Saturday, September 21, 2019

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot - Aku seorang pedagang umur 35 tahun, istriku 32 tahun guru SMA. kisah ini terjadi dua tahun lalu, tepatnya satu bulan sebelum puasa. Aku mempunyai pembantu namnya Dian. orangnya cukup tinggi hampir setinggi aku yaitu kira-kira 165cm, semampai, badanya langsing dengan kedua tetek yang masih sekal dan mencuat dengan ukuran teteknya kira2 34. saya hanya kira-kira aja, karena belum pernah melihatnya.
Bandar Bola Online - Dina sudah bekerja di rumah sejak empat tahun yang lalu, yaitu sejak anak kedua saya lahir. ia sangat sayang sama anak saya. istri saya pun percaya ama dia. karena istri saya bekerja maka semua urusan pengurusan rumah tangga diserahkan kepad si Dina. Dina ini hanya tamat SD sekarang umurnya sudah 17 tahun. lagi segarnya memang.
Sering Dina ini ketiduran di Sofa keluarga sambil mengendong anak saya sementara istri saya telah tertidur pulas.. dekat sofa atau didepan nya ada TV ukuran 34 Inc.. disamping sofa keluarga ada meja makan. saya biasanya suka mengetik hasil transaksi bisnis di meja makan itu sampai larut malam. karean seringnya Dina ketiduran di atas sofa depan TV, lama2 saya memperhatikan ia juga.
Cantik dan sensual juga si Dina ini pikirku. Dengan kulit bersih sawo matang, rambut terurai panjang sebahu, dan kaki jenjang… selayaknya si Dina tidak pantas jadi pembantu. saya tipe suami yang setia. belum pernah merasakan memek dan harumnya gadis lain selain istri ku. oya istriku cukup cantik dengan kulit putih mulus dan bodi bahenol. kalo sedang hubungan intim ia sangat liar sekali. nafsu sex nya sangat kuat. kembali ke DIna. kadang2 waktu ia ketiduran di sofa, belahan dadanya sedikit mengintip.Cerita Sex Pembantu Abg
pada suatu malam saya lagi pengen maen, namun istri ku lagi dapet bulan. dan seperti biasa si Dian pembantuku, ketiduran dekat sofa yang menghadap ke arah saya. saya iseng menghamprinya, dengan tangan gemetar, takut istri saya bangun.. saya belai rambutnya. ia diam aja. trus saya usap2 pipinya,.. eh..eh.. ia diem aja..trus saya mulai raba2 dadanya yang masih dalam bungkus bajunyanya, sementara anaknya ia peluk sambil tidur..saya mulai curiga ia ketiduran atau pura2 tidur.. kemudian saya kecup keningnya terus matanya dan mendarat di bibirnya.. eh,,ia diam aja.
Saya penasaran… saya mulai isep mulutnya.. dan ia bergerak pelan..saya kaget..kemudian saya lepas ciuman saya… ia tertidur lagi. trus saya cium lagi bibirnya sambil tangan saya membelai-belai teteknya masih dalam bungkus bajunya… saya jadi penasaran., ia betul2 tidur atau tidak..saya takut juga..terus saya duduk di kursi makan menenangkan diri..saya lihat si DIna masih terpenjam matanya..tiba-tiba ia bangun karena anaknya saya dipelukkan bangun minta sisu… trus si dian bikinkan susu anak saya (laki).Cerita Sex Pembantu Abg
Setelah menyuapin anak saya dengan susu, anak saya tertidur lagi,.. si Dina minta pamit ke saya untuk nidurin anak saya ke kamar anak saya yang nomor satu… saya mengangguk sambil sibuk kerja. setelah satu jam saya lihat si Dina tidak keluar dari kamar anaknya saya. saya penasaran, kenapa ia ngak keluar dari kamar anak saya. saya dekati kamar anak saya… dan saya buka pintu pelan2 takut ketahuan istri saya…tiba saya kaget ternyata si Dina tertidur pulas bersama anak saya.. dan yang lebih saya panas dingin adalah roknya tersingkap membuat paha nya mulus terbentang dalam kondisi mengangkang.
Saya masuk kekamar pelan2. trus saya berdiri disamping ranjang.. saya liaht wajah dina ia betul2 tertidur pulas… saya usap pelan-pelan celana dalam dekat memeknya pelan-pelan, sambil tangan kiri saya mengusap2 teteknya yang menonjol seski… saya terus mengusap2 memeknya,,dan setekah cukup lama saya merasakan celana dalamnya basah. saya kaget ternyata ia menikmati usapan tangan saya.
Saya mulai curiga jangan2 ia pura tidur. saya menuju mulutnya. saya kecup pelan2 mulutnya sambil tangan saya terus mengusap teteknya. mulutnya saya isep keras. terdengar lenguhan nafasnya…perutnya terangkat. dadanya ia busungkan ke atas.. aku makin penasaran. aku buka kancing bajunya diatas dadanya. sekaranag bajunya sebelas atas tersingkap. terlihat dua bukit kembar yang ranum dan montok..saya terkesima. bentuk teteknya indah sekali. masih kenceng. beda ama tetek istriku yang mulai kendor dan tidak begitu besar ukurannya.
Saya membelai teteknya dengan penuh sayang.. sekali-kali bibir saya mebngusap2 kulit teteknya yang mulus. lagi-lagi ia mendesah pelan. tangan kananku akau selipkan di antara daging tetek dan behanya.. agak sempit, saya berusaha masukin tangan saya.. hmm bukan maen..terasa daging teteknya kenyal dan dingin sejuk sekali. saya remas2 tetek berkali sambil tangan saya bergantian meremes2 teteknya. mulut saya terus mengecup bibirnya. lidah saya kadang saya masukin kedalam mulutnya. ada sedikit respon saat lidahku akau masukin kedalam mulutnya. ia sedikit mengisap lidah saya. saya tambah nyakin kayaknya ia pura-pura tidur. meskipun matanya terpenjam, namun napsu nya mulai naik.Cerita Sex Abg
Saya tak sabaran lagi pengen lihat teteknya secara utuh. saya buka tali BH nya dan sekarang teteknya betul2 dah teanjang. namun untuk jaga2 aku tetap tidak melepas bajunya yang tersingkap. hanya bhnya yang saya lepas talinya kemudian saya tarik ke atas sehingga teteknya yang montok itu menyembul keluar. saat itu juga saya langsung menyergap kedua putingnya. saya isep2 bergantian kiri dan kanan,. sementara tangan kanan saya terus memasukkain jari tangan saya kedalam memeknya..dia mengelinjang2 dengan pelan. puas mengisap putingnya.
Kontol saya sudah sangat tegang sekali. saya lepas celana pendek saya. terus memperhatikan mulutnya yang sedikit terbuka, matanya masih terpenjam, kayaknya ia pura2 tidur…trus aku naikin dadanya, posisi ia telentang pasrah. Sampai di dadanya, paha saya geser dikit ke atas. terus kontol saya yang udah asngat tegang langsung aku sodorkan kedalam mulutnya. aku masukin dengan paksa kontol ku yang besar dan tegang itu ke mulutnya.. agak susah dn ada sedikit penolakan. tetapi penolakan tersebut tidak begitu kuat. saya terus memassukkan kontol saya kedalam mulutnya.. saya majukan pelan-pelan…terasa kontol saya menyentuh giginya..ia mengerakkan giginya..wow..ia betul-betul ngak tidur.. nagk mungkin ia tidur,
Melihat ia menggerakan giginya sambil menekan kontol saya..ohghhh sensai yang luar bisa…sambil memmaju mundurklan kontol saya kedalam mulutnya, tangan saya yang kiri menjulur ke arah teteknya aku remas2 teteknya wow betul nikmatnya..ia masih perawan pikirku..dan belum pengalaman yang beginian. saya ingat istri saya..saya berdiri dari dari atas dadanya kontol saya lepaskan dari mulutnya..namun saya kaget.. pada saat kontol saya lepaskan dari mulutnya pelan2 tiba mulutnya menjepit kontolku. aku agak susah menarik kontolku… namun pelan2 akhirnya kontolku lepas.
Aku biarkan ia telentang dengan baju tersingkap dan kedua teteknya menyembul bebas dengan seksinya. aku pakai celana dan terus aku kekamar mengintip istri ku..wow ternyata ia tidurnya sangat pulas,… aku tutup pintu kamarku da kembali kekamar anakku yang ada si Dnna.. begitu aku lihat di ranjang, posisi Dina tidak berubah posisinya.. aku semakin dapat angin. kontol masih tegang dan tidak turun2… aku elus memeknya masih pakai celan dalam.
Memeknya dah basah sekali. aku buka celan dalamnya pelan2 terus, aku pelorotkan sampai ke mata kakinya, aku ngak berani melepas total celana dalamnya. pelan2 aku naikin dia dan kontolku aku arahkan ke lobak memeknya yang bsah itu.. aku bimbing kontol ku yang panjang dan tegang ke arah lobang memeknya. kakinya aku reanggangkan.. lobang memeknya masih sempit. kuliahat wajahnya pasarh dan mata nya tetap terpenjemn dan kelihatan mulutnya bergeraka menahan nikmat.. ia pura2 tidur. tetapi saya ngak peduli yang pemting aku lagi masukin kontolku ke memeknya….sempit. dan susah sekali masuk kontolnya. ia mendesah pelan-pelan.
Badan ku aku rebahkan diatas bdannya. teteknya menekan dadaku.wow nikmat banget.. tiba-tiba tanganya ia rangkulkan ke leherku dan menekan2 pinggulnya ke arah kontol ku yang sedang bersusah payah menuju lobang kenikmatannya. pelan2 kontol ku masuk..dan seperti batang kontolku telah amblas. ia merintih2 ngak karuan tetapi dengan mata yang masih terpenjamn. mulutnya aku ciumi lagi dengan ganasnya…ia membalas ciuman ku.
Sekarang ia dah mulai menghisap2 lidahku dan mengginggit ujung lidah dengan pelan.. napsu ku tak karuan.. ia terus menekan pinggulnya ke arah kontol..tibah ia tersendak oughhh.ooughhh..oughh… bersamaan dengan terasa kontol ku menembus sesuatu.. aku lihat kebawah pada saat aku maju mundurkan kontolku..ada warna merah mudah di batang kotolku yang lagi maju mundur tersebut…aku kaget dan ngak sadar ternyata aku telah memecah perawanya.. tetapi ia kelihatan senyum tipis,
Wajahnya menegang… ada rasa penyesalan..namun kenikmatan duniawa mengalahkan semuanya.. akhir aku genjot kontol keluar masuk memeknya sambil tanganku tak henti2nya meremas2 kedua tetek nya seksi.. sementara mulutku terus mengisap2 lidahnya dan mencupang lehernya…..ough..nikmat.. tiba-tiba ia mengejang bersaman dengan itu akupun menyemburkan air mani panas kelobang memeknya. cukup banya air mani….yang masuk kelobang memeknya..akhir aku lemas.. dan diam-diam aku tarik kontoku dari lubang memeknya.
aku turun dari ranjang. aku lihat anakku masih tidur pulas. dan pembantuku Dina juag dalam keadaan tidur pulas… dan matanya terpenjamn. aku rapikan pakaiannya setelah celana dalam dan bhnya aku kancingin lagi… aku keluar kamar anakku.. masuk ke kamar tidurku dan kulihat istri tidur dengan pulas., untung ia ngak bangun.
Besok paginya aku bangun, istriku dah berangkat kerja. kulihat Dina, sikapnya menunjukkan biasa saja…ia sempat tanya ke saya,.. pak semalam aku mimpi aneh deh…kok lain dan anuku terasa perih…terus ia bilang kenapa ada warna merah ya pak di paha dan dalam celananya..ia nanya dengan lugu.. aku pura ngak tahu…namun kelihatan ia puas. sambil tersenyum ia pergi kekamar mandi sambil nyuci baju.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Friday, September 20, 2019

Bandar Bola Online - Kisah Nikmat Memperkosa Memek Sempit

Bandar Bola Online - Kisah Nikmat Memperkosa Memek Sempit - Pagi ini Rani berpakaian rapi seperti biasanya. Gadis langsing berkulit bersih itu mengenakan seragam sekolahnya, kemeja OSIS berpasangan dengan rok berwarna abu-abu, ditambah balutan jas almamater berwarna cokelat muda. Rambutnya yang lumayan pendek -tidak sampai menyentuh bahu- malah membuat Rani semakin manis. Sebagai siswi SMK jurusan pariwisata yang sedang kerja praktek di sebuah hotel mewah, Rani mendapat tugas sebagai asisten receptionist.
Bandar Bola Terpercaya - Namun pagi ini, rupanya masih terlalu pagi sehingga mungkin sang receptionist malas menemani Rani. Demikian juga dengan kawan kerja prakteknya yang juga ditempatkan di bagian reception, masih belum terlihat juga batang hidungnya. Untungnya pagi ini tidak terlalu ramai. Tamu-tamu sangat jarang yang check in pada jam-jam ini. Tamu yang check out juga bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar tamu hotel sedang menikmati makan paginya di coffeeshop hotel.
Karena reception masih sepi sepi saja, Ranipun duduk dan melirik jam tangannya. Hampir pukul tujuh pagi. Mestinya sang mitra kerja praktek yang juga berasal dari sekolah yang sama sudah datang. Sehingga walaupun tidak ada pegawai hotel yang menemani, Rani tidak perlu sendirian disini. Gadis itu kemudian menghela napas. Perasaan bingung kembali bergelayut dihatinya. Jika saja, jika saja, ia sudah benar benar bekerja di hotel ini, mungkin ia tidak segalau ini.
Hemodialisa. Satu kata itu benar benar mengerikan bagi Rani sekarang. Mungkin bagi orang berpunya, akan enteng saja dijalankan. Namun baginya, lain cerita. Ibunya telah divonis pembengkakan jantung. Dan setelah analisa dokter, penyebabnya adalah gagal ginjal.
Hemodialisa. Benar, cuci darah. Rani menghela napas lagi. Hemodialisa harus dilakukan ibunya seminggu dua kali. Seminggu, dua kali. Berapa biayanya itu? Tujuh ratus lima puluh ribu, sekali tindakan. Satu juta lima ratus ribu, setiap minggu. Enam juta setiap bulan. Seumur-umur Rani belum pernah memegang uang sebanyak itu. Namun pengobatan mahal itu mutlak dilakukan. Jika tidak, Ibunya akan mati lemas.
Rani tumbuh besar menjadi seorang gadis remaja tanpa merasakan kasih sayang seorang ayah. Ayahnya meninggal ketika Rani masih berusia delapan bulan karena kecelakaan. Sejak saat itu, Ibunya yang bekerja serabutan sebagai tukang cuci atau pembantu rumah tangga yang pulang hari, harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri dan Rani. Dan Rani bukan gadis yang tidak tahu diri. Prestasinya di sekolah selalu baik. Gadis itu tahu sang ibunda selalu bekerja keras agar dirinya mendapat pendidikan yang layak. Karena itu, Rani sudah bertekad akan secepat mungkin bekerja, untuk membantu meringankan beban ibunya. Itulah alasan ia memilih untuk sekolah di SMK.
“De’.…”, tiba-tiba terdengar suara memanggil.
Rani masih diam.
“Hei, De’….”
Rani terkejut. Seketika ia mendongakkan kepalanya. Lebih terkejut lagi ia mendapati sosok yang memanggilnya berwajah tampan. Pemuda berusia di akhir usia duapuluhan, atau awal tigapuluhan. Ia mengenakan kemeja putih berpasangan dengan pantalon berwarna krem.
“Sendirian disini? Receptionistnya mana? …”, ujarnya.
Rani seperti tersihir. Entah kenapa. Laki laki ini begitu tampan. Apakah dia mau menologku? Tiba tiba terpikir pertanyaan aneh di benak Rani.
“Lho, kok nangis?”, pemuda itu bertanya bingung seiring dengan air mata Rani yang tiba-tiba mengalir.
Rani terkesiap. Dengan tergesa-gesa ia menghapus air matanya. “Eh iya Pak? Maaf… maaf… tadi… eh.. Bapak mau check out?”, Rani gelagapan.
Si pria tampan tersenyum geli. “Nggak, saya nggak mau check out. Saya kan kerja disini”, ujarnya lembut.
“Hah?”, Rani terlihat bingung.
“Kamu nggak kenal saya?”, senyum pria tampan itu kembali menghiasi wajahnya. Membuat Rani seakan limbung. “Tadi kenapa, kok nangis Ran? Eh kamu dipanggil Rani kan?”
Astaga, kenapa dia tahu nama aku? tanya Rani dalam hati. Tapi gadis itu hanya mengangguk.
“Nah, mau cerita kenapa tadi kamu nangis?”, si tampan malah menatap Rani. “Diputusin pacar ya Ran?”, kemudian ia tersenyum simpul.
“Ah, Bapak… bisa aja…”, Rani kembali mengusap matanya. “Rani belum punya pacar Pak…”, gadis itu mencoba menyunggingkan senyum.
“Terus kenapa dong?”, si tampan kembali bertanya.
“Ah nggak apa apa Pak…”, jawab Rani.
“Terus kenapa nangis?”, si tampan mengejar terus. “Ada yang bisa aku bantu?”, si tampan kembali menatap Rani dengan lembut.
Rani menatap pria tampan itu dengan ragu-ragu. Kondisi Rani sekarang sudah jelas membuat gadis itu memerlukan bantuan. Bantuan dana. “Rani butuh uang Pak..”, ujar Rani tanpa sadar. Seketika gadis itu menutup mulutnya. “Eh… aduh… maaf Pak….”, wajah gadis itu seketika menjadi panas.
“Buat beli pulsa?”, si tampan nyengir kuda.
“Ah enggak… enggak…”, ujar Rani kembali gelagapan. “Bu… buat cuci darah…”, karena kalut dan malu, Rani malah berkata jujur. “Eh.. aduh… “, gadis itu kembali menutup mulutnya.
Raut wajah si tampan berubah serius. “Cuci darah Ran? Siapa? berapa kali seminggu?”
Rani terdiam. Sekarang sudah tidak ada gunanya lagi menutup-nutupi. Tanpa sadar, gadis itu sudah terlalu banyak bicara. “Ibu. Dua kali seminggu”, ujar Rani akhirnya.
“Ooo..”, jawab si tampan. Ia langsung mengeluarkan buku cek. Setelah menulis sesuatu disitu, kemudian ia merobeknya selembar dan menyodorkannya pada Rani. “Ini saya kasih cek aja. Mestinya cukuplah, untuk beberapa minggu. Tinggal diuangkan saja”, ujarnya.
Rani melongo. “Pak.. aduh..”, tiba tiba lidah Rani langsung kelu.
“Jangan banyak komentar. Ambil saja. Nanti kamu boleh minta lagi kalo sudah habis”, jawabnya cepat. Tapi Rani masih terlihat bingung. “Cepat. Itu receptionist-nya datang. Enggak enak kalau kelihatan dia”, ujar si tampan ketika melihat seorang gadis berusia duapuluhan masuk ke ruangan yang ada di dekat situ. Ruangan itu memiliki selasar yang menembus di bagian belakang ruang reception.
Rani masih bingung. Tapi melihat si tampan menatapnya dengan tajam, membuat gadis itu terpaksa mengambil lembaran cek yang disodorkannya. Rani sempat melihat jumlah nominal yang tertera di atasnya. Lima belas juta rupiah. Jantung Rani seakan berhenti ketika menyadarinya. Dan ia hampir melompat karena kaget ketika mendengar pintu dibelakangnya tiba tiba membuka.

“Pagi Pak…”, si receptionist menyapa sambil sedikit membungkuk ketika melihat si tampan.
“Pagi…”, si tampan membalas sambil tersenyum. “Saya naik dulu ya”, ujarnya kemudian sambil berbalik badan.
“Baik Pak”, si receptionist kembali sedikit membungkuk. Tapi si tampan tidak menoleh. Beberapa saat kemudian ia lenyap dibalik pintu elevator.
“Eh.. mbak… bapak itu tadi siapa ya?”, tanya Rani bingung.
“Hah? Aduh Rani, masa lu nggak tahu itu siapa? itu Pak Anthony, yang punya hotel ini!”, seru si receptionist. “Tapi dia emang jarang nongol sih disini”
“Hah? masa? aduh, aku kirain tamu!”, wajah Rani tiba-tiba berubah pias. “Abis kelihatannya masih muda”

“Emang. Tigapuluh tahunanlah”, jawab si receptionist. “Pak Anthony resmi jadi pemilik hotel ini, dua tahun yang lalu. Setelah kedua orang tuanya meninggal. Tragis. Ibunya gantung diri. Sementara ayahnya, pemilik awal hotel, yang waktu itu masih di Malaysia, malah meninggal karena kecelakaan disana. Dia sempat stress berat dan hampir bunuh diri karena itu. Tapi untung aja ada yang menyadarkannya. Dia langsung mengambil kendali hotel, meningkatkan fasilitasnya sampai jadi bintang lima. Tapi banyak orang yang bilang, sepeninggal ayah ibunya, Pak Anthony menjadi berbeda..”
Rani belum sempat buka mulut ketika pintu dibelakang mereka kembali membuka. Seorang gadis yang berpakaian sama dengan Rani tampak tergopoh-gopoh masuk. “Maaf mbak Clara, aku telat…”, ujarnya sambil tersengal-sengal.
Receptionist yang rupanya bernama Clara itu tersenyum sambil berujar, “Lagi-lagi telat, Dian?” Rani berdiri mematung di depan pintu jati yang kokoh. Belum sempat gadis itu menggerakkan tangan hendak mengetuk, pintunya membuka.
“Ah, datang juga, akhirnya!”, Anthony berujar dengan wajah cerah. Pemuda itu langsung mempersilahkan Rani masuk. Anthony tampil rapi seperti biasanya. Namun mungkin karena hari ini hari minggu, ia tidak mengenakan dasi. Pemuda itu mengenakan pantalon hitam berpasangan kemeja lengan pendek berwarna kuning gading.
Rani duduk di hadapan sofa berhadapan dengan Anthony yang duduk di meja kerjanya. Gadis itu kikuk luar biasa. Kembali ke hotel ini lagi, bukan sebagai siswi PKL melainkan sebagai tamu dari Anthony, yang tidak lain adalah pemilik sekaligus direktur hotel, membuat gadis itu gugup. Terlebih lagi Anthony sudah tahu maksud kedatangan dirinya.
“Jadi, Ibumu sehat, Rani?”, tanya Anthony sambil menulis buku cek.

“I… iya, Pak…”, jawab Rani.
“Syukurlah”, jawab Anthony. “Berarti Rani sekarang kelas tiga dong ya? Naik kelas kan?”
“Eh… iya, kelas tiga sekarang Pak..”, Jawab Rani.
“Bagus!”, seru Anthony sambil menyerahkan selembar cek. Tapi Rani diam saja. Anthony menatap Rani dengan kening berkerut.
“Pak Anthony…”, Rani berujar Lirih.
“Iya?”, anthony menatap Rani dengan lembut.
“Cu… eh… cuci darah… Ibu mesti cuci darah itu… seumur hidup Pak…”, Rani terbata-bata.
“Oh iya, biasanya. Kecuali ada yang mau donor ginjal…”, jawab Anthony.
“Jadi selama itu Rani…”, gadis itu diam sesaat, sebelum melanjutkan, “Rani harus minta uang sama Pak Anthony?”

Anthony tersenyum lagi. Dan sekarang ia duduk di sebelah Rani. Rani refleks menggeser duduknya untuk memberikan tempat yang lebih luas pada mantan atasannya itu. “Rani”, ujar Anthony. “Nggak selamanya kamu mesti minta uang sama saya. Nanti kalo udah kerja kan bisa biayain sendiri..”

“Tapi itu kan masih lama…”, Rani makin malu. “Sebelum itu, Rani ngerepotin Pak Anthony terus”
“Ya nggak apa-apa…”, Anthony mencoba menenangkan.
“Tapi… Rani nggak enak harus minta terus…”, jawab Rani lagi. Gadis itu merasa serba salah.
Anthony menghela napas. “Ibumu kerja apa Ran?”
“Tukang cuci”, jawab Rani. “Tukang cuci keliling. Pembantu. Tapi pulang hari, nggak nginep”
“Ahh… begitu”, jawab Anthony. “Kalau begitu jadi lebih mudah”, raut wajah Anthony terlihat sedikit cerah.
“Maksud Bapak apa? Rani nggak ngerti..”
“Ah gini aja Ran, kamu sama Ibu tinggal di rumah saya saja. Ibumu bisa kerja sama saya, saya gaji untuk ngurus-ngurus rumah. Kamu juga bisa berangkat sekolah dari rumah saya. Nah tiap minggu ibumu juga bisa cuci darah kan, saya yang bayarin. Jadi kita simbiose mutualisma”, cerocos Anthony sambil tersenyum lucu.

Rani malah melongo. Tentu saja usulan Anthony adalah usul yang bagus. Tapi…

“Ya sudah deh, Ran. Antar saya ketemu Ibu. Nanti saya yang bicara sama Ibumu..”, kembali Anthony menyunggingkan senyumannya yang khas. “Boleh?”
“Eh, iya terserah Bapak aja…”, Rani masih belum bisa lepas dari rasa kikuknya.
Anthony tertawa. “Kalau Ibumu setuju, tugas pertama kalian adalah, nemenin saya liburan dua minggu, di Bali!”, seru Anthony.
“Bali?”, Rani makin bingung.
“Iya Bali. Kamu masih libur panjang kan? Kamu sama Ibu harus ikut saya. Eh tapi panggil Mas aja Ran”, ujar Anthony.
“Mas?”, Rani terbengong seperti orang linglung.
“Iya, panggil saya Mas aja…”, Anthony menegaskan.
“Pak Anthony… eh.. Mas.. Mas.. Mas.. Anton…”, Rani terbata-bata.
“Boleh! Mas Anton kayaknya bagus. Mas Anton!”, seru Anthony.

Sampai hari ini Rani belum bisa memahami nasib baik yang menaungi dirinya. Bagaikan dijatuhi durian runtuh, nasib Rani seketika berubah. Dari gadis miskin yang mengisi hari hari luangnya dengan pekerjaan rumah, seketika menjelma menjadi gadis yang menghabiskan waktu liburannya di Bali. Tiap hari Rani berjalan-jalan di pantai sekitar hotel tempat mereka menginap. Makan satu meja dengan Anthony, belanja dari mulai gantungan kunci sampai dengan baju. Sampai gadget. Betul, gadget. Walaupun barang yang disebutkan terakhir tidak perlu dibeli disini. Namun kenyataannya Anthony memang membelikan Rani gadget di Bali. Anthony masih dengan sangat murah hati membelanjakan uangnya untuk memanjakan Rani, dan juga Ibunya.
Walaupun demikian, Rani menyadari, semahal apapun pakaian yang dikenakannya sekarang, secanggih apapun gadget yang ada di genggamannya, statusnya sebagai anak dari seorang tukang cuci tidak akan pernah berubah. Namun sebagai seorang gadis remaja biasa, mau tidak mau Rani menikmati juga kehidupan ‘mewah’ yang baru saja diberikan padanya oleh Anthony.
Sekarang Rani sedang menikmati malam terakhirnya di Bali, karena Anthony harus kembali ke Jakarta besok. Dan penuh rasa syukur Rani menatap laut yang hitam pekat dihadapannya. Puluhan lampu kelap kelip tampak dari kejauhan. Pemandangan yang, sebelumnya, hanya bisa dilihat Rani dari buku, majalah, atau acara televisi. Gadis itu berdiri di balkon president suite room pada hotel tempat mereka menginap. Suara desiran ombak terdengar merdu di telinga Rani. Apakah nasibnya sekarang sudah berubah? Pertanyaan itu berkali kali terngiang dalam benak Rani.
“Jika ada orang yang berbuat baik pada kita”, ibunya suatu hari pernah berkata, “terima dan syukurilah. Mungkin itu balasan Tuhan atas perbuatan baik kita di jaman dulu. Tapi, bisa juga itu hutang yang harus dibayar di waktu yang akan datang”
Ingatan akan perkataan ibunya itulah yang masih mengganjal di benak Rani. Jika memang kebaikan yang diberikan Anthony adalah hutang, dengan apakah gadis itu harus membayar? Walaupun Rani sudah berusia enam belas tahun, pemikiran gadis itu masih polos. Untuk membayar semua yang telah diberikan Anthony padanya, dan ibunya juga, rasanya Rani tidak sanggup. Walaupun ia bekerja siang malam selama sepuluh tahun.
“Masih muda kok udah pinter ngelamun!”, seru Anthony tiba tiba dari belakang Rani. Dengan lembut ia mengenakan jasnya di punggung Rani, maksudnya supaya gadis itu terlindung dari terpaan angin laut. “Daripada masuk angin”, ujarnya sambil nyengir.

“Eh… Mas Anton…”, Rani tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Sebenarnya gadis itu risi, tapi, ada perasaan senang ketika Anthony datang dan menyampirkan jasnya di punggungnya. Kayak di film-film romantis, Rani geli sendiri dalam hati.
“Besok kita balik ke Jakarta”, ujar Anthony.
“Ehm, iya Mas. Masih ada yang harus diberesin?”, tanya Rani. Belajar jadi asisten rumah tangga yang baik.
Anthony tersenyum. “Ibu-anak sama aja. Yang dipikirin pekerjaan melulu. Disuruh santai di Bali malah masih nyari-nyari kerjaan”
“Ah nggak, Rani santai aja kok disini”, Rani menyanggah. Mulai berani nyolot pada ‘majikannya’. “Tapi, ada yang masih harus diberesin, Mas?”

Anthony tertawa. “Nggak. Semua kan udah ibu, dan kamu, beresin tadi sore. Besok pagi tinggal berangkat”, Anthony berujar. “Besok sehabis dari bandara, kita langsung ke rumah saya aja. Kamarmu dan kamar Ibumu sudah disiapkan. Oo oo.. jangan melihat saya kayak gitu, Rani. Iya, kamarmu berbeda dengan Ibumu. Saya tahu anak perempuan seumur kamu sudah harus punya kamar sendiri. Privasi. Dan bajumu dan ibumu nanti beli saja lagi. Jadi kamu nggak perlu balik lagi ke rumah kontrakanmu yang butut itu”
Tidak biasanya kediaman Anthony, bujangan pemilik sebuah hotel bintang lima di jakarta, ramai oleh kunjungan tamu-tamunya. Namun hari ini keriuhan tidak terhindarkan karena kedatangan teman-teman Rani, anak dari asisten rumah tangganya yang berulang tahun yang ke tujuh belas.
Anthony sendiri yang berinisiatif mengundang teman-teman Rani, dan mengadakan pesta ulang tahun di rumahnya. Rani pada awalnya menolak, namun Anthony tetap pada pendiriannya. Sehingga membuat Rani tidak bisa berbuat banyak – walaupun senang tentu saja.
Pesta berlangsung sejak jam 18.30. Setelah acara makan malam, dilanjutkan dengan tiup lilin diiringi suara riuh rendah teman-teman Rani yang membuka mulut selebar-lebarnya menyanyikan lagu panjang umurnya. Rani sendiri merasa sangat bahagia. Seumur-umur baru kali ini ulang tahun gadis itu dirayakan.
Setelah potong kue, tentu saja dilanjutkan dengan acara buka kado. Semua teman teman Rani memberikan gadis itu hadiah. Jenisnya bermacam-macam, sampai Rani bingung sendiri. Anehnya selama acara berlangsung, hanya sekali Anthony menampakkan batang hidungnya : ketika menyambut kedatangan teman teman Rani yang memang datang segerombolan. Setelahnya Anthony mengurung diri di kamarnya. Bahkan sampai teman teman Rani pulang, Anthony tidak pernah muncul lagi.

“Jadi maumu apa heh?”, seorang pria terdengar marah-marah dengan lawan bicaranya melalui ponsel.
“Jangan sentuh dia, Pak. Please..”, suara perempuan di ujung sana hampir menangis.
“Apa hakmu ngelarang saya…”, nada suara sang pria terdengar makin tinggi, tapi terpotong jerintan lawan bicaranya.
“Dia itu teman saya. Anak baik baik Pak. Dia masih polos..”, lawan bicara sang pria terdengar putus asa.
“Tidak seperti kamu eh, Dian?”, pungkas sang pria seraya memutuskan hubungan.

Rani baru saja selesai mandi ketika smartphone miliknya berbunyi ‘ping’ beberapa kali. Tidak mengacuhkannya, gadis yang masih mengenakan gaun mandi itu terus saja mengeringkan rambutnya yang basah. Iapun duduk di tempat tidur miliknya yang bersprei satin berwarna putih bersih. Setelah merasakan rambutnya hampir kering, Rani baru meraih smartphonenya.
Apa-apaan sih, si Dian? Tanya Rani dalam hati. Gadis itu berdiri dan berjalan menuju lemari pakaiannya yang berpintu kaca cermin. Tapi tiba tiba Rani kembali teringat akan perkataan ibunya,
“Jika ada orang yang berbuat baik pada kita, terima dan syukurilah. Mungkin itu balasan Tuhan atas perbuatan baik kita di jaman dulu. Tapi, bisa juga itu hutang yang harus dibayar di waktu yang akan datang”
Sial, gerutu Rani dalam hati. Kenapa tiba-tiba aku jadi ketakutan begini sih? Kenapa juga si Dian gila itu mesti ngomong yang nggak-nggak, kan nggak mungkin kalo Mas Anton… Gadis itu terkejut bukan main ketika tiba-tiba pintu kamarnya membuka, Anthony masuk dan langsung mengunci pintunya.

“Mas Anton?”, Rani heran. Belum menyadari bahaya yang tengah mengintai.
“Oh kamu memang cantik, Rani…”, ujar Anthony. Pria itu bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer. Sorot matanya aneh. Ia mendekati Rani dan mencengkeram lengan gadis itu. Sementara dengan tangan lainnya Anthony mencoba melepaskan gaun mandi Rani.
“Mas Anton! Apa-apa…”, Rani berusaha menahannya.
Anthony memelintir lengan Rani sehingga gadis itu memekik kesakitan. Dan kemudian ia mencengkeram tubuh gadis itu dari belakang.
“Ibuuuuu! Tolooong!”, Rani memekik.
“Teriak saja semaumu, manis. Ibumu sudah tidur. Dan asal kau tahu, kamarmu dan kamar ibumu kedap suara”, tangan kiri Anthony berhasil melepaskan ikatan gaun mandi Rani. Sementara tangan kanannya menahan tubuh Rani.
“Mas Anton.. jangan Mas.. tolong..”, Rani mulai menangis.
“Kau pikir kau bisa seenaknya aja ngabisin uangku eh?“, hardik Anthony sambil mencium pipi Rani dengan kasar. “Dasar perempuan murahan. Selalu saja menggunakan kecantikan dan air mata kalian untuk keuntungan. Sial. Jika tidak ada perempuan murahan terkutuk macam kalian, tentu Ayahku tidak selingkuh. Dan Ibuku masih hidup…”
“Mas Anton ngomong apaan sih? Rani nggak…”
“Halah, sudah, lepas aja!”, Anthony menghardik sekaligus menarik gaun mandi Rani dengan keras sehingga gadis itupun telanjang. Anthony langsung menarik Rani ke ranjang dan menindihnya. Dengan kasar ia langsung mengulum bibir Rani. Sementara kedua tangan gadis itu dipegangi dengan kuat. Puas melumat bibir gadis malang itu, Anthony menuju sasaran lain, payudara. Anthony menarik salah satu payudara mungil gadis itu ke pangkalnya sehingga putingnya mencuat ke atas. Detik itu juga anthony menggigit puting itu dan menariknya dengan gemas.
“Aaaaaagh… sakit.. sakit Mas Anton… sakit…”

Anthony hanya mengerang dan memperkuat gigitan. Seperti binatang buas yang mencoba mengoyak daging buruannya dengan ganas. Kemudian ia beralih ke puting Rani yang lain. ia menjilatinya. Sementara Rani hanya bisa meringis. Tapi kemudian Anthony kembali menggigitnya dan menarik puting itu sekuat mungkin. Rani kembali menjerit, dan Anthony seperti tersenyum dalam erangan. Anthony cukup cerdik untuk menyakiti puting Rani tanpa membuat puting Rani putus. Karena jika sampai hal itu terjadi, bisa berakibat fatal. Dan ia tidak bisa bermain dengan tubuh Rani lebih jauh.
“Tetek kamu imut imut kenyal, Ran!”, seru Anthony sambil mengusap mulutnya dari liur yang mengalir. Ia tampak puas melihat kedua payudara Rani yang berwarna kemerahan bekas gigitannya. Anthony kemudian dengan kasar mengangkangkan kedua paha Rani. Gadis itu hanya bisa menangis pasrah. “Wuih Rani, memek kamu masih rapet nih…”, ujarnya sambil mencolek-colek celah vagina Rani yang segaris lurus, bersemayam diatas gundukan yang menyembul berwarna putih bersih tanpa rambut.
Anthony melepaskan boxernya. Seketika burung berotot miliknya menjenjang keluar seperti tiang listrik. Kemudian ia berlutut di antara kedua paha Rani, dan membiarkan kedua kaki Rani yang jenjang itu menjuntai di atas pahanya, sehingga kepala zakar miliknya tepat berada di hadapan belahan mungil rapat di kutub selatan tubuh Rani.

“Mas… jangan Mas… tolong… ampun Mas…”, Rani meratap sambil terisak.
“Ah, persetan!”, Anthony mulai melesakkan kejantanannya ke dalam sangkar imut Rani.
“Jangan Mas… sakiit….”, Rani meringis. Air matanya terus mengalir.
“Perempuan kayak kamu emang harus disakitin. Itu kan yang kalian mau? Setelah menangis, lalu mengais. Mengais uang macam tikus mengais makanan basi di tong sampah!”, Anthony menghardik. Dan seketika mendorong penisnya sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga.
“Aaaaaaagh… sakit Mas…”, Rani merintih pilu. Detik yang sama kejantanan Anthony berhasil merenggut kepolosan tubuh Rani. Darah menetes dari celah mungilnya.

Anthony tertawa serak. Mengerikan. Bagaikan hewan buas yang baru menguasai lawannya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Anthony mulai memompa. Menggenjot tubuh Rani yang malang. Bagaikan memeras sari kemurnian tubuh gadis itu. Menyayat liang vagina Rani, Seiris demi seiris.

“Mas… ampun Mas… periih… sakit….”, Rani merintih memohon belas kasih.
“Ah…” napas Anthony tersengal sengal. “Bohong! kalian bilang sakit, ngh.. ngh.. supaya bisa dapet duit lebih kan…” Anthony makin buas mengaduk liang mungil Rani. Vagina Rani berkontraksi luar biasa, mencoba mengeluarkan batangan asing mengerikan yang menyesakinya. “Ah… memek… memek perawan emang enagh…”, Anthony merasa nikmat luar biasa.
“Eng… Sakit Mas… ampun… udagh Mas.. please… udagh… perih Mas… ampun…”

Anthony makin ganas. Seakan ingin merobek robek liang vagina Rani, ia menghujamkan batangannya bukan hanya untuk merasakan kenikmatan celah surgawi itu, tapi juga untuk menyakiti Rani. Sesakit mungkin. Tapi seketika tubuh Anthonypun menegang. Ototnya mengeras bagai patung. Dan detik itu cairan hina Anthony muncrat dan membanjiri liang mungil Rani. Anthony menghujamkan batangannya sedalam mungkin, mengangkat pantat Rani agak keatas agar spermanya mengalir ke rahim. Seakan akan hendak menghamili gadis itu. Semata mata hanya untuk menambah penderitaanya saja. Jika Rani benar benar hamil, Anthony akan menggugurkannya.
“Ah… memek kamu luar biasa Ran!”, seru Anthony sambil mencabut penisnya dari vagina Rani. “Bener-bener memek perawan sweet seventeen!”
“Mas Anton tegaa…”, Rani meratap sambil terisak isak. Gadis itu langsung terduduk. Memandang celah mungilnya yang sekarang perih luar biasa. Noda merah terpercik di sprei dibawahnya.
Anthony tertawa kasar. “Basa basi”, sergahnya. “Emangnya kamu sebegitu naifnya sehingga mau aja uang yang saya kasih eh? Kamu tidak pernah berprasangka sedikitpun, hari ini pasti terjadi?”, Anthony nyerocos sambil mengenakan kembali boxernya. “Nggak mungkin Ran. Nggak mungkin kamu sebodoh itu. Kamu pasti tahu, cepat atau lambat, pasti…”
“Rani nggak tahu!”, jerit Rani. “Lagipula, waktu itu Rani lagi bingung. Jujur, butuh duit buat Ibu. Apa Rani salah kalo nerima uang, yang Mas Anton kasih sendiri, buat Ibu berobat?”, kembali Rani tersedu-sedu.
“Ah iya”, Anthony berkata sinis. “Ibumu itu butuh uang ya…”, ujarnya sambil mendekati Rani yang terduduk di ranjang. “Kalau begitu”, Anthony duduk di samping Rani, mendorong gadis itu hingga terlentang, kemudian menghujamkan jari tengah dan telunjuknya ke dalam vagina Rani. Seketika Rani menjerit kesakitan. “Siapkan memekmu setiap saat, bocah, Kalau kamu mau aku terus bayar ibumu berobat!”
“Baru pulang Ran?”, tanya Anthony yang sedang duduk di ruang tengah, ketika melihat Rani berjalan masuk masih mengenakan seragam sekolahnya dan bertelanjang kaki.
“Iya Mas”, jawab Rani sambil berjalan masuk ke ruang makan. “Mas Anton belum makan ya?”, ujarnya ketika melihat makanan di atas meja makan masih utuh. “Ibu masih di rumah sakit ya Mas?”
“Iya”, Anthony menjawab pendek. Tiba tiba sudah di pintu ruang makan. Ia langsung memeluk Rani dari belakang. “Aku mau makan kamu dulu…”, Anthony menciumi leher Rani. “Ah, keringat kamupun enak dicium, Ran…”
“Mas… “ Rani meronta. “Jangan… tadi pagi kan udah…”
“Ah, sudah lupa kalo kamu itu pelacurku, Ran? Pelacur!”, Anthony menghardik sambil menyeret Rani ke ruang tengah.
Air mata Rani menitik. Hatinya sakit luar biasa setiap mendengar Anthony menyebutnya pelacur. Tapi gadis itu tidak punya pilihan lain. “Nggak Mas… Rani nggak lupa..”, Rani menjawab. “Tapi Rani baru dapet..”, gadis itu sedikit meronta ingin melepaskan diri. Anthony mencengkeram pinggang gadis itu, memeluknya dari belakang.
Anthony tertawa. “Emang kenapa? Jangan cari-cari alasan!”, pria itu kemudian melepaskan rok yang dikenakan Rani dan memaksa Rani nungging dengan bertumpu tangan di atas sofa. Anthonypun memeloroti celana dalam gadis itu. Seketika darah Ranipun mengalir dan membercak di lantai.

“Mas… kan udah Rani bilang…”
“Iya.. iya tahu… kamu lagi dapet kan?”, Anthony terlihat cuek. Ia langsung melepaskan celana dan celana dalamnya sendiri. “Ah.. suck it in, bitch!”
“Aaaaaagh!”, Rani memekik. Anusnya terasa sakit luar biasa. Rupanya anthony melesakkan kejantanannya ke dalam anus Rani. “Mas! Jangan Mas! Sakiit!”
“Agh… pantatmu enak juga Ran!”, Anthony terus mengobok obok pantat Rani dengan kejantanannya. “Lebih peret dari memek kamu!”
“Agh… sakit Mas… ampun!”, Rani menangis, meringis menahan sakit.
“Agh..”,

Plak! Plak! Plak! Plak!
Anthony menampar-nampar kedua bulatan pantat Rani. Rani menangis tersedu sedu. Hujaman demi hujaman terus dilesakkan Anthony, sementara Rani mengeliat-geliat kesakitan. Sampai akhirnya, Anthony mengerang keras, dan penyiksaan itupun berakhir setelah cairan nafsu Anthony yang membanjir. Rani merosot ke lantai. Lantai pualam yang dingin terasa menyejukkan pantatnya yang perih.

“Jilatin kontol gue!”, Anthony membentak. Dengan kepatuhan seorang budak, sambil berlutut Rani menjilati kejantanan Anthony yang mulai melayu itu. Membersihkannya dari noda noda sperma. “Bagus.. “, ujarnya sambil mendorong kepala Rani agar menjauh.
“Mas Anton suka?”, tanya Rani sambil menatap majikannya.
“Suka apaan? Ngentotin pantat kamu?”, Anthony tertawa keras. “Kenapa nanya? Udah keenakan jadi pelacur?”

Rani tersenyum miris. “Kalau Mas Anton senang, Rani juga senang. Yang penting Ibu sehat…”
Anthony menyetir sendirian memasuki kompleks tempat rumahnya berdiri. Jam di dashboard mobil menunjukkan pukul 03.30 pagi, dan tanggal 14 Februari. “Ah iya, 14 Februari ya..”, gumam Anthony. Hari Valentine, cetus Anthony kemudian dalam hati. Bull shit! Hari yang dihiasi cokelat dan hati. Cih! Cokelat. Cewek abg seperti Rani pasti senang diberi cokelat di hari ini. Kontol gue juga warnanya coklat! Anthony terkikik sendiri.
Pria itu baru pulang sehabis karaoke bersama teman-teman sesama pengusaha. Sang teman melanjutkan kegiatannya dengan kegiatan di ranjang bersama lady escort karaoke yang sedari tadi sudah membakar nafsu mereka. Anthony memilih pulang untuk kemudian menggelut tubuh Rani, gadis yang dianggap pelacur pribadinya. Gadis lugu yang selalu pasrah mengikuti kehendaknya, apapun itu.
Hampir pukul empat pagi ketika Anthony membuka pintu kamar Rani yang memang tidak pernah dikunci. Pria itu sangat terkejut mendapati ‘pelacur ciliknya’ sedang duduk bersimpuh di lantai beralaskan karpet kecil, dengan menyelubungi tubuhnya dengan busana putih yang hanya menyisakan wajahnya yang tak tertutup. Air mata gadis itu terlihat berlinang. Samar-samar Anthony dapat mendengar bisikan gadis itu, yang diiringi isak tangis kecil.
“…terima kasih… terima kasih… engkau telah menolong ibu… … mengirim Mas Anthony untuk menolong Ibu… … berkahilah Mas Anton… karena ia baik sekali pada hamba dan ibu… limpahkanlah rezeki kepadanya… hanya engkau yang maha kaya… yang bisa membalas kebaikan Mas Anthony… tetapi kalau masih boleh hamba memohon… hamba mohon…. hamba tidak mau jadi pelacur… hamba tahu itu dosa… jika memang hamba harus melayani… Mas… Anthony… hamba mohon… hamba bisa jadi isteri Mas Anthony… supaya hamba bisa melayaninya dengan tulus… hamba sangat sayang padanya… hamba rela melayaninya… kapanpun… walaupun hamba sampai sakit… hamba tidak menginginkan apa-apa… kesehatan ibu adalah yang paling penting buat hamba…“
Lutut Anthony seketika menjadi lemas mendengarnya. Pria itu merosot hingga jatuh terduduk di lantai. Tanpa tertahan air matanya mengucur deras. Rani yang terkejut mendengar suara orang terjatuh langsung melepaskan busana putih yang membalut gaun tidurnya. Bergegas ia berlari menuju pintu, dimana tampak sesosok bayangan yang terduduk di lantai.

“Lho… Mas Anton?”, Rani heran mendapati majikannya itu menangis.
“Rani…”, ujar Anthony dengan suara serak.
“I… iya Mas?”
“Kamu… kamu…”, Anthony menggenggam tangan Rani kuat-kuat.
“Iya, Mas?”
“Kamu mau nikah sama saya?”, Anthony berujar setelah mengumpulkan kekuatan.
Rani terkejut. Gadis itu mencoba menarik tangannya.
“Jawab Ran! Sekarang!”

Rani diam saja. Gadis itu memandang Anthony yang sedang menangis dengan pandangan lembut. Baru kemudian ia mengangguk.
“Bener?”, Anthony masih mengejar.
Rani mengangguk sekali lagi. Saat itulah Anthony melihat ada yang lain di sorot mata Rani. Ada cinta disana. Ada ketulusan. Ada kebaikan hati. Mirip dengan sorot mata seseorang yang sangat ia kenal, ibu Anthony sendiri.

“Terima kasih ya Ran”, Anthony mencium tangan Rani lekat-lekat. “Terima kasih… dan.. ha..happy… valentine’s day…”
“Mestinya Rani yang bilang terima kasih”, ujar Rani sambil membenamkan tubuhnya di dalam pelukan Anthony.


Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Thursday, September 19, 2019

Agen Bola Terpercaya - Pengalaman Seru Ngentot Tante Yuli Dirumahnya

Agen Bola Terpercaya - Pengalaman Seru Ngentot Tante Yuli Dirumahnya - Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tante ku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Yuli. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing.
Agen Bola Online - Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Yuli, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Yuli mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Yuli di kamarnya ketika suaminya sedang pergi tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.
Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Yuli. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Yuli belum berangkat kerja.

“Met pagi semua” aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
“Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?” Fifi membalas sapaanku.
“Iya nih kesiangan” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
“Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh.” Dari dapur tante menyuruh aku.
“OK Tante” jawabku singkat.
“Ayo duo cewek paling manja sedunia.” celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.
“Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya.” Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Yuli.

Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Yuli masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Yuli tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Yuli sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
Terdengar suara desahan lirih, “Hmm, ohh, arhh”.
Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Yuli ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Yuli, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Yuli berhubungan badan denganku.

“Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Yuli mengagetkan aku.
“Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Yuli sambil masuk kamar.

Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Yuli berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

“Hmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Yuli sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
“Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.
“Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang.” Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
“Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
“Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.
“Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.
“Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.

Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.

“Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
“Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya.” Aku semakin salah tingkah.
“Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan.
“Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.

“Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir.” tante Yuli merengek perlahan.
“Hmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Yuli. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.

“Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.
“Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku.

Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.
“Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe.” Gila tante Yuli ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

“Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
“Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
“Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.

Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.

“Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
“Hmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.

Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P
“Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.
Lalu aku tarik kepala tante Yuli sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Yuli. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.

“Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
“OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
“Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
“Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur.

Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Yuli. “Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras.
“Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.
Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.

“Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeluk tubuhku.
“Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.
“Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.

Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.
“Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.Pku.
Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Yuli, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

“Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P” aku memberi peringatan ke tante.
“Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.

Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Yuli, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.

“Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.
“Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante.

Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.
“Ahh..” kami berdua melenguh.
Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Yuli ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.

“Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Yuli semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Fir tante nyampai lagi”

Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Yuli, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.

“Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.
“Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.

Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

“Arghh.. tante aku nyampai”.
“Aku juga Fir.. ahh” tante juga meracau.

Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.

“Fir, kamu hebat.” puji tante Yuli.
“Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya.
“Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.
“Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.
“Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.

Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Tuesday, September 17, 2019

Agen Bola Terbaik - Diam Diam Aku Ketagihan ML Dengan Kontol Besar

“Lagi nyantai aja. Apa kabar Mbak?”
“Baek. Kamu kangen ya sama aku?”
“Kangen sekali. Gimana ya…mm..aku ketagihan Mbak…tapi takut ketahuan sama Mas Jaka.”
Agen Bola Terpercaya - “Ah, nggak apa-apa kok. Aku jamin abangmu nggak apa-apa.”

“Nggak apa-apa gimana?”
“Nanti deh aku cerita. Tapi kalau kamu mau dan ingin bebas, kan bisa ketemuan di hotel.”
“Ih, takut Mbak. Sekarang sering ada razia di hotel-hotel. Kalau sampai kena razia bisa heboh nanti. Mmm…kalau Mbak mau, aku ada usul…”
“Apaan tuh?”
“Aku punya temen, Reno namanya.”
“Terus?”
“Rumahnya kosong, cuma dia sendiri di rumah itu. Orang tuanya di Amerika.”
“Terus?”
“Ya kita ketemuannya di rumah dia aja. Gimana?”
“Lho, kalau dia tau gimana?”
“Gakpapa Mbak. Orangnya fair kok.”
“Terus?”
“Jujur, aku sudah bilang kapan-kapan mau numpang pake salah satu kamar di rumah dia. Ya tadinya sih kalau Mbak gak keberatan, mau kuajak ketemuan di rumah dia itu Mbak.”
“Kalau dia tau kan malu, sayang.”
“Di dalam kamar tertutup, masa dia tau apa yang kita lakukan?”


Aku tercenung sesaat. Lalu terdengar lagi suara Toni di hpku, “Kita ketemuan aja dulu di sana. Nanti Mbak pertimbangkan di sana. Kalau Mbak gak sreg ya cari alternatif lain.”
“Tapi kamu jangan bilang aku ini istri abangmu. Gak enak.”
“Beres Mbak. Terus kapan kita ketemuan di sana?”
“Terserah kamu. Tapi harus di jam kerja.”
“Mmm…Senin pagi aja ya.”
“Senin lusa? Oke aku setuju. Soalnya tiap hari Senin abangmu suka pulang telat, kadang-kadang sampai malam. Rumah temanmu itu di mana?”
Toni menyebutkan suatu alamat rumah.
Kataku. “Kita langsung ketemuan di sana aja ya Toni. Jangan keliatan bareng perginya.”
“Baik, jam sembilan aku sudah stand by di rumah Reno. Mbak mau pake apa ke sananya?”
“Ya pake taksi aja.”
“Sip deh! Sampai ketemu di sana nanti ya Mbak.”
“Oke. Take care Toni.”


Setelah hubungan telepon terputus aku tercenung. Memang harus kuakui, Toni membuatku kangen terus. Maklum dia masih begitu muda, 19 tahun juga belum. Tentu sangat beda dengan suamiku yang sudah 30 tahun. Aku sudah membayangkan betapa nikmatnya dalam gasakan dan keperkasaan Toni nanti.
Rasanya lama sekali menunggu hari Senin tiba. Dua hari yang kunantikan serasa menunggu dua bulan lamanya. Aku resah sekali rasanya. Tapi kusembunyikan keresahanku ini, jangan sampai diketahui oleh suamiku.

Senin yang dinantikan tiba juga. Jam 7 suamiku sudah berangkat kerja. Setelah bunyi mesin mobilnya hilang dari pendengaran, bergegas aku menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhku sebersih-bersihnya. Tak cukup dengan itu. Selesai mandi kusemprot-semprotkan parfum ke setiap sela yang mungkin tersentuh oleh Toni nanti. Aku ingin menimbulkan kesan seindah mungkin di batin adik iparku itu. Kukenakan celana jeans dengan t-shirt biru tua yang agak ketat. Tak lama kemudian aku sudah berada di dalam taksi yang sedang menuju alamat rumah teman Toni yang bernama Reno itu.
Rumah yang kutuju itu beberapa kilometer di luar kota. Aku agak tertegun melihat kemegahan rumah dengan pekarangan yang sangat luas itu. Pasti orang tua Reno bukan orang kebanyakan. Mungkin seorang pejabat tinggi atau pelaku bisnis papan atas. Hal itu membuatku ragu. Tapi begitu taksi berhenti di depan pintu pagar rumah megah itu, Toni datang menjemputku. Dengan sopan ia membukakan pintu taksi waktu aku mau turun.

“Temenmu mana?” tanyaku dengan perasaan tak menentu waktu berjalan menuju pintu depan rumah megah itu.
“Lagi keluar dulu,” sahut Toni sambil menggenggam pergelangan tanganku, “Santai aja Mbak. Di sini aku merasa seperti di rumah sendiri.”
“Kita langsung aja ke kamar yang sudah disediakan di atas yok,” ajak Toni sambil menunjuk ke tangga yang menuju lantai dua. Aku menurut saja, meski terasa sikapku serba canggung.


Di dalam salah satu kamar lantai atas, aku mulai merasa tenang. Terlebih setelah Toni menutupkan pintunya.
Pandanganku tertumbuk ke sebuah foto besar berbingkai silver. Foto seorang anak muda di atas sebuah motor Harley Davidson. Tampan sekali anak muda itu. Aku menduganya seorang artis yang belum kuketahui namanya. Tapi Toni menunjuk foto itu sambil menerangkan, “Itulah Reno. Ganteng ya Mbak.”


Aku cuma mengangguk cuek, padahal hatiku berkata, “Ganteng dan sexy sekali temanmu itu….”
Kamar itu ada kamar mandinya. Maka bisikku, “Aku mau pipis dulu ya.”
Toni mengangguk sambil tersenyum. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi itu. Bukan cuma mau pipis, tapi sekalian ingin mencuci ku sebersih mungkin. Karena aku yakin ku akan dijilati oleh Toni nanti, jangan sampai ada bau yang kurang sedap, meski sudah disemprot parfum di rumah tadi.
Celana jeans dan BH kugantungkan di kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan CD dan t-shirt. Rupanya Toni juga sudah melepaskan celana jeansnya, sama seperti aku, tinggal mengenakan t-shirt dan CD.

Senyum Toni tampak menggoda waktu aku menghampirinya. Lalu memelukku dengan hangat. Dan menciumi pipi serta leherku, lalu melumat bibirku dengan hangat dan membangkitkan gairahku.
Supaya Toni lebih leluasa menikmati kemulusan tubuhku, kulepaskan t-shirtku, sehingga payudaraku yang masih terawat kencang ini tak tertutup apa-apa lagi. Toni pun menanggalkan t-shirtnya. Lalu memelukku dengan hangat dan meraihku ke atas tempat tidur. Aku pun mulai menggelinjang nikmat ketika Toni mulai menjilati puting payudaraku. Tak hanya itu, lidahnya mulai menjilati pusar perutku dan turun terus, sampai akhirnya kemaluanku mulai dijilatinya dengan penuh semangat. Aku pun mulai menggeliat-geliat dalam arus kenikmatan, sambil merengek lirih,“Toni…oooh…ini enak sekali sayang…kamu be…belajar dari siapa sih…kok pintar amat kamu main emut begini…?”

“Belajar dari film bokep,” sahut Toni sambil menghentikan jilatannya sesaat, lalu menyedot-nyedot kelentitku membuatku mendesah-desah lagi dalam nikmat.
“Udah Toni…masukin aja….cepet…aku pengen melepas kangenku sama tititmu yang gagah itu…” pintaku sambil menarik bahu Toni agar naik ke atas tubuhku.
Toni mengikuti ajakanku. Ia mulai mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku. Aku pun membantunya, merenggangkan pahaku sambil memegang batang kemaluan Toni dan menekankan puncaknya pas di mulut veggyku. Lalu aku mengedipkan mata, sebagai tanda agar ia mulai mendorong…dan…aaah…batang kemaluan Toni mulai melesak dengan mantapnya ke dalam liang kemaluanku!


Tapi setelah mulai menggeser-geserkan zakarnya maju mundur dalam liang kenikmatanku, ia berkata terengah, “Mbak jangan marah ya…sebenarnya Reno ada di rumah ini. Dia ingin nonton kita Mbak…”
“Apa?” aku kaget, tatapanku tertuju ke foto besar yang terpampang di dinding itu. Foto anak muda yang tampan itu, “terus kalau dia ngiler nanti gimana? Kamu kok ada-ada aja.”


Nada ucapanku seperti protes. Tapi diam-diam aku teringat pada peristiwa main bertiga dengan Benny. Apakah pagi ini akan terjadi kisah yang mirip itu?
“Dia orang sopan Mbak. Dia hanya ingin nonton. Tapi…kalau dia gak tahan dan ingin ikutan, mainin aja nya sama tangan Mbak…itu juga kalau Mbak gak keberatan. Pokoknya aku jamin tidak akan ada pemaksaan, Mbak.” Toni mulai mengenjot nya dengan gerakan syur, yang membuatku mulai terpejam-pejam.
“Nggak tau ah…” sahutku pura-pura tidak suka. Tapi diam-diam khayalanku mulai melambung…membayangkan sesuatu yang luar biasa indahnya.
“Dia menunggu izin Mbak untuk masuk ke kamar ini. Izinkan jangan?” tanya Toni sambil menghentikan gerakannya sejenak.
“Terserah kamu aja lah,” sahutku dingin. Padahal diam-diam aku ingin melihat apakah Reno itu setampan wajah di foto itu?


Tanpa menghentikan genjotan nya, Toni berseru, “Reno! Come on…!”
Aku rada degdegan juga ketika kudengar pintu dibuka. Soalnya aku dalam keadaan bugil begini, keadaan telanjang bulat dan sedang disetubuhi oleh adik iparku.
Lalu tampak seorang anak muda tinggi semampai dengan wajah, Oh my God…! Tampan sekali cowok bernama Reno itu. Tubuhnya pun tinggi sekali, mungkin ada 190 cm tingginya. Dan senyumnya itu, oh…jangan-jangan aku bisa jatuh hati nanti…!
“Kenalan dulu dong,” Toni menghentikan entotannya sejenak, sambil menoleh ke arah Reno.

Aku yang sedang terlentang ini sempat juga berjabatan tangan dengan Reno. Ini adalah jabatan tangan yang paling canggung dalam hidupku. Karena aku sedang bertelanjang bulat, sedang dientot pula oleh Toni. Tapi di balik itu semua, aku benar-benar kagum melihat tampang dan sikap Reno. Jujur, aku belum pernah melihat cowok setampan Reno. Dengan melihat senyumnya saja hatiku sudah tergetar hebat. Dan waktu tangannya menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, terasa ada aliran hangat yang membuatku luluh. Oh, andaikan Reno meminta untuk menyetubuhiku, aku mau dan rela lahir bathin!

“Ayo lanjutkan Toni,” kata Reno sambil duduk di samping kananku, “Ini pertunjukan dahsyat….aku suka sekali.”
Toni pun melanjutkan permainan surgawi ini. Dengan mantap batang kemaluannya menggenjot liang kewanitaanku lagi. Sementara Reno seperti asyik sekali memperhatikan semuanya ini.


“Ahhh…ini merangsang sekali, jauh lebih edan daripada nonton bokep,” cetus Reno sambil menekan-nekan bawah perutnya.
Aku merasa kasihan juga. Meski sedang menikmati asyiknya enjotan Toni, kugenggam pergelangan tangan Reno dengan hangat. Reno senang kelihatannya dengan genggamanku.
“Ih, aku jadi ngaceng, Mbak….” katanya malu-malu.
“Masa…?” sahutku terengah, karena entotan Toni terasa makin gencar. Dan penasaran juga, sengaceng apa cowok tampan itu. Lalu kujulurkan tanganku, hinggap di bawah perut Reno yang masih berpakaian lengkap itu. Kutarik ritsleting celana jeansnya, agak susah dan Reno membantuku menarik ritsleting celananya. Lalu tanganku menyelinap ke balik celana dalamnya. O, my God! Apa aku gak salah pegang? Aku menyentuh sesuatu yang besar sekali, mungkin sama dengan pergelangan tanganku! Bahkan mungkin lebih besar lagi, sudah keras dan hangat pula!


Aku terkesiap. Mungkinkah ada sebesar itu?
Ketika kutatap wajah cowok abg itu, dia cuma tersenyum malu-malu, karena aku sedang berusaha menggenggam nya yang masih tersembunyi di balik celananya. Dan aku tak berhasil menggenggam sepenuhnya, saking besarnya batang kemaluan anak muda itu. Lalu kutarik-tarik celana jeansnya, sebagai pertanda agar ia melepaskan celananya.
Sambil tersenyum cowok rupawan itu menurunkan celana jeans dan CDnya. Wow! Aku benar-benar kaget melihat panjang dan besarnya batang kemaluan anak muda itu! Besar sekali! Panjang sekali! Apakah aku tak salah lihat?!
Perhatianku yang tertumpah ke alat kelamin Reno, membuatku kurang konsentrasi pada yang sedang Toni lakukan di atas tubuhku.

Aku menggapaikan tanganku. Anak muda bernama Reno itu mengerti dan segera mengangsurkan nya ke dekat tanganku. Darahku tersirap-sirap waktu memegang batang kemaluan yang sudah tegang itu. Benar-benar tidak tergenggam oleh tanganku! Diameternya hampir sama dengan diameter gelas! Dan panjangnya…aku yakin takkan kurang dari 25 cm! Aku tak pernah membayangkan akan ada batang kemaluan segede dan sepanjang ini.

Aku mulai mengelus bagian kepala dan leher zakar Reno, sementara Toni tetap gencar mengenjotku. Tapi ia masih sempat membisiki telingaku, “Dia belum pernah bersetubuh dengan perempuan, Mbak.”
“Masa sih?” tanyaku heran, sementara tangan kananku mulai berusaha meremas zakar Reno dengan lembut…dengan nafsu yang menjadi-jadi.
“Betul,” sahut Toni tanpa menghentikan entotannya, “Dia anak pingitan Mbak.”

Ah..enak sekali rasanya pikirku dan aku melirik ke arah reno. setelah itu aku melepaskan burung toni karena dia sudah mencapai klimaks.
Nah sekarang giliran kamu, Reno, pikirku. Saat aku berusaha memasukkan burung toni ke lubang kemaluanku, aku meregangkan kedua kakiku agar kemaluan reno dapat masuk dengan leluasa. Aku dan Reno berciuman dengan memainkan lidah di mulutku, kadang menjilat bibirku, sementara tanganku masih memegangi pinggang Reno untuk mendorong burungnya masuk.

Reno dengan gerakan maju mundurnya membuat aku keenakkan. Aku mendesah cepat dan keringat kami semakin banyak. aku tak menyangka akan terpuaskan oleh kedua orang ini. Kemudian kuarahkan tangannya ke buah dadaku yang menggantung karena posisinya yang nungging. Diremas-remas dan digerakkan ke banyak arah. Sementara pinggangku terus dipompa agar burungnya terus keluar masuk ke lubang kemaluanku. Ciumanku dengan Reno semakin seru dan penuh nafsu. Sesekali kuarahkan tanganku keburung toni yang ukurannya hampir sama besarnya dengan punya Reno. Tibalah saatnya aku orgasme. Dengan segera tanganku memegang pinggang Reno dan kudorong pantatku dengan cepat.
“Crepp..creep..” suara selangkangannya berbenturan dengan pinggiran lubang kemaluanku.
Dan, “Crut..” air maninya memuncrat derasnya di dalam lubang kemaluanku.


Kami berdua mendesah keras karena Reno pun mencapai orgasme. Cukup lama aku merasa orgasme sehingga kutekan pantatku ke depan dan kugerakkan memekku yang ada di dalam lubang kemaluannya. Setelah beberapa saat kukeluarkan burungnya yang basah dan dengan spontan kupegang burungnya dan menjilati bekas air maninya yang bercampur dengan lendir memekku.
Kami bertiga pun beristirahat dengan tiduran telanjang tanpa satu helai pakaian. Aku di tengah dan mereka di sampingku. Tanganku masing-masing memegang buah zakar milik Toni dan Reno, ohhh.. aku sangat terpuaskan bercinta dengan mereka. sungguh nikmat dan luar biasa permainan mereka, mengalahkan permainan suamiku dan benny waktu tempo hari. Tamat


Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Monday, September 16, 2019

Agen Bola Online - Oral Sex Bersama 2 Wanita Cantik Sahabat Istriku

Agen Bola Online - Oral Sex Bersama 2 Wanita Cantik Sahabat Istriku - Hari itu aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding pukul 8 pagi, Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.
Agen Bola Terbaik - Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah sambil memutar film bokep DVD BF. Sengaja kusetel biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak.
Aku pun teringat Linda, sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku amoy Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulit tubuhnya yang sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantat montoknya yang membulat indah, sering membuatku burungku ngaceng kalo dia berkunjung.
Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu.
Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…Oh my god…itu suara Linda…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengannya dan keluarganya.
Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Linda udah nongol di ruang tengah, dan…“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja.
Ngaceng pula.“Kamu dateng kok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.“Yee…namanya juga lagi horny…mending coli sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. “Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga ditutupin? Telat donk,”kilahku.“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Linda beranjak dari duduknya dan pamit pulang. Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.“Bentar deh Lin.
Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.“Gila kamu ya!”Linda protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.“Lin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak.
Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku coli.”“Gimana?”Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.Sejurus kemudian..“Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu.
Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?””Yaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi coli sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”“Gak usah, disini aja,”sahutku.
Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya dan dibukanya kancing celananya.
Perlahan diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya.
Sepertinya itu adalah satu set BH dan CD.“Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.“Duduknya jangan gitu dong…”“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Linda. “Nungging, gitu?””Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.“Iya…iya…ni anak rewel banget ya.

Mau coli aja pake minta macem-macem,”Linda masih saja protes dengan permintaanku.“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.“Ya sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”
Sambil memandangi tubuh Linda aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalu terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Linda tidak menanggapi omonganku.

“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Linda menatapku dan tersenyum.“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn……”Linda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.“Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya.
Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.
Linda masih tetap diam dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai terangsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.
Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Linda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan…Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
“Sssshh….ohhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Linda.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Linda sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih mulus.
Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Linda menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Linda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.
Tak tahan dengan perlakuan Linda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Linda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.“Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.“Terserah…yang penting kamu puas.”Segera kuremas-remas pantat Linda yang montok.
Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Linda terpampang dihadapanku.Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Linda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Linda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku.
Hingga akhirnya….“Liiinn….bibir kamu lembut banget sayang….aku…kach…aku…”“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat
yaaa….”“I…iiy…iiyyaaa….Liinnnn…arghhh…..”Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda. Tangan halus Linda tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan. Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Linda.“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kena spermaku?”Linda menggeleng dengan pandangan sayu.
Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.“Kamu baru pertama kali kan, mainin kontol orang selain suami kamu?”“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin makan buah sama sayur ya?” tanya Linda.“Iya…kalo gak gitu, Indah mana mau nelen sperma aku.”“Aihhh….” Linda terpekik. “Indah mau nelen sperma?”Aku mengangguk. “Kenapa Lin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu.
Coba aja rasanya,”sahutku.“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilat jarinya smpe bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya…“Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya.
Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…””Mau lagi….?”“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”“Dasar kamu ya….””Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Linda merajuk.
Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakinya diangkat mengangkang.Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.“Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….”Linda memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.“Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.Akibatnya luar biasa. Linda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan.
Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Linda lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda. gerakan pantat Linda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.“Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan memanggil namaku.Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.“Ndrew..kok kyak suara Rika ya…”Linda bertanya“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lin, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan”
Segera Linda berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda hampir meledakkan orgasmenya yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.
Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah. Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?Kaos ketat menempel dibadannya dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih.
Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.Kami berdua segera menuju ruang tengah.
Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah.
Itung-itung membagi kesenangan.”“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”“Ah, biasa aja lagi..hehehe”Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Linda.Diam-diam, akupun juga terobsesi menikmati tubuhnya.
Ya, Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngentotin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku.
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.“Eh…ah…anu…enggak.
Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi.
Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa.Aku Cuma tersenyum.“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.“Iya.”
Tepat saat Rika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku. Aku terkejut dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya.
Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atau jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!”Pintu kamar mandi terbuka dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Linda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut dan berdiri terpaku.
Hatiku berdebar tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.
“Linda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.“Eh…anu…ini lho…”
Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat ya?”“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.“Sini liat.”
Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Linda, tanpa perlawanan dari Linda.“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?””udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku entot. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain.
Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana.
Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku.“Apa syaratnya, Rik?”“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”“Iya, apaan syaratnya?” Linda ikut bertanya“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”“WHAT?” aku dan Linda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri Linda, kubelai tangan dan rambutnya. Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Linda segera membuka kaosnya.Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika.

Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.“Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”Linda merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum.

Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeww….”Linda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Linda terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Linda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“Andrewww…..aacchhh……”Linda menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali. Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda.
Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.“Enn..en….Nikmat…banget….sssse….dothan…sama jilatan kkk…kamu…”
Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan.
Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Linda mulai mengejang lagi.
“Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pentil…kuhh…oohhhhh……”
Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Linda. Blessss…….“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”pantat Linda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.“Ayo, nDrew…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.
Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar.
Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.

“AN…DREEWWWW…….OOOOGGGHHHH.” Linda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Linda, makin kencang pula pelukannya.

Nafas Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.“No problem honey…aku safe kok….”sahut Linda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”
LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat. AAACCHHHHHHH………..” Crrrrrooooooooootttt…..crrrrooooooooottttt..crrrroooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku.
Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Linda merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Linda.Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.“Plllookkkkk….”
Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Linda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya.
Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Linda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.“Brani kam telen lagi?” tantangku.“Idih…syapa takut….”Linda balas menantangku. “Nih liat ya….”Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda tertawa geli.“Tuh…masih ada sisanya ditangan.
Mbelum bersih.” Sahutku.“Tenang, nDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Linda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Linda sambil mengerling genit.“Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.“Kenapa…? Kaget ya?”“Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”

”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Linda tersenyum“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Linda
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika.

Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika juga telah dilanda birahi.
Linda mencolek tanganku, rupanya ia ingin mengerjai Rika. Aku setuju. Sambil berjingkat, aku dan Linda menghampiri Rika. Segera tangan Linda yang masih ada sisa pejuhku dioleskan kemuka dan bibir Rika.“MMppphhhh…..fffggghhh…..” Rika sontak terkejut dan menghentikan aktivitasnya. “apaan nih…kok kayak bau pejuh…?”“Udahlah Rik….aku tau kamu juga ikutan horny, ngeliat aku dient*t sama mas Andrew.” Linda tersenyum-senyum genit.“AH…aku…eeehh….anuu….” Rika gelagapan kehabisan kata-kata.“Rik…gkalo kamu juga horny, gak papa kok…aku masih kuat.” Tantangku. “Tuh, kamu liat. kontolku masih bisa bangun.”Ya, walaupun sudah menyemprotkan amunisinya dua kali permainan, kontolku mash berdiri walaupun tak sekeras waktu ngent*tin Linda.
Malahan sekarang kontolku berdenyut dan mengangguk-angguk, seolah menyetujui usulku dan Linda.“Tuhhh, Rik. kontolku manggutmanggut.”sahutku.“Tapi nanti kalo Indah pulang gimana?” tanya Rika.“Don’t worry, honey. Kalo memang kepergok, nanti aku bantu jelasin ke Indah.” Hibur Linda. “Soalnya, dulu-dulu aku pernah becandain Indah, gimana kalo sekali-sekali aku minjem tongkol suaminya.”“Trus, Indah bilang apa?” Rika penasaran.“Mmmm.dia sih gak bilang iya tapi juga gak bilang enggak.”jawab Linda. “Dia cuman ngomong, ya kalo kamu gak malu sama Andrew, terserah kamu.
Tapi kalo Andrew ketagihan, resiko tanggung sendiri lho. Gitu kata Indah.”“Oooo…..” Rika terlongong mendengar penjelasan Linda. Aku pun terperangah. Jadi……ternyata…..???? jangan-jangan mereka berdua memang sengaja kesini…atas suruhan Indah….
Gak pake lama segera kulumat bibir Rika yang mungil.“Mmmpphhh…mmppfff……..aaahhhh…”Rika mendesah….”Andrewww…puasin aku sayang……guyur aku dengan pejuhmu kayak Linda tadi….oooccchhhhh…..”Aku terus melumat bibirnya..lehernya yang jenjang dan mulus…kujilat pula telinganya yang membuat Rika merinding dan tersengal-sengal.
Ternyata salah satu titik rangsangannya adala teling.Linda membantu melepaskan spandex Rika.
Dan…oouuuwww…pantesan di selangkangan Rika terlihat seperti terbelah. Rupanya dia memakai G-String yang segitiganya hanya mampu menutupi itilnya. Selebihnya…terlihat bibir memeknya sudah membengkak kemerahan dan basah kuyup oleh lendirnya. Kulihat memek Rika sama dengan Linda…bersih dari bulu jembut, sehingga ha ini membuat kontolku langsung tegak mengeras lagi.
Linda turut membantu Rika melepaskan G-String, kaos dan Bhnya. Seolah Linda tak ingin Rika direpotkan oleh aktivitas lain yang mengurangi kenikmatan bercinta.
“Ohhh…nDreeww,,,,sssshhhhh….hhhaaaaaarrrggghhh….mmmppphhhhh…..”Rika merintih-rintih sambil mennggelengkan kepalanya saat bibirku turun ke putingnya. Payudara Rika lebih kecil dari Linda, mungkin hanya 34B, dibandingkan milik Linda yang 36C.
Putingnya berwarna coklat muda, tegak keras mengacung, seolah menantangku untuk segera melahapnya.
Dan…hap….kusedot putting kiri, sementara tangan kananku meremas payudara sebelah kanan dan memilin putingnya.“Auuuccchhhh..Anddreewwww…ampunnnn…amppuuuuuunnnnn…..”Rika berteriak menahan nikmat saat jari tangan kiriku menyusuri memiawnya.
Kumasukkan jari tengahku sambil jempolku menggosok itil Rika yang sangat keras.“Rik…kontol Andrew diusap dong…biar cepet keras…” ujar Linda. Segera tanpa diperintah dua kali, Rika segera meraih kontolku, mengusap dan mengocok bergantian.“Uffff…Rika sayaaanng…akhirnya kontolku kena kamu yaaa…”aku merintih menahan nikmat.
Ternyata Rika sangat terampil dalam urusan kocok mengocok, sehingga tak perlu waktu lama kontolku sudah sekeras kayu lagi, mengkilat kemerahan.Tak sabar segera kubalikkan tubuh Rika, sehingga posisinya sekarang nungging didepanku. Lututnya bertumpu pada sofa panjang, sehingga punggungnya meliuk, menambah sexy posisinya saat itu.
Dengan pantat membulat, tampak bibir memek Rika merekah merah dan berkilat licin oleh cairan birahinya. Tak tahan, kuserbu memek Rika, kujilat itilnya dan kukorek liangnya dengan jari-jariku.
“Arggghhh…Andrew….oohhhh….nik..mat…sss…sseekkk..kali……say….yaannnghhh….”Rika menjerit sambil tersengal.
Napasnya memburu.“Akk..kku…hammm..ppir sampai, honey…”Rika terus merintih.Ah…ternyata Rika tak sanggupbertahan lebih lama lagi. Terasa sekali dibibirku, suhu memek Rika makin panas, dan lendir cintanya bertambah banyak mengalir.Segera saja kuarahkan batang kontolku yang menunggu giliran, merojok memek Rika.
“Ugghhhh……aaacccgghhhhhh…Andreeeewwww………”pantat Rika tersentak menerima hunjaman kontolku yang begitu tiba-tiba.Nikmat sekali memek Rika. Meskipun sama-sama becek dan mampu berdenyut, aku merasakan sensasi lain dibandingkan memek Linda.Makin lama makin terasa memek Rika berdenyut-denyut.
Tak ada suara yang keluar dari bibir Rika, kecuali erangan dan rintihan. Kurasakan otot disekitar pantat dan selangkangannya mengejang dan tiba-tia Rika menekan pantatku sambil melolong….
“Ohhh….Andreeeewwww…..Ugghhhh…..”Nafas Rika tertahan, dan kupercepat hunjaman kontolku, seolah menyerbu memek Rika bertubi-tubi.
Ahh…..betapa hangat lendir birahi yang mengalir, bahkan sampai meleleh membasahi pahaku dan paha Rika.Rika tetap menggoyang-goyangkan pantatnya, sehingga membuatku makin bernafsu menggocek kontolku dalam memeknya yang becek namun sempit.
“C’mon honey…shot your sperm inside my mouth….,”Rika menoleh dan menatapku dengan mata sayu seolah memohon agar kusemprotkan spermaku dimulutnya. “Ohhhhh….aaaawwwgghhh….Rikaaaaa…memek kamu kok ennnnaaakk bangethhh sssssiiiccchhh….,
”aku menceracau sambil terus memaju mundurkan pantatku “Ngeliat pantat kamu yang bulet dan putih…eeegghhhh….bikinnhh….aku pengen ngecrot. aaarrrrggghhh…rikaa”aku berteriak keras sambil mencabut tongkolku.
Serta merta Rika meraih kontolku, mengocoknya sambil menghisap kepala dan batangnya.
“C’mon…ayo Ndrew…keluarin pejuhmu…..”“Aku pengen ngerasain pejuh kamu….”Linda pun tak tinggal diam. Ia berbaring telentang dibawahku dan menjilat perineumku, seolah tau bahwa itu adalah daerah “mati”ku. Ya, aku paling gak tahan kalo bijiku dijilat. gila kamu lin..nikmat bangett”“Aku gak tahan, Rikaaa…Lindaa….sayangku cintaku…..”
Dan croottt….crroooootttt…..“Haeeppphh…hhhmmmppphhhhh” suara dari mulut Rika.
Tampak dia gelagapan menerima semburan spermaku, tak kurang dari 5semburan kencang dan banyak…
“Aaaahhh…..ooouuffhh….auuww…ooouuww…udah Rik…udah…udah…jangan diisep teruss…gelllliiii…..”aku meringis kegelian karena Rika tetep mengisap tongkolku, seolah tak rela kalo pejuhku tak keluar tuntas. Seolah ingin menikmati pejuhku hingga tetes terakhir.
“Hmmm…udah puas kamu Rik?” tanya Linda sambil bibirnya mengecap-ngecap pejuhku yang menetes ke mukanya.“Ahh…gila juga si Andrew ya…”sahut Rika. “memiawku rasanya penuh banget. Mana kontol dia panjang lagi.
Berasa mentok di rahimku kayaknya.”“Liang kamu gak dalem sih Rik,” timpalku. “Tapi asyik kok rasanya. Ternyata memiaw kalian sama2 gak dalem ya…”“Thanks banget ya buat kamu berdua, udah mau bantuin aku,”ucapku.“No problem, dear Andrew,” sahut Rika dan Linda hampir bersamaan.“Gimanapun, kamu kan suami sahabatku, boleh dong kalo saling bantu…”sahut Rika.
Kami pun bercanda sejenak sekedar melepaskan lelah. Dan sambil masih tetap bertelanjang, kupersilakan Rika dan Linda ke ruang makan untuk sekedar minum minuman segar. Kulirik, jam menunjukkan waktu pukul 11.37 siang, pertanda tak lama lagi istriku dan anak-anak akan segera datang. Mereka berdua pun segera membersihkan diri dari sisa-sisa lendir dan sperma yang membasahi memek maupun wajah mereka.
“Ok Ndrew…aku pamit dulu ya…,”Rika pamit sambil mengecup bibirku. “Daaa, sayang…”“Mmmuuaachh…,”Linda memagut bibirku lama, seolah tak mau kehilangan momen yang sangat dahsyat. “Bye, Ndrew…,”Linda juga berpamitan. “Salam buat Indah ya…tapi jangan bilang lho, kalo kamu habis bagi-bagi pejuh…xixixi..” Rika dan Linda cekikikan sambil berjalan keluar.“Ok, hon…don’t worry…thanks ya…”sahutku sambil melambaikan tangan dan mengantar mereka ke pagar.
Ah, betapa bahagianya aku, ternyata dua sahabat istriku tak keberatan olah sex denganku yang selama ini hanya khayalanku, kini telah menjadi kenyataan.Thanks buat Rika dan Linda…kuharap kalian gak bosen, karena akupun tak akan pernah bosan menikmati tubuhmu.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

NUSABET

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot - Aku seorang pedagang umur 35 tahun, istriku 32 tahun guru SMA. kisa...

NUSABET