahun baru, kami melewatinya dengan hambar. Tidak banyak
keceriaan kala itu. Kami lebih banyak diam, walau Fadli berusaha
mencairkan keheningan malam dengan gitarnya. Esoknya, pagi-pagi sekali
Wulan minta segera pulang. Kami maklum lalu segera membongkar tenda.
Untunglah sesampainya di kota kami,
Wulan merahasiakan peristiwa ini.
Tapi tiga bulan berikutnya Wulan
menghubungiku dan dia dengan memohon meminta aku bertanggung jawab atas
kehamilannya. Aku sempat kaget karena belum tentu anak yang
dikandungnya itu adalah anakku. Tapi raut wajahnya yang sangat mengiba,
membuatku kasihan lalu menyanggupi menikahinya. Satu bulan berikutnya
kami resmi menikah. Wulan minta agar aku memboyongnya meninggalkan kota
ini dan mencari pekerjaan di kota lain. Sekarang “anak kami” sudah dapat
berjalan. Lucu sekali. Matanya indah seperti mata ibunya.
Kadang
terpikir untuk mengetahui anak siapa sebenarnya “anak kami” ini. Tapi
kemudian aku menguburnya dalam-dalam. Aku khawatir kebahagiaan rumah
tangga kami akan hancur bila ternyata kenyataan pahitlah yang kami
dapati. Akhir Desember kami menikmati pergantian tahun baru di rumah
saja. Peristiwa ini kembali menguak kenangan buruknya. Matanya
berkaca-kaca. Aku memeluk dan membelai rambutnya.
Beberapa menit
kemudian, dalam dekapanku dia mengaku bahwa sebelum peristiwa itu
terjadi, sebenarnya dia sudah jatuh cinta padaku. Dia ikut mencari kayu
bakar karena dia ingin bisa dekat denganku. Ya Tuhan, aku benar-benar
menyesal. Pengakuannya ini membuat hatiku pedih tak terkira.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment