Agen Bola Terbaik - Diam Diam Aku Ketagihan ML Dengan Kontol Besar - “HALLO…Lagi ngapain Toni?”
“Lagi nyantai aja. Apa kabar Mbak?”
“Baek. Kamu kangen ya sama aku?”
“Kangen sekali. Gimana ya…mm..aku ketagihan Mbak…tapi takut ketahuan sama Mas Jaka.”
Agen Bola Terpercaya - “Ah, nggak apa-apa kok. Aku jamin abangmu nggak apa-apa.”
“Nggak apa-apa gimana?”
“Nanti deh aku cerita. Tapi kalau kamu mau dan ingin bebas, kan bisa ketemuan di hotel.”
“Ih, takut Mbak. Sekarang sering ada razia di hotel-hotel. Kalau sampai
kena razia bisa heboh nanti. Mmm…kalau Mbak mau, aku ada usul…”
“Apaan tuh?”
“Aku punya temen, Reno namanya.”
“Terus?”
“Rumahnya kosong, cuma dia sendiri di rumah itu. Orang tuanya di Amerika.”
“Terus?”
“Ya kita ketemuannya di rumah dia aja. Gimana?”
“Lho, kalau dia tau gimana?”
“Gakpapa Mbak. Orangnya fair kok.”
“Terus?”
“Jujur, aku sudah bilang kapan-kapan mau numpang pake salah satu kamar
di rumah dia. Ya tadinya sih kalau Mbak gak keberatan, mau kuajak
ketemuan di rumah dia itu Mbak.”
“Kalau dia tau kan malu, sayang.”
“Di dalam kamar tertutup, masa dia tau apa yang kita lakukan?”
Aku
tercenung sesaat. Lalu terdengar lagi suara Toni di hpku, “Kita
ketemuan aja dulu di sana. Nanti Mbak pertimbangkan di sana. Kalau Mbak
gak sreg ya cari alternatif lain.”
“Tapi kamu jangan bilang aku ini istri abangmu. Gak enak.”
“Beres Mbak. Terus kapan kita ketemuan di sana?”
“Terserah kamu. Tapi harus di jam kerja.”
“Mmm…Senin pagi aja ya.”
“Senin lusa? Oke aku setuju. Soalnya tiap hari Senin abangmu suka pulang
telat, kadang-kadang sampai malam. Rumah temanmu itu di mana?”
Toni menyebutkan suatu alamat rumah.
Kataku. “Kita langsung ketemuan di sana aja ya Toni. Jangan keliatan bareng perginya.”
“Baik, jam sembilan aku sudah stand by di rumah Reno. Mbak mau pake apa ke sananya?”
“Ya pake taksi aja.”
“Sip deh! Sampai ketemu di sana nanti ya Mbak.”
“Oke. Take care Toni.”
Setelah hubungan telepon terputus aku
tercenung. Memang harus kuakui, Toni membuatku kangen terus. Maklum dia
masih begitu muda, 19 tahun juga belum. Tentu sangat beda dengan suamiku
yang sudah 30 tahun. Aku sudah membayangkan betapa nikmatnya dalam
gasakan dan keperkasaan Toni nanti.
Rasanya lama sekali menunggu hari Senin tiba. Dua hari yang kunantikan
serasa menunggu dua bulan lamanya. Aku resah sekali rasanya. Tapi
kusembunyikan keresahanku ini, jangan sampai diketahui oleh suamiku.
Senin
yang dinantikan tiba juga. Jam 7 suamiku sudah berangkat kerja. Setelah
bunyi mesin mobilnya hilang dari pendengaran, bergegas aku menuju kamar
mandi. Membersihkan tubuhku sebersih-bersihnya. Tak cukup dengan itu.
Selesai mandi kusemprot-semprotkan parfum ke setiap sela yang mungkin
tersentuh oleh Toni nanti. Aku ingin menimbulkan kesan seindah mungkin
di batin adik iparku itu. Kukenakan celana jeans dengan t-shirt biru tua
yang agak ketat. Tak lama kemudian aku sudah berada di dalam taksi yang
sedang menuju alamat rumah teman Toni yang bernama Reno itu.
Rumah
yang kutuju itu beberapa kilometer di luar kota. Aku agak tertegun
melihat kemegahan rumah dengan pekarangan yang sangat luas itu. Pasti
orang tua Reno bukan orang kebanyakan. Mungkin seorang pejabat tinggi
atau pelaku bisnis papan atas. Hal itu membuatku ragu. Tapi begitu taksi
berhenti di depan pintu pagar rumah megah itu, Toni datang menjemputku.
Dengan sopan ia membukakan pintu taksi waktu aku mau turun.
“Temenmu mana?” tanyaku dengan perasaan tak menentu waktu berjalan menuju pintu depan rumah megah itu.
“Lagi keluar dulu,” sahut Toni sambil menggenggam pergelangan tanganku,
“Santai aja Mbak. Di sini aku merasa seperti di rumah sendiri.”
“Kita langsung aja ke kamar yang sudah disediakan di atas yok,” ajak
Toni sambil menunjuk ke tangga yang menuju lantai dua. Aku menurut saja,
meski terasa sikapku serba canggung.
Di dalam salah satu kamar lantai atas, aku mulai merasa tenang. Terlebih setelah Toni menutupkan pintunya.
Pandanganku tertumbuk ke sebuah foto besar berbingkai silver. Foto
seorang anak muda di atas sebuah motor Harley Davidson. Tampan sekali
anak muda itu. Aku menduganya seorang artis yang belum kuketahui
namanya. Tapi Toni menunjuk foto itu sambil menerangkan, “Itulah Reno.
Ganteng ya Mbak.”
Aku cuma mengangguk cuek, padahal hatiku berkata, “Ganteng dan sexy sekali temanmu itu….”
Kamar itu ada kamar mandinya. Maka bisikku, “Aku mau pipis dulu ya.”
Toni mengangguk sambil tersenyum. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi
itu. Bukan cuma mau pipis, tapi sekalian ingin mencuci ku sebersih
mungkin. Karena aku yakin ku akan dijilati oleh Toni nanti, jangan
sampai ada bau yang kurang sedap, meski sudah disemprot parfum di rumah
tadi.
Celana jeans dan BH kugantungkan di kamar mandi. Keluar dari kamar mandi
dengan hanya mengenakan CD dan t-shirt. Rupanya Toni juga sudah
melepaskan celana jeansnya, sama seperti aku, tinggal mengenakan t-shirt
dan CD.
Senyum Toni tampak menggoda waktu aku menghampirinya.
Lalu memelukku dengan hangat. Dan menciumi pipi serta leherku, lalu
melumat bibirku dengan hangat dan membangkitkan gairahku.
Supaya
Toni lebih leluasa menikmati kemulusan tubuhku, kulepaskan t-shirtku,
sehingga payudaraku yang masih terawat kencang ini tak tertutup apa-apa
lagi. Toni pun menanggalkan t-shirtnya. Lalu memelukku dengan hangat dan
meraihku ke atas tempat tidur. Aku pun mulai menggelinjang nikmat
ketika Toni mulai menjilati puting payudaraku. Tak hanya itu, lidahnya
mulai menjilati pusar perutku dan turun terus, sampai akhirnya
kemaluanku mulai dijilatinya dengan penuh semangat. Aku pun mulai
menggeliat-geliat dalam arus kenikmatan, sambil merengek
lirih,“Toni…oooh…ini enak sekali sayang…kamu be…belajar dari siapa
sih…kok pintar amat kamu main emut begini…?”
“Belajar dari film
bokep,” sahut Toni sambil menghentikan jilatannya sesaat, lalu
menyedot-nyedot kelentitku membuatku mendesah-desah lagi dalam nikmat.
“Udah Toni…masukin aja….cepet…aku pengen melepas kangenku sama tititmu
yang gagah itu…” pintaku sambil menarik bahu Toni agar naik ke atas
tubuhku.
Toni mengikuti ajakanku. Ia mulai mengarahkan batang kemaluannya ke
mulut ku. Aku pun membantunya, merenggangkan pahaku sambil memegang
batang kemaluan Toni dan menekankan puncaknya pas di mulut veggyku. Lalu
aku mengedipkan mata, sebagai tanda agar ia mulai
mendorong…dan…aaah…batang kemaluan Toni mulai melesak dengan mantapnya
ke dalam liang kemaluanku!
Tapi setelah mulai menggeser-geserkan
zakarnya maju mundur dalam liang kenikmatanku, ia berkata terengah,
“Mbak jangan marah ya…sebenarnya Reno ada di rumah ini. Dia ingin nonton
kita Mbak…”
“Apa?” aku kaget, tatapanku tertuju ke foto besar yang terpampang di
dinding itu. Foto anak muda yang tampan itu, “terus kalau dia ngiler
nanti gimana? Kamu kok ada-ada aja.”
Nada ucapanku seperti protes.
Tapi diam-diam aku teringat pada peristiwa main bertiga dengan Benny.
Apakah pagi ini akan terjadi kisah yang mirip itu?
“Dia orang sopan Mbak. Dia hanya ingin nonton. Tapi…kalau dia gak tahan
dan ingin ikutan, mainin aja nya sama tangan Mbak…itu juga kalau Mbak
gak keberatan. Pokoknya aku jamin tidak akan ada pemaksaan, Mbak.” Toni
mulai mengenjot nya dengan gerakan syur, yang membuatku mulai
terpejam-pejam.
“Nggak tau ah…” sahutku pura-pura tidak suka. Tapi diam-diam khayalanku
mulai melambung…membayangkan sesuatu yang luar biasa indahnya.
“Dia menunggu izin Mbak untuk masuk ke kamar ini. Izinkan jangan?” tanya Toni sambil menghentikan gerakannya sejenak.
“Terserah kamu aja lah,” sahutku dingin. Padahal diam-diam aku ingin melihat apakah Reno itu setampan wajah di foto itu?
Tanpa menghentikan genjotan nya, Toni berseru, “Reno! Come on…!”
Aku rada degdegan juga ketika kudengar pintu dibuka. Soalnya aku dalam
keadaan bugil begini, keadaan telanjang bulat dan sedang disetubuhi oleh
adik iparku.
Lalu tampak seorang anak muda tinggi semampai dengan wajah, Oh my God…!
Tampan sekali cowok bernama Reno itu. Tubuhnya pun tinggi sekali,
mungkin ada 190 cm tingginya. Dan senyumnya itu, oh…jangan-jangan aku
bisa jatuh hati nanti…!
“Kenalan dulu dong,” Toni menghentikan entotannya sejenak, sambil menoleh ke arah Reno.
Aku
yang sedang terlentang ini sempat juga berjabatan tangan dengan Reno.
Ini adalah jabatan tangan yang paling canggung dalam hidupku. Karena aku
sedang bertelanjang bulat, sedang dientot pula oleh Toni. Tapi di balik
itu semua, aku benar-benar kagum melihat tampang dan sikap Reno. Jujur,
aku belum pernah melihat cowok setampan Reno. Dengan melihat senyumnya
saja hatiku sudah tergetar hebat. Dan waktu tangannya menjabat tanganku
sambil menyebutkan namanya, terasa ada aliran hangat yang membuatku
luluh. Oh, andaikan Reno meminta untuk menyetubuhiku, aku mau dan rela
lahir bathin!
“Ayo lanjutkan Toni,” kata Reno sambil duduk di samping kananku, “Ini pertunjukan dahsyat….aku suka sekali.”
Toni pun melanjutkan permainan surgawi ini. Dengan mantap batang
kemaluannya menggenjot liang kewanitaanku lagi. Sementara Reno seperti
asyik sekali memperhatikan semuanya ini.
“Ahhh…ini merangsang sekali, jauh lebih edan daripada nonton bokep,” cetus Reno sambil menekan-nekan bawah perutnya.
Aku merasa kasihan juga. Meski sedang menikmati asyiknya enjotan Toni,
kugenggam pergelangan tangan Reno dengan hangat. Reno senang
kelihatannya dengan genggamanku.
“Ih, aku jadi ngaceng, Mbak….” katanya malu-malu.
“Masa…?” sahutku terengah, karena entotan Toni terasa makin gencar. Dan
penasaran juga, sengaceng apa cowok tampan itu. Lalu kujulurkan
tanganku, hinggap di bawah perut Reno yang masih berpakaian lengkap itu.
Kutarik ritsleting celana jeansnya, agak susah dan Reno membantuku
menarik ritsleting celananya. Lalu tanganku menyelinap ke balik celana
dalamnya. O, my God! Apa aku gak salah pegang? Aku menyentuh sesuatu
yang besar sekali, mungkin sama dengan pergelangan tanganku! Bahkan
mungkin lebih besar lagi, sudah keras dan hangat pula!
Aku terkesiap. Mungkinkah ada sebesar itu?
Ketika kutatap wajah cowok abg itu, dia cuma tersenyum malu-malu, karena
aku sedang berusaha menggenggam nya yang masih tersembunyi di balik
celananya. Dan aku tak berhasil menggenggam sepenuhnya, saking besarnya
batang kemaluan anak muda itu. Lalu kutarik-tarik celana jeansnya,
sebagai pertanda agar ia melepaskan celananya.
Sambil tersenyum cowok rupawan itu menurunkan celana jeans dan CDnya.
Wow! Aku benar-benar kaget melihat panjang dan besarnya batang kemaluan
anak muda itu! Besar sekali! Panjang sekali! Apakah aku tak salah
lihat?!
Perhatianku yang tertumpah ke alat kelamin Reno, membuatku kurang konsentrasi pada yang sedang Toni lakukan di atas tubuhku.
Aku
menggapaikan tanganku. Anak muda bernama Reno itu mengerti dan segera
mengangsurkan nya ke dekat tanganku. Darahku tersirap-sirap waktu
memegang batang kemaluan yang sudah tegang itu. Benar-benar tidak
tergenggam oleh tanganku! Diameternya hampir sama dengan diameter gelas!
Dan panjangnya…aku yakin takkan kurang dari 25 cm! Aku tak pernah
membayangkan akan ada batang kemaluan segede dan sepanjang ini.
Aku
mulai mengelus bagian kepala dan leher zakar Reno, sementara Toni tetap
gencar mengenjotku. Tapi ia masih sempat membisiki telingaku, “Dia
belum pernah bersetubuh dengan perempuan, Mbak.”
“Masa sih?” tanyaku heran, sementara tangan kananku mulai berusaha
meremas zakar Reno dengan lembut…dengan nafsu yang menjadi-jadi.
“Betul,” sahut Toni tanpa menghentikan entotannya, “Dia anak pingitan Mbak.”
Ah..enak
sekali rasanya pikirku dan aku melirik ke arah reno. setelah itu aku
melepaskan burung toni karena dia sudah mencapai klimaks.
Nah
sekarang giliran kamu, Reno, pikirku. Saat aku berusaha memasukkan
burung toni ke lubang kemaluanku, aku meregangkan kedua kakiku agar
kemaluan reno dapat masuk dengan leluasa. Aku dan Reno berciuman dengan
memainkan lidah di mulutku, kadang menjilat bibirku, sementara tanganku
masih memegangi pinggang Reno untuk mendorong burungnya masuk.
Reno
dengan gerakan maju mundurnya membuat aku keenakkan. Aku mendesah cepat
dan keringat kami semakin banyak. aku tak menyangka akan terpuaskan
oleh kedua orang ini. Kemudian kuarahkan tangannya ke buah dadaku yang
menggantung karena posisinya yang nungging. Diremas-remas dan digerakkan
ke banyak arah. Sementara pinggangku terus dipompa agar burungnya terus
keluar masuk ke lubang kemaluanku. Ciumanku dengan Reno semakin seru
dan penuh nafsu. Sesekali kuarahkan tanganku keburung toni yang
ukurannya hampir sama besarnya dengan punya Reno. Tibalah saatnya aku
orgasme. Dengan segera tanganku memegang pinggang Reno dan kudorong
pantatku dengan cepat.
“Crepp..creep..” suara selangkangannya berbenturan dengan pinggiran lubang kemaluanku.
Dan, “Crut..” air maninya memuncrat derasnya di dalam lubang kemaluanku.
Kami
berdua mendesah keras karena Reno pun mencapai orgasme. Cukup lama aku
merasa orgasme sehingga kutekan pantatku ke depan dan kugerakkan memekku
yang ada di dalam lubang kemaluannya. Setelah beberapa saat kukeluarkan
burungnya yang basah dan dengan spontan kupegang burungnya dan
menjilati bekas air maninya yang bercampur dengan lendir memekku.
Kami bertiga pun beristirahat dengan tiduran telanjang tanpa satu helai
pakaian. Aku di tengah dan mereka di sampingku. Tanganku masing-masing
memegang buah zakar milik Toni dan Reno, ohhh.. aku sangat terpuaskan
bercinta dengan mereka. sungguh nikmat dan luar biasa permainan mereka,
mengalahkan permainan suamiku dan benny waktu tempo hari. Tamat
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment