Monday, April 30, 2018

Bandar Poker Terbaik - Aku Jadi Taruhan Seks Suamiku Dengan Temannya

Bandar Poker Terbaik - Aku Jadi Taruhan Seks Suamiku Dengan Temannya - Rita (34) nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Aryo, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah menyangka jika Mas Aryo tega menjual tubuhku. Ketika pertama kali aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain. Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.
Bandar Poker Terpercaya - Mas Aryo berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Aryo pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Rit”, jawabnya singkat.
Mas Aryo makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak. Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Rizal anak kami.
Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Aryo berusaha menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”, katanya.
Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.

Suatu sore saat Mas Aryo belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Bondan berkunjung ke rumah. Kedatangan Bondan inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Bondan datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Aryo berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.
Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Aryo tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Bondan.

Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Aryo berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Aryo cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.
Untung saja tak lama kemudian Mas Aryo pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Bondan, Mas Aryo tampak lemas. Dia tahu pasti Bondan akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Aryo kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Aryo sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Aryo menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.
Setelah Bondan pulang, Mas Aryo memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Bondan. Aku menyadari Mas Aryo sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Aryo langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Aryo kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Aryo mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Aryo mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.
Setelah itu Mas Aryo sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Aryo untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Aryo yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.
Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Aryo, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Aryo terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Aryo dengan semampuku, kulihat Mas Aryo begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.
Mas Aryo kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.
Mas Aryo rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Aryo mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Aryo, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Aryo mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.

“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.
“Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.
“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Aryo mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Bondan tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Aryo.
“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Aryo dengan pelan dan tertahan.


Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo mengerti keterkejutanku.
“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.


Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Aryo.
“Besok kamu ikut aku menemui Bondan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.

Sore hari setelah pulang kerja, Mas Aryo menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Aryo mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.
Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Aryo, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Bondan menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Bondan, dan kemudian berpamitan.
Dengan lembut Bondan menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Bondan tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.
Bondan menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.
Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.
Bondan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung. Kemudian Bondan merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.
Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Bondan belum menjamah tubuhku.
Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.
Bondan rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Bondan tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.
Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Bondan kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Bondan tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.
Melihat ini, tangan bondan yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Bondan mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.
Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.
Bondan tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Bondan melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Bondan telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Dengan cepat Bondan kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Bondan dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.
Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Bondan, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Bondan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Bondan rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.
Keesokan paginya, Bondan mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Sunday, April 29, 2018

Agen Capsa Online - Ibu Ratih Dosen Montok Yang Menggairahkan

Agen Capsa Online - Ibu Ratih Dosen Montok Yang Menggairahkan - Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, ketika aku kuliah semester ketiga di sebuah lembaga pendidikan di Bekasi. Waktu itu, para mahasiswa baru sedang berkumpul untuk membahas tentang uang kuliah yang menurut brosurnya bisa dicicil selama 5 kali, namun kenyataannya para mahasiswa hanya diberikan kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali. Bagiku sih sebenarnya tidak terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh selama satu tahun, namun karena rasa solideritas terhadap teman, akhirnya aku ikut berkumpul, dan ternyata oleh teman-temanku, aku dipercaya untuk mewakilkan dan menyampaikan keluhan mereka kepada manager lembaga yang bernama Ibu Ratih S.Pd.
Agen Capsa Terbaik - Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, ketika aku kuliah semester ketiga di sebuah lembaga pendidikan di Bekasi. Waktu itu, para mahasiswa baru sedang berkumpul untuk membahas tentang uang kuliah yang menurut brosurnya bisa dicicil selama 5 kali, namun kenyataannya para mahasiswa hanya diberikan kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali. Bagiku sih sebenarnya tidak terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh selama satu tahun, namun karena rasa solideritas terhadap teman, akhirnya aku ikut berkumpul, dan ternyata oleh teman-temanku, aku dipercaya untuk mewakilkan dan menyampaikan keluhan mereka kepada manager lembaga yang bernama Ibu Ratih S.Pd.
Akhirnya aku menuju lantai 4 untuk membicarakan masalah ini kepada Ibu Ratih, dan siapa tahu beliau bisa memberikan solusi yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Ketika aku hendak mengetuk pintu ruangannya, terdengar samar-samar suara desah dan erangan yang berasal dari dalam ruangannya. Akupun tahu bahwa suara ini adalah suaranya Ibu Ratih, karena aku sangat hapal dengan suaranya ketika beliau masih memberi mata kuliah Akuntansi Dasar 1.
Kuketuk berkali-kali, namun belum ada jawaban, akhirnya aku beranikan diri untuk langsung membuka pintu. Ku lihat diruang kerjanya, ternyata tidak ada, kucari kesana kemari, akhirnya aku menemukannya sedang serius menghadap kekomputer yang biasa digunakan oleh asistennya (letaknya terhalang oleh sebuah lemari yang berisi bermacam-macam jenis buku). Yang aku tahu, hari ini asistennya belum masuk karena 2 hari yang lalu dia mengalami kecelakaan. Dengan agak ragu aku mencoba mendekatinya.
Dan ternyata.. Ibu Ratih sedang melihat adegan-adegan seks yang ada di internet. Wajar saja tadi terdengar suara orang mendesah keenakan, tidak tahunya waktu melihat adegan itu, Ibu Ratih pun merangsang dirinya sendiri dengan menggunakan jari-jari lentiknya. Aku jadi bingung dan deg-degan, karena sebagai lelaki yang beranjak dewasa, didepanku ada adegan seks yang ditampilkan dimonitor, dan yang lebih membuatku konak, ketika melihat Ibu Ratih yang sepertinya sedang diamuk birahi. Sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja, dan melebarkan kedua pahanya, jari-jari lentik Ibu Ratih terus keluar masuk lubang memeknya yang sudah terlihat basah.
Karena takut ketahuan, dan takut dimarahi akan kelancanganku, pelan-pelan aku menuju pintu untuk keluar. Tetapi tiba-tiba..
“Fik.. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah lancang memasuki ruangan saya tanpa sepengetahuan saya”.
Karena beliau mengancam akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelancangan saya.
Tanpa menunjukan ekspresi apapun, Bu Ratih berjalan mendekatiku sambil bertanya.
“Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?”
Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah lancang memasuki ruangan Ibu tanpa izin.
“Dan kamu tahu apa hukumannya jika telah melakukan itu?”
“Tidak Bu”, jawabku pelan.
“Oke, sekarang kamu akan saya hukum sesuai dengan kesalahanmu, apa yang kamu lihat ketika kamu masuk ruangan ini?”
“Ngga ada bu”.
“Kamu jangan bohong yach, sebenarnya waktu kamu masuk, Ibu sudah mengetahuinya, sekarang jawab yang jujur, apa kamu melihat saya sedang melakukan sesuatu?”
Akhirnya dengan gugup saya menceritakan semua kejadiannya.
“Jika memberi keterangan jangan berbelit-belit begitu, saya tidak mengerti. Sekarang coba kamu peragakan semua yang kamu lihat”.
Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria. Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengikuti apa yang tadi Ibu Ratih lakukan, namun karena saya terus melihat adegan di monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama tanpa saya sadari, kontol saya mulai menegang. Namun karena merasa malu takut ketahuan Ibu Ratih, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan semua yang tadi dilakukannya, karena saya tidak mempunyai memek.
Tanpa disangka, Ibu Ratih malah berkata.
“Kalo begitu, kamu pake memek saya saja, tapi jarinya tetap jari kamu”.
Akhirnya Ibu Ratih memposisikan tubuhnya seperti waktu pertama kali saya lihat. Ragu-ragu saya mendekatinya dan bertanya.
“Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD, kenapa sekarang pake CD?”, tanyaku.
“Coba sekalian kamu praktekkan cara membuka CD wanita, apakah kamu bisa?”.
Akhirnya aku tahu bahwa aku akan mengalami hukuman yang sangat menyenangkan.
Tanpa ragu-ragu lagi aku mendekati tubuh Ibu Ratih yang masih menaikan kaki dan melebarkan kedua pahanya di atas meja. Aku langsung menurunkan kedua kakinya dan meminta dia untuk berdiri.
“Saya menghargai wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya menghargai semua yang ada pada diri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang ada di diri ibu”.
Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
“Kata-katamu cukup romantis, tapi saya minta jangan hanya di mulut saja”.
Thanks God, akhirnya saya diberi kesempatan untuk merasakan apa yang selama ini cuma jadi hayalan saya tentang kecantikan dan kemontokan Ibu Ratih. Dengan lembut, saya mulai menciumi bibirnya yang merah merekah. Ternyata, Ibu Ratih sangat liar (mungkin karena sebelumnya sudah melihat adegan yang merangsang).
“Fik, untuk sekarang ini, Ibu cuma butuh kontol kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk merangsang ibu, karena Ibu sudah tidak kuat lagi menahannya”
Sambil berkata begitu, tanpa sempat membuka bajuku, Ibu Ratih langsung membuka celanaku dan mengarahkan kontolku ke memeknya.
Walaupun tanpa foreplay terlebih dahulu, kontolku memang selalu siap jika disuruh ngentot cewe cantik, karena kontolku sudah terlatih sejak waktu SMA. Sambil berdiri, Ibu Ratih terus menarik dan mendorong pantatnya agar kontolku terus keluar masuk dari lubang memeknya. Aku hanya diam mematung menikmati hangatnya lubang memek Ibu Ratih, karena walaupun aku terlihat pasif, sepertinya Ibu Ratih sangat menikmatinya.
“Terus Fik, enak banget kontolmu fik aacchh.. nikmatnya.. kontolmu Fik.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Fik.. gede banget Fik.. terruuzzhh.. aacchh”
Tanpa henti-hentinya Ibu Ratih mendesis seperti orang yang kepedasan.
Meski dari dulu aku terobsesi untuk bisa bercinta dengan Ibu Ratih, namun aku tidak ingin terburu-buru dalam menikmatinya. Aku sengaja membiarkan Ibu Ratih agar dia mencapai puncak duluan, biar bisa memberikan kesan yang baik di matanya.
“Aawww..” ternyata ketika Ibu Ratih mencapai orgasme, tanpa sadar tangannya yang semula memegang pantatku, langsung meremas dengan sekencang-kencangnya, tubuhnya bergetar sebentar, kemudian diam dan langsung memelukku.
“Thanks ya Fik, kamu sudah membantu saya mencapai puncak”.
Ketika pelan-pelan kucabut kontolku yang masih tegak berdiri, Ibu Ratih masih terlihat lelah, namun dari raut wajahnya terlihat sangat puas. Aku sengaja memberi waktu beberapa menit agar Ibu Ratih bisa istirahat dan menikmati sisa kenikmatannya. Beberapa menit kemudian, aku langsung membuka bajuku, menurutku, pertempuran baru akan dimulai, dan dengan perlahan akupun mulai membuka satu persatu pakaian Ibu Ratih. Karena waktu pertama melakukannya, Ibu Ratih tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membuka pakaian kami, mungkin saking ngebetnya, dia cuma menaikan roknya (yang kebetulan sudah tidak ber-CD), dan menurunkan celanaku.
“Waktu istirahatnya sudah cukup Bu, sekarang mari kita ngentot lagi, dan tolong puaskan kontol saya dengan segala cara yang Ibu bisa”. Tanpa menunggu lama, kami yang sudah sama-sama telanjang sudah saling memeluk. Aku yang sangat mengagumi kemolekan Ibu Ratih, berusaha untuk menikmati seluruh tubuhnya. Kubaringkan Ibu Ratih dilantai, kedua susu yang padat itu semakin terlihat indah dan mengundangku untuk segera menikmatinya.
“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh, teeruuss”
Tanganku pun mulai mencari sasaran yang lain ketika bibirku masih memainkan kedua susunya. Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar lubang kemaluannya.
Ku usap dengan lembut pinggiran lubang kemaluannya, ternyata sudah sangat basah, mungkin karena dia sudah mulai diamuk birahi lagi. Kuelus terus sambil sesekali telunjukku kumasukkan ke dalam memeknya yang sudah terlihat sangat merah akibat terjadinya gesekan. Bibirku langsung berhenti mencumbu bibirnya, aku langsung mengarahkan mukaku kekemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku lebarkan lubang memeknya, dan aku langsung menjilati “klit”nya yang agak sedikit “monyong” ke depan. Ibu Ratih seperti orang kesetanan ketika lidahku menyentuh daerah terlarangnya, dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, mulutnya terus mendesis seperti ular, dan tangannya seperti mencari sesuatu untuk dipegang.
Seperti kejadian sebelumnya, Ibu Ratih pun mengalami orgasme yang kedua ketika aku baru memainkan memeknya dengan lidah dan jariku. Namun karena nafsuku sudah tidak bisa kubendung lagi, aku tidak memberi dia kesempatan untuk beristirahat, setelah melihat dia terkulai dengan lemas, aku mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya. Dengan mengangkat kedua pahanya, dan meletakkan kakinya dipundakku, aku langsung memaju mundurkan pantatku untuk mengeluar masukan kontolku ke dalam memeknya.

Hampir 20 menit aku mengocok memeknya dengan kontolku, mungkin itu membuat gairah Ibu Ratih mejadi bangkit lagi, diapun berusaha untuk menggoyangkan pinggulnya agar kontolku bisa menstimulasi dinding memeknya secara menyeluruh. Aku mengerti apa yang dia inginkan, akhirnya tanpa menyabut kontolku, pelan-pelan kubalikan badannya dan menyuruh dia agar “menungging”. Secara visual, nafsuku langsung bertambah ketika melihat 2 bongkahan daging yang sangat besar dan tanpa berhenti memainkan kontolku, tanganku langsung meremas pantatnya yang sangat mulus, aku usap, aku remas, dan kadang-kadang aku menepuknya sehingga membuat warna kulitnya menjadi agak merah.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Saturday, April 28, 2018

Agen Capsa Terpercaya - Skandalku Berselingkuh Dengan Istri Temanku Sendiri

Agen Capsa Terpercaya - Skandalku Berselingkuh Dengan Istri Temanku Sendiri - Sejak aku berhasil menyetubuhi Cik Ling dan dia membuatku hilang keperjakaanku, aku terobsesi menikmati tiga teman kantorku dan satu lagi adik ipar Cik Ling, Cik Nina. Hari Sabtu lalu, Cik Nina mendatangiku. Gila, seksi benar.
Agen Capsa Terbaik - Skandalku Berselingkuh Dengan Istri Temanku – Dia duduk di depanku. Kaosnya super ketat dan celana jeans-nya super ketat membuat tubuhnya tercetak jelas dan dapat kulihat. Seolah Cik Nina membiarkan aku menikmati tubuhnya. Kapan ya, pikirku. Ketika aku hampir lebih melamun, aku dikejutkan Nia yang masuk ruanganku tanpa mengetuk. Nia terkesiap dan menyatakan ketidak senangannya atas apa yang mataku lakukan dengan Cik Nina. Aku bisa lihat di wajahnya dan Nia berdiri kaku di samping Cik Nina, kemudian Nia keluar.
Setelah selesai berbicara dengan Cik Nina, Cik Nina keluar dengan sedikit pandangan lain kepadaku dan membuatku kelabakan. Aku sempat berpikir, Apakah Cik Ling bicara dengan Cik Nina ya? Ahh, aku membayangkan yang, ya ya ya, dengan Cik Nina dan Cik Ling lagi.
Lima belas menit kira-kira, Nia masuk lagi ke ruanganku, lalu ditutupnya. Ruanganku ber-AC dan Nia dengan sedikit akting memarahiku. Kupikir Nia ini cemburu. Dan makin aku mendapatkan jalan lapang menikmati tubuh Nia.”Iya, iya, aku minta maaf. Mau memaafkan nggak? Entar tak kasih hadiah,” kataku pada Nia. Nia mengangguk. Nia memang sayang sama aku, hampir tiap hari Nia membawakanku kue. Nia tahu kalau aku suka kelaparan sebelum makan siang. Dari situ, aku bisa lebih dekat dengan Nia, istri Mas Heru ini. Mengapa Nia rela memperhatikanku ya? Ada yang tak beres sepertinya hubungan mereka berdua. Nia sudah punya dua anak yang masih balita dan dia baru berumur 26 tahun.

Akhirnya, sesuai janjiku, aku memberikan sesuatu untuk Nia. Daster hitam. Aku terus terang sudah membayangkan Nia memakai daster hitam ini dan aku menyetubuhinya. Ahh, aku jadi ingat Cik Ling yang banyak mengajariku soal persetubuhan.
“Nia, ini buatmu ya?” Nia tersenyum sambil menerima kadoku.
“Bagaimana kabar rumah Nia?” tanyaku melanjutkan.
“Baik Jo,” katanya agak terpaksa.
“Kemana Mas Heru hari ini?” kataku memberanikan lebih dalam.
“Oooh, baru pergi ke Bogor, ada seminar dan training seminggu di sana,” katanya.
Wah, ini kesempatan buatku.
“Maukah Nia menemuiku nanti sore? tanyaku.
Sementara aku berakting biasa karena teman-teman kantor di luar bisa melihatku di dalam ruangan berkaca ini. Nia diam saja.
“OK, kalau Nia mau temui aku di sini,” kutuliskan nama hotel berbintang di dekat rumahnya, “Sore nanti ya, sejam setelah pulang kantor, dan kuharap Nia mau pakai apa yang aku berikan itu,” kataku merayu.

Nia keluar dari ruanganku, hatiku berkecamuk. Mau tidak dia ya? Pikir dan anganku. Yaa, paling-paling aku kehilangan uang hotel saja. Segera aku telepon hotel dan aku booking kamar 617 (lantai 6 kamar 17). Aku pesan yang menghadap ke selatan, sehingga bisa melihat bukit-bukit di selatan kotaku. Aku telepon Nia dan memberitahu nomor kamarku. Nia diam saja. Aku makin gelisah.
Aku pulang sejam lebih awal. Mobil kutinggalkan di parkir Mall di kotaku dan aku naik taksi ke hotel. Dengan jantung yang makin berdegub aku menunggu Nia datang. Akhirnya ada ketukan di kamarku dan yaa, hatiku melonjak karena Nia datang. Ahh, senyumnya malu-malu dan segera kutarik ke dalam, kukunci pintu. Kami berpandangan dan akhirnya kami berpelukan, aku dekap Nia sekuatku dan kuciumi kuat bibirnya yang manja. Ahh Nia, kau benar-benar menjadi milikku sore ini.
“Nia bawa daster hitam yang aku beri?” dia mengangguk. Dan aku memintanya untuk memakai sekarang. Kusuruh dia ke kamar mandi, sementara aku melucuti pakaianku sendiri hingga telanjang. Aku berdiri agak bersembunyi. Aku ingin menikmati Nia, bagaimana dia berjalan. Aku mengelusi kemaluanku sendiri. Ahh, tunggu ya, sabar ya, kataku dalam hati pada kemaluanku. Lama sekali Nia di kamar mandi. Sekitar 15 menit kemudian, kulihat pintu kamar mandi dibuka Nia dan amboi.. kuperhatikan dia berjalan dari belakang dan dia mencariku ketika sampai dekat tempat tidur. Akhirnya dia tahu persembunyianku. Aku keluar dengan tubuhku yang telanjang, dengan batang kemaluanku yang menegang kuat penuh. Nia terhenyak melihatku, matanya terpaku menjalari tubuhku dan terakhir melihat kemaluanku. Batang kemaluanku kalau tegang maksimum kira-kira 15 cm dan 4,5 cm diameternya. Lalu kupanggil supaya dia mendekat dan aku juga bergerak mendekat. Seksi sekali Nia dengan daster hitam yang kuberikan. Pundaknya hanya dilapisi tali hitam kecil. Ahh, Nia sudah tidak pakai BH lagi, buah dadanya tampak menggunung dan bergerak-gerak ketika dia berjalan.
Ooh, kedua bukitnya kurasakan nikmat di dadaku. Kupandangi dia ketika kami berdekapan. Tanganku bergerilya di bagian belakang tubuhnya menelusuri punggung dan ke pantatnya yang indah tertutup daster hitam. Aku kaget karena dibalik daster hitam itu sudah tak ada lagi BH dan celana dalam. Dengan sekali sentak pasti Nia sudah telanjang di dekapanku. Pikiranku berubah. Aku ingin menyetubuhi anusnya dulu dengan Nia masih memakai daster. Lalu, kubalikkan tubuhnya. Nia menyandarkan kepalanya di dada kiriku. Wajahnya menghadapku dari samping. Ahh, benar-benar menggairahkan tubuhnya. Buah dadanya yang besar menantangku, juga tubuhnya, semuanya. Dengan manja dan minta, aku memaguti mulutnya, menguluminya. Tanganku bergerak meraba leher, kepala, telinganya.
Kami berkuluman lama, kuciumi pipinya, telinganya, dahinya dan tanganku mulai merambati kedua buah dadanya dan kuberikan lagi sensasi-sensai yang sangat menikmatkannya. Tubuhnya sesekali membusung ke depan menikmati gerakan tanganku meremasi buah dadanya. Lalu tiba-tiba tubuhnya menunduk dan makin membungkuk, aku menahan dengan tanganku yang masih di buah dadanya. Nia sangat menikmati. Akhirnya Nia dan aku tidak kuat menahan tubuhnya dan Nia makin menunduk akhirnya mencapai dasar lantai, Nia membungkuk. Kubuka daster bawahnya ke atas dan kulihat pantatnya yang menggairahkan. Nia menungging, aku meremasi buah dadanya dari belakang. Aku menciumi pantatnya dan bibir kemaluannya, menggairahkan sekali. Kuraih klitorisnya dan membuat tunggingannya semakin naik dan membuka. Kugesekkan batang kemaluanku di sepanjang bibir kemaluannya bergerak ke atas ke anusnya. Seolah Nia tahu keinginanku. Akhirnya aku terdiam. Nia tahu sekarang kalau aku mau anusnya. Aku diam, sementara kemaluanku sudah berada di bibir anusnya. Nia gerakkan pantatnya dan aku diam. Nia terus bergerak ke belakang membuat batang kemaluanku semakin terbenam di anusnya. Nia sangat menikmatinya dan tidak merasakan sakit. Akhirnya seluruh batang kemaluanku tertanam di anusnya. Ooh, nikmat sekali jepitan anusnya.
Aku menikmati sensasi kenikmatan ini dan kuraih lagi buah dadanya dari belakang sementara Nia masih menungging. Kuremasi lagi dan kugerakkan lembut batang kemaluanku yang sudah terbenam penuh di anusnya. “Ooh Nia, Nia,” kataku. Akhirnya aku mulai tidak tahan lagi, cepat-cepat kucabut dan sebelum Nia tersadar, batang kemaluanku sudah menghujam ke lubang kemaluannya dengan cepat. Nia tersentak sebentar sebelum Nia sangat menikmati goyanganku. Sementara batang kemaluanku tertahan, aku melucuti dasternya sehingga Nia telanjang dalam gaya “doggy”-ku. Aku ingin Nia jadi betinaku seperti anjing jantan menyenggamai betinanya. Sambil masih menungging, kugoyangkan nikmat, kuciumi Nia dari belakang, kuraih buah dadanya dan Nia melenguh kenikmatan. Nia makin tidak tertahan menikmati sensasi di liang kemaluannya. Makin rapat dan menungging saja dia, batang kemaluanku berdenyut seiring denyutan jantungku. Akhirnya dengan satu teriakan keras kami bersama orgasme. Aku semprotkan spermaku ke liang senggamanya sementara Nia memuntahkan cairan kewanitaannya menghangati batang kemaluanku. Nia terkulai telungkup dengan menyisakan gerakan-gerakan kepuasan ketika aku menyetubuhinya.
Kucabut batang kemaluanku dan kucumbui Nia. Sisa-sisa ketegakan batang kemaluanku dan sperma bercampur cairan kewanitaannya kuarahkan ke mulutnya dan pipinya. Diraihnya batang kemaluanku oleh Nia dan dikuluminya. Dibersihkannya dengan mulutnya yang menggairahkan itu dan batang kemaluanku mengeras lagi.
Satu istimewa pada Nia adalah buah dadanya yang berbentuk menggantung seperti buah pepaya besar. Aku suka memperhatikan BH-nya dari depan di kantor yang suka merosot ke bawah menahan beratnya kedua bukit indah itu. Aku suka membayangkan kapan aku bisa menikmatinya. Dari tadi aku hanya meremasi saja. Dan ketika batang kemaluanku tegak lagi oleh kuluman dan sedotannya, kutuntun Nia ke kamar mandi. Aku ingin menyetubuhinya lagi di sana.
Kami mandi bersama dengan shower yang hangat. Tubuh Nia sangat seksi apalagi dengan buah dadanya. Kucumbui Nia lagi. Kutengadahkan mulutnya dan dengan terpejam, bibirnya kulumat lembut. Sementara tanganku meremasi buah dadanya, batang kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. “Ahh..”Lalu kuangkat Nia ke meja di kamar mandi. Kucumbui dia, kukulumi bibirnya, dan akhirnya aku sampai di bukit indah. Dipeganginya kepalaku dan dengan nafas terengah-engah kenikmatan dengan kepala yang didongakkan, Nia menikmati cumbuanku atas buah dadanya. Kukulumi, kupaguti buah dadanya, menggairahkan sekali. Aku puas dan berlari turun ke perutnya. Kuambil kursi dan kutaruh kaki Nia terbuka dipundakku, sementara dia duduk di meja. Kujilati pahanya dan menjalari ke bukit hitam kemaluannya. Ahh, kukulumi, kujilati dan cumbui kloritisnya dan Nia sudah tidak tahan lagi. Kubopong sementara kedua kakinya menjepit pinggangku, sementara aku bangkit mengulumi lagi kedua buah dadanya bergantian. Kubawa Nia ke tempat tidur, kurebahkan di sana.
Sebelum sensasi hilang, kuburu tubuhnya, kubuka selakangannya dan Nia menurut saja. Sekarang aku di tengah-tengah kedua kaki Nia yang terbuka dan diangkat. Ahh, kulihat Nia meremasi buah dadanya sendiri, itu satu tanda agar aku segera menyetubuhinya lagi. Aku membungkuk dan kuciumi pahanya ke bawah ke arah bukit hitam di kemaluannya. Nia tergelincang kenikmatan. Sementara tanganku meremasi kedua buah dadanya, kucumbui lagi kemaluannya yang makin basah. “Uhh, enak sekali Jo, ehh.. ehh..” lenguhan Nia memanjang, “Joo, Joo.. teruskan.. ehh..” dan mulutku semakin dibasahi oleh cairan kewanitaannya bercampur dengan deru birahi Nia yang memuncak.Aku semakin menikmati saja persetubuhan ini dan kusiapkan kemaluanku untuk lubang kemaluannya yang semakin siap menerimanya. Kuambil bantal dan kuganjal pinggulnya supaya aku lebih leluasa menyetubuhinya. Kucumbui lubang kemaluannya dengan batang kemaluanku. “Ahh Jo, cepat, cepat Jo, cepatt.. ahh.. ehh..” lenguhannya, desisannya, geliatnya sangat merangsangku. Lalu batang kemaluanku kumasukkan perlahan-lahan. Kepala kemaluanku terhujam, kugosokkan ke dinding lubang kemaluannya memutar beberapa kali. Nia sangat menikmati. Kumasukkan lagi lebih dalam lubang yang menggairahkan untukku karena dinding lubang kemaluan Nia memberi sensasi yang makin memuncak pada batang kemaluanku.
Aku diam sejenak ketika terhujam separuh. Nia memainkan pinggulnya sendiri seperti menyetubuhiku. “Ohh Nia,” kataku, “Nikmat sekali..” Nia terus menggoyang pinggulnya, akhirnya kuimbangi dengan dorongan dan gerakan memutar yang membuat batang kemaluanku terhujam penuh di lubang kemaluan Nia. Nia menggelinjang, mengerang, mendesis, “Uhh.. ahh.. Jo, Jo..” beberapa kali namaku dipanggilnya. Aku merasakan ada yang lain di samping jepitan pinggulnya yang tersalur ke lubang kemaluannya pada batang kemaluanku. Nia akan orgasme dan kubiarkan Nia mencapai kenikmatan sampai Nia lepas. Aku pun makin tidak bisa menahan, sebentar lagi mau keluar. Dengan beberapa kali genjotan, kucabut segera batang kemaluanku dan melangkah ke mulut Nia. Nia terpejam-pejam dan kumuntahkan spermaku membasahi mulutnya, hidungnya, matanya, pipinya. Ahh, Nia menjilatinya, juga batang kemaluanku dikuluminya. Sekali lagi kusemprotkan spermaku ke mulutnya. Nia menelannya.
Uhh, nikmat sekali. Aku menikmati lagi buah dadanya sebagai bagian akhir aku menyetubuhinya. Kulihat Nia menggelepar-gelepar menikmati sensasi akhir yang kuberikan. Aku mencumbui Nia dan kumasukkan ke mulutnya spermaku dengan lidahku dan bertebaran di kepalanya. Kupeluki Nia sampai dia lelah tertidur dalam pelukanku.

Ahh Nia, akhirnya tubuhmu kudapatkan juga. Betapa nikmatnya. Akhirnya Nia pulang setelah membersihkan diri bersama. Kami suka melakukannya dan mengulangi persetubuhan di hotel yang sama di sore hari sepulang jam kantor. Jadi aku punya dua tubuh kepuasan seksku, Cik Ling dan Nia. Sebentar lagi aku mau Sasa. Tapi, Cik Nina sepertinya lebih menggoda.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Friday, April 27, 2018

Agen Capsa Terbaik - Cerita Sex Ibu Mertua Selalu Mengajakku Bersetubuh

Agen Capsa Terbaik - Cerita Sex Ibu Mertua Selalu Mengajakku Bersetubuh - Menjelang kelahiran anak pertama saya, ayah mertua meninggal. Keluarga besar istri saya sangat terpukul. Terutama ibu mertua dan Rosi. Kedua perempuan ini memang yang paling dekat dengan almarhum. Rumah ini terasa murung berhari-hari lamanya. Tetapi segalanya berangsur pulih setelah selamatan 40 hari dilaksanakan. Semuanya sudah bisa menerima kenyataan, bahwa semua pada akhirnya harus kembali. Apalagi semenjak anak saya lahir, tiga bulan setelah kematian almarhum.
Agen Capsa Terpercaya Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi pusat pelampiaskan kasih sayang. Saya juga semakin mencintai istri saya. Tapi dalam urusan tempat tidur tidak ada yang berubah. Seringkali saya tergoda untuk mencari pelampiasan dengan wanita PSK terutama jika teman-teman sekantor mengajak. Namun saya tak pernah bisa. Sekali waktu saya diajak kawan ke sebuah salon esek-esek. Saya pikir tidak ada salahnya untuk sekedar tahu. Salon itu terletak di sebuah kompleks pasar. Kapsternya sekitar 15 orang. Masih muda-muda, cantik, dan seksi dengan celana pendek dan tank top di tubuhnya. Para pengunjung seluruhnya laki-laki, walaupun di papan nama tertulis salon itu melayani pria dan wanita.Di salon itu para pria minta layanan lulur, dan konon, di dalam ruang lulur itulah percintaan dilakukan. Sungguh aneh, saya tidak birahi. Benak saya dipenuhi pikiran bahwa perempuan-perempuan itu telah dirajam oleh puluhan penis laki-laki. Mungkin ketika seorang pria menyetubuhinya, saat itu masih ada sisa-sisa sperma milik pria-pria lain. Inilah yang membuat saya tak pernah bisa menerima diri saya bersetubuh dengan perempuan PSK. Jadi bukan alasan moral. Saya lebih suka onani sambil membayangkan perempuan-perempuan lain.
Ketika anak saya berumur tiga bulan, istri saya sudah mulai masuk kerja dan kegiatan luar kota tetap dijalankan seperti biasa. Dia sudah dipromosikan dalam jabatan supervisor. Istri saya tampak senang dengan jabatan barunya, dan makin giat bekerja.

Tioap kali ke luar kota anak saya diasuh tante-tantenya. Rosi atau Mayang atau kadang-kadang Mak Jah. Hanya jika makan (bubur bayi) saja tante-tantenya tidak sabaran. Mereka tak sanggup menyuapi bayi. Saya sendiri geli melihat bayi makan. Bubur itu sepertinya tidak pernah mau masuk ke dalam perut. Hanya keluar masuk dari bibirnya. Ibu mertua saya yang paling telaten. Kadang-kadang satu mangkuk kecil masih nambah jika ibu yang menyuapi.
Jika siang saya sering tidur dengan anak saya. Saya senang sekali menatap wajah mungilnya, Saya juga mulai pintar mengganti popok dan memberinya susu. Hanya kalau malam anak saya tidur dengan ibu mertua. Soalnya kalau tidur malam, saya susah bangun. Biar anak menangis keras-keras saya sulit bangun.


Siang itu, sepulang dari kantor, seperti biasa saya cuci muka dan tangan lalu rebahan di kamar. Badan saya agak meriang. Mungkin saya akan terkena radang tenggorokan. Kerongkongan saya agak sakit buat menelan.
Ketika ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa tidur sama Ibu?”
Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.
“Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.
“Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.
“Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”
Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.
“Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”
Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.


Setelah Ibu keluar dari kamar, saya segera tidur mendekap guling. Benar-benar sakit semua badan saya. Kepala juga mulai berat. Saya mencoba mengurangi rasa sakit dengan memijit-mijit dahi dan kening.
“Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.
“Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”
Dengan badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang pernah sih dikerik ibu mertua. Tapi itu karena setelah ibu melihat saya dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada cara-cara penyembuhan tradisional.


Melihat kami bersitegang ayah mertua saya membela saya, dan menyuruh ibu mengerik saya.
Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.
“Mau ibu kerik?”
“Mm terserah ibu saja,” kata saya.
Dalam hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi (baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.
“Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.
“Setrika baju, Bu”
“Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.
“Lepaskan bajunya,” kata ibu.


Saya melepas baju dan celana panjang saya. Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya. Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada penyumbatan aliran darah. Entahlah.
“Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.
Ibu mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya. Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat. Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan. Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik. Saya berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.

Mungkin kalau tua nanti istri saya akan seperti ini ya. Umur ibu sekitar 50 tahun. Masih ada sisa-sisa kecantikan. Bagian wajahnya masih terlihat kencang. Hanya bagian leher dan lengan yang tampak memperlihatkan usianya. Kasihan sebenarnya, usia segitu sudah ditinggal suami.
Tiba-tiba badan saya tergelinjang. Refleks saya mencengkeram lengan ibu. Rupanya ibu mulai mengerik bagian perut. Ini yang membuat saya geli. Bahkan sangat geli. Bulu kuduk saya ikut berdiri. Ibu terus mengerik perut saya, dan saya terus mencengkeram lengan ibu. Sesekali saya mengangkat bagian perut dan pinggul saya hingga menyentuh tubuh ibu. Gesekan-gesekan itu ternyata mnimbulkan rangsangan pada penis saya. Sedikit demi sedikit penis saya mengembang. Tegang. Gila. Nafsu saya juga muncul perlahan-lahan. Saya bahkan dengan sengaja menempelkan bagian penis saya ke pinggang ibu. Sedikit menekannya dengan berpura-pura geli oleh kerikannya. Padahal tidak. Saya sudah mulai beradap tasi lagi. Tangan saya masih mencengkeram lengan ibu.
Jantung saya berdebar-debar ketika ibu menurunkan sarung. Di hadapannya tubuh bawah saya terbungkus CD dengan isi yang menegang dengan sempurna. Maksimal. Sesekali saya lihat ibu melirik ke arah penis saya. Diturunkannya bagian atas CD saya. Hanya sedikit. Ahh padahal saya berharap seluruhnya ditanggalkan. Saya rasakan ujung penis saya tersembul keluar. Mustahil ibu tak meihatnya. Saya tatap wajahnya. Wajahnya tak menampakkan reaksi apa-apa. Mungkinkah perempuan ini sudah tawar terhadap seks? Ataukah dia menganggap saya tak lebih dari anaknya sendiri? Apakah dia pernah melihat penis lain selain milik suaminya?

Kerikan di bagian bawah perut menimbulkan sensasi yang luar biasa. Sesekali secara tak sengaja tangan ibu menyentuh ujung penis saya. Seperti dikocok dengan lembut. Saya telah benar-benar terangsang. Birahi saya membakar kepala saya. Saya beranikan diri mengelus lengan ibu.
“Ibu makasih sudah mau mengerik badan saya,” kata saya gemetar.
Ibu cuma tersenyum. Saya tak tahu artinya. Ia terus mengerik. Saya memberanikan diri menurunkan sedikit lagi CD saya, sehingga separuh penis saya keluar.
“Bagian sini juga kan Bu?” kata saya menunjuk selangkangan.
“Iya,” suara ibu bergetar.
Sentuhan tangannya ke arah penis saya makin sering. Makin nikmat rasanya. Saya makin tak tahan. Saya turunkan sedikit lagi CD saya, dan kini terbukalah seluruhnya. Saya rasakan kerikan ibu sudah mulai kacau. Saya tahu ibu mulai terpengaruh oleh pemandangan di depannya. Ya. Mustahil kalau tidak. Bagaimana pu dia perempauan biasa, dan saya laki-laki asing.


Saya pegang tangan ibu, saya bimbing dengan pelan dan cemas menuju penis saya. Saya taruh tangan itu di sana. Tak ada reaksi. Tangan itu hanya diam. Saya berusaha menggerak-gerakan penis saya. Sekali waktu saya sentakkan.
“Bu..” saya mendesis dan menggerak-gerakkan pinggul saya.
Ibu sudah tak konsentrasi lagi di kerikan. Gerakannya sudah bukan lagi gerakan mengerik, tapi lebih menyerupai garukan. Saya usap punggung ibu. Saya telusuri lekuk badannya. Dia mengenakan daster. Saya rasakan tali BH di punggungnya. Saya jadi penasaran seperti apa rupa payudara perempuan 50 tahun. Ibu meremas-remas penis saya, mengocoknya perlahan. Saya buka resluiting dasternya. Saya buka kancing BH-nya. Saya remas kulit punggung. Memang tidak sekenyal istri saya atau Rosi. Tapi putihnya tetap membuat saya makin terangsang. Saya rebahkan tubuh ibu, saya cium pipinya, telinga, leher dan bibirnya. Kami berciuman penuh nnafsu. Saya lepaskan dasternya di bagian atas. Hmm, payudara yang kendur. Tapi apa peduli saya. Saya telah dikuasai oleh nafsu. Saya ciumi payudara itu, saya hisap, saya remas. Ibu menggeliat-geliat dan mengocok penis saya. Saya turukan CD-nya. Ahh seperti apakah rupa memek perempuan 50 tahun? Seperti apakah rasanya?

Memek itu dibalut rambut yang amat lebat. Sepintas tak ada bedanya dengan milik istri saya. Sama-sama kenyalnya. Perbedaan baru saya ketahu setelah penis saya menyentuh lubang vaginanya. Terasa kendurnya. Tetapi gerakan-gerakan yang dilakukan ibu memberikan efek yang fantastis bagi saya. Saya belum pernah merasakan yang seperti itu. Istri saya seperti telah saya ceritakan, tidak enjoy dengan seks. Tampaknya seks adalah bagian dari kewajiban rumah tangga, sehingga persetubuhan kami pun lebih mirip formalitas. Orgasme yang dia dapatkan tampakya tak pernah mengubah sikapnya terhadap seks.

Kini di bawah saya, ibu mertua seperti mengajarkan kepada saya, bagaimana seorang perempuan sejati di atas ranjang. Penis saya seperti diputar-putar, diremas-remas oleh memeknya. Luar biasa. Saya lebih banyak diam. Hanya bibir dan tangan saya yang bergerak ke sana-kemari, sedangkan bagian pinggul hanya diam menerima semua perlakukan ibu.
Ibu merintih-rintih, mengerang, lalu mendekap saya. Gerakannya makin hebat, membuat saya tak tahan lagi. Saya menggenjot pinggul sekuat tenaga, dengan kecepatan penuh. Kedua kaki ibu menekan betis saya, bibirnya mencium dan mengisap leher saya. Lalu diciumnya bibir saya dengan rakus. Hampir digigitnya. Dan srrt srtt srtt sperma saya memancar di dalam vaginanya. Saya tahu ini akan aman bagi rahim ibu. Senyap di dalam kamar. Tubuh saya lemas, tapi pikiran jadi jernih. Ibu bergegas membetulkan letak dasternya, mengenakan CD, dan menghilang dari hadapan saya. Saya tertidur. Malas mau ke kamar mandi.

Peristiwa itu membuat hubungan saya dengan ibu menjadi kaku. Ibu berusaha menghindari berdua dengan saya. Beliau juga hanya bicara seperlunya. Tampaknya beliau amat terpukul atau malu. Saya sendiri berusaha bersikap wajar. Apa yang telah terjadi antara saya dengan Mbak Maya dan Rosi telah mengajarkan saya bagaimana bersikap wajar setelah terjadinya skandal. Beda dengan ibu dan Mbak Maya yang berubah drastis. Mereka cenderung murung.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Thursday, April 26, 2018

Bandar Ceme Online - Jeritan Nikmat Tante Ayu

Bandar Ceme Online - Jeritan Nikmat Tante Ayu - Aq mendapat kisah yang asyk dan tak bisa terlupakan padahal kisah itu terjadi kira kira 1 tahun yang lalu tapi rasanya baru kemarin aq rasakan, cerita ini berkisah tentang istri dari pamanku dimana pamanku baru saja melangsungkan pernikahannya walaupun bisa dikata telat, karena umurnya suah rada tua.Pamanku terbilang orang sukses karena dalam bisnisnya lancer semua, mungkin sebab itu pamanku sibuk ke bisnisnya sampai lupa pendamping hidupnya, sudah disarankan kepada keluarganya dan dipilihakn wanita tapi selalu saja ada pertimbangan yang khusus dari paman sendiri, minta ini minta itu dan pada suatu saat paman membawa wanita yang sangat cantik.
Bandar Ceme Terbaik - Namanya Ayu seperti namanya dia juga cantik, tak cantik pula dia juga supel kepada kami, dia berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan teman pamanku itu.
Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Ayu memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aq melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dengannya, karena aq tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Ayu.
Tapi tidak demikian halnya dengan Ayu. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aq berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aq mulai berpikir jangan-jangan Ayu lebih menyukaiku.
Tapi aq tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aq yang hendak dijodohkan. Tapi aq tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aq tidak terlalu memikirkannya.
Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aq langsung pergi ke wc dulu karena aq sudah kebelet. Sebkamum aq menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Ayu.
“Eh, ada apa Yu?”
“Enggak, aq pengen kasih kartu nama aq, besok jangan lupa telpon aq, ada yang mau aq omongin, oke?”
“Kenapa enggak sekarang aja?”
“Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”
Setelah acara makan malam itu, aq pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Ayu sih. Tapi aq tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aq bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.
Besoknya saat istirahat makan siang, aq meneleponnya dan bertanya langsung padanya.
“Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aq penasaran banget?”
“Eeee, penasaran ya, Ton?”
“Iya lah, ayo dong buruan!”
“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”
“Baru tahu yah, napsu aq emang tinggi.”
“Napsu yang mana nih?” Ayu sepertinya memancingku.
“Napsu makan dong, aq kan bkamum sempat makan siang!”
Aq sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aq ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aq sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaq, karena saat itu pasti bosku pergi makan kkamuar, jadi aq bebas surfing di internet, gratis lagi.
“Yah udah, aq cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aq sore ini abis pulang kerja, soalnya aq pengen ngobrol banyak sama kamu.”
Aq tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.
Lalu kataq, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”
“Karena aq mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja.
“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aq ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?”
Lalu Ayu bilang, “Nih catet yah, apartment XXX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XXX (edited), jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”
“Bye-bye Ton.”
Setelah telepon terputus, lalu aq mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aq menyentuhnya nanti, tetapi langsung aq berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu aq pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.
Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aq pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaq di Roxymas. Sesampainya di sana, aq pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aq pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.
Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Yu..”
Ayu tersentak kaget, “Wah aq kira siapa, pake tepuk segala.”
“Kamu khan kasih surprise buat aq, jadi aq juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”
Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!”
Kujawab saja, “Siapa taqt, emang aq pikirin!”
“Ayo masuk Ton, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.
Ketika aq masuk, aq langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.
Sambil aq berkeliling, Ayu berkata, “Mau minum apa Ton?”
“Apa saja lah, asal bukan racun.” kataq bercanda.
“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Ayu sambil tertawa.
Sementara ia sedang membuat minuman, mataq secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aq tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ton, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”
Aq tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aq enggak salah denger nih..?”
Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aq setelin aja sekarang deh..!”
Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aq ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.
“Duduk sini Ton, jangan bengong aja, khan udah aq bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Ayu sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.
Kemudian aq pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aq pun buka mulut, “Eh Yu, tadi di telpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”
Ayu tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aq tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aq pun tidak berusaha untuk melepaskannya.
Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Ton, sejak kemarin bertemu, kayaknya aq merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Ton, aq suka sama kamu.”
“Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aq, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aq, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aq ke kamu..?”
“Iya, tapi aq enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aq pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aq..?” kata Ayu sambil mendesah.
Aq pun menjawab, “Aq sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aq enggak enak sama Paman aq, entar dikiranya aq kurang ajar sama yang lebih tua.”
Ayu diam saja, demikian juga aq, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Ayu tidak melepaskan genggamannya.
Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaq, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Ayu, aq cinta kamu.”
Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Ayu pun lalu membalasnya sambil memkamukku erat-erat.
Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Ayu menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.
Kemudian aq berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara yang masih terbungkus BRA itu.
“Aaaaahhh, buka aja BH-nya Ton, cepat.., oohh..!”
Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.
“Esshh.. ouww.. aduhh.. Ton.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”
Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka skamuruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aq melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.
“Aouww Ton, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelayut manja melingkari leherku.
Kemudian kuletakkan Ayu pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aq menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpkamukan erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Ayu mendesah-desah nikmat. Tidak lama aq bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Ayu menggeliat kegelian.
“Aduh Ton, kamu ngerjain aq yah, awas kamu nanti..!”
“Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!”
“Udah ah, jilati aja memek aq Ton..!”
“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”
Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Ayu menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.
“Oohh esshhh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohhh.. nikmat sekali..!”
Agak lama juga aq bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.
“Ton, masukkin aja titit kamu ke lobang aq, aq udah enggak tahan lagi..!”
Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aq baru tahu ternyata dia masih perawan.
“Ayu, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aq tembus..?”
“Ton, aq rela kalau kamu yang ngambil perawan aq, bagi aq di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”
Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.
“Aduh sakit Ton, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.
Aq pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.
“Pelan-pelan Ton, masih sakit nih..!” katanya meringis.
Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Ayu sangat menikmati sekali permainan ini.
Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ton, aa.. aqu.. mau kkamuarr.., teruss.. terus.., aahh..!”
Aq pun mulai merasakan hal yang sama, “Yu, aq juga mau kkamuar, di dalam atau di luar..?”
“Kkamuarin di dalem aja Sayang… ohhh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.
Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh… sshh… sshh… sshh…”
Ternyata dia sudah kkamuar, aq terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.
“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”
Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan kkamuarlah spermaq ke dalam liang surganya.
Saat terakhir air maniku kkamuar, aq pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aq dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.
“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlaqanku itu.
Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpkamukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba.
Lalu ia berkata kepadaq, “Ton, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Ton, aq sangat sayang pada kamu.”
Aq diam sejenak, lalu kubilang begini, “Aq juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aq kalo dia nyari-nyari kamu.”
“Oke bossss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memkamukku lebih erat.
Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aq datang ke tempat kerjanya dan melaqkannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang.
Kadang ia juga ke tempat kerjaq untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Ayu ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Ayu, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.
Aq Dengan Calon Istri Pamanku sering jalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak pernah bertemu dengan pamanku itu. Sampai saat ini aq masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aq ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya kkamuarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aq dapat enaknya juga.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

Wednesday, April 25, 2018

Bandar Ceme Terpercaya - Kocokan Mbak Titin Yang Sangat Memuaskanku

Bandar Ceme Terpercaya - Kocokan Mbak Titin Yang Sangat Memuaskanku - Pak Kadus Jamal berjalan tanpa sandal, sesekali tangannya mengangkat sarung kotak-kotak yang dipakai. Lelaki 60 tahun itu nampak tergesa menuju perbatasan hutan di kampung, lokasinya cukup jauh dari pemukiman warga. “Waduh.. maaf sekali pak, saya agak telat menyambut. Tadi ada warga yang anaknya mau kawinan jadi saya urus sana-sini dulu,” Jamal menyalami pak Supri, tuan tanah di kampung itu yang sudah sejak lama tinggal di kota.

Bandar Ceme Terbaik - Pak Supri terkenal dermawan di dusun itu, banyak membantu pembangunan tempat ibadah, sekolah rakyat, dan juga memberi sembako saat paceklik melanda desa.
“Walah ya ndak apa-apa pak kadus, biasa saja. Oh ya ini Andi pak kadus masih ingatkan.. sudah kelas 2 SMA sekarang.. dan ini kawan-kawannya. Nah mereka saya antar ke dusun ini biar tahu kehidupan desa, mumpung mereka masih libur,” kata Supri, lelaki tambun, usianya sekitar 55 tahun.
“Wah.. wah den Andi sudah gede sekarang.. pangling saya den,” Jamal menyalami Andi dan tiga kawan sebayanya, Hilman, Roni, dan Raju.
Pak Supri lalu menjelaskan pada Andi dan kawan-kawannya tentang Jamal, kadus yang sangat rajin dan santun yang patut jadi panutan. Ia juga menjelaskan pada Jamal bahwa Andi, anaknya akan berada di dusun itu selama sepekan bersama tiga temannya itu, harapannya agar mereka tahu tentang kehidupan desa dan menghargai orang desa.
“Saya hanya minta mereka dibolehkan mendirikan perkemahan di sini, tolong pak kadus gembleng mereka untuk mandiri. Soal kebutuhan makan biar mereka upayakan sendiri, ya mencari ikan, mancing di kali, nyari sayuran, sampai masaknya jangan dibantu biar nggak manja. Nanti berasnya saja disediakan,” kata pak Supri.
Andi dan kawan-kawannya mencari tempat datar mendirikan tenda, dan mulai menyiapkan semua peralatan kamping. Pak Supri lalu meninggalkan anaknya itu dan kembali ke kota.
Dua buah tenda berukuran 3 kali 3 meter berdiri saat menjelang petang, Kadus Jamal ikut membantu anak-anak kota itu, sampai semua beres.
Jamal lalu mengajak anak-anak itu mampir ke rumahnya di pemukiman dusun. Di sana ia menjelaskan lokasi sungai di dalam hutan yang bisa dipancing ikannya, juga lokasi kebun sayur miliknya di tumpangsari hutan yang boleh mereka petik.
Malam itu Andi dan teman-temannya menginap di rumah Jamal dan berkenalan dengan remaja sebaya mereka di dusun itu. Tapi, Jamal meminta remaja kampung untuk tidak membantu apapun pada anak-anak kota itu selama kamping agar mereka mandiri sesuai pesan pak Supri.
Pagi-pagi benar Andi dan tiga temannya kembali menuju perbatasan hutan tempat tenda mereka berdiri, mereka membawa beberapa kilogram beras dan perabotan masak-memasak dari rumah kadus Jamal.

“Ya elah.. benar-benar welcome to the jungle nih ndi.. elo sih pake nurut segala sama bokap lo itu. Harusnya kita liburan ke Bali.. eh malah jadi tarzan disini.. huh capek deh,” Hilman mengeluh sejadinya sambil melempar panci yang dibawa.
“Iya nih.. mana perut keroncongan lagi nih,” Raju menimpali. Raju bertubuh tambun dan doyan makan.
“Udah deh.. mendingan kita cari cara gimana biar ada lauk untuk makan… mana belanja nggak bisa. Ada uang tapi orang desa nggak mau menjual apa-apa pada kita karena perintah bokap gue. Ayo deh Raj.. cari ranting atau apa kek yang bisa dibakar untuk masak,” kata Andi.

Keadaan terpaksa membuat mereka bergerak juga, daripada lapar. Tungku disiapkan dari susunan batu, dan blar.. api pun menyala menanak nasi di panci. Untung Raju membawa bekal beberapa bungkus mie instant yang bisa menjadi lauknya.

“Tuh kan enak juga ternyata jadi tarzan begini.. ha ha..,” Andi menghibur teman-temannya itu.
“Enak.. tapi gue nggak kenyang nih makan segini,” gerutu Raju.

Biasanya dia makan dua piring, dobel porsi, tapi sekarang hanya dapat satu porsi.
Setelah sarapan keempat remaja itu menuju sungai untuk mandi dan mencuci pakaian. Tapi sebelum mereka meninggalkan tenda, kadus Jamal datang bersama Titin, anak perempuannya.
“Lho aden pada mau kemana? Sudah pada sarapan belum?,” tanya Jamal.
Ia lalu mengenalkan Titin pada 4 remaja itu. Titin  anak pertama Jamal sudah empat tahun ini menjanda ditinggal mati suaminya kecelakaan, belum punya anak.
“Malam kemarin Titin belum sempat ketemu kalian karena dia membantu acara warga yang mau kawinan. Nah sekarang untuk urusan masak dan makan biar Titin yang membantu ya.. ndak apa-apa, bapak nggak akan bilang ke juragan Supri kok..,” Jamal merasa iba juga melihat Andi dan teman-temannya harus berusaha masak sendiri.
Lagipula di rumah Titin tidak terlalu banyak pekerjaan, karena kembali numpang di rumah ortunya.

“Waduh.. jadi ngeropotin mbak Titin nih. Tapi oke deh pak, dari pada bobot saya susut seminggu di sini.. ha..ha,” Raju senang karena kebutuhan makan bakal terjamin.
“Iya. Nggak apa-apa dik, mbak biasa masak dan nyuci kok,” kata Titin.

Titin berpenampilan khas wanita desa, pakai kain dan baju berkancing dari kain bahan kebaya. Wajahnya cantik dan sebagai janda yang masih muda tubuhnya juga semakin subur dan semok. Tingginya 165 cm dengan porsi tubuh yang ideal, sedikit montok. Payudaranya membusung menantang, pinggul lebar dan pantatnya padat terbentuk dibalik kain yang dipakainya.

Hilman dan Roni tak lepas memandangi postur tubuh Titin saat itu. Andi juga kadang mencuri pandang ke dada Titin. Hanya Raju yang pikirannya makan terus
Kadus Jamal kemudian pamit pulang . Titin kemudian mengantar Andi dan teman-temannya ke sungai sambil membawa pakaian empat remaja itu yang akan dicuci.
4 remaja itu langsung mencebur ke sungai dengan riang. Usia mereka rata-rata baru 16 tahun, tapi badannya bongsor tidak seperti anak di desa. Tinggi mereka melebihi tinggi Titin .

“Eh.. adik-adik ini mandinya dicopot dong bajunya biar sekalian mbak Titin cucikan,” katanya melihat Andi dan kawan-kawannya mencebur tanpa melepas pakaian.
“Wah.. telanjang pakai kolor aja nggak apa-apa kan mbak? Kan sepi disini?,” Hilman menyahut senang sambil melepas baju dan celananya. Tiga lainnya juga melepas pakaiannya.
“Ya ndak apa, wong nggak ada yang lihat di tengah hutan gini. Lagi pula warga desa jarang ke sini karena sungai ini di kawasan hutan, mereka lebih dekat ke sungai di desa,” kata Titin, ia memungiuti baju empat remaja itu di batu dan mulai mencuci di temat berjarak empat meter dari lokasi mandi mereka.

4 remaja itu mandi sambil gembira saling siram, Titin memperhatikannya dengan gembira juga, ia ikut senang melihatnya.
“Mbak Titin… mbak ikutan mandi dong.. biar rame..,” teriak Hilman polos.
Seketika Raju berlari mendekati Titin yang masih jongkok mencuci dan mendorongnya terceur ke sungai. Byurr.. tubuh Titin tenggelam di sungai yang cukup dalam, saat tubuhnya naik kancing baju atasnya terlepas sehingga payudaranya yang tidak tertutup BH sempat terlihat.
“Aduhhh Raju.. kamu nakal ya..,” Titin bersungut-sungut sambil membenahi bajunya.
Raju ikut mencebur dan mulai menyirami Titin dengan air, mereka tertawa dan saling siram. Andi, Hilman dan Roni kemudian bergabung mendekat dan ikut saling siram.
Titin protes karena kain dan bajunya basah terendam bersama tubuhnya. Sebab dia tidak membawa baju lain, masak pulang dengan basah kuyup.

“Ya sudah mbak Titin bajunya dibuka aja, terus dijemur,”kata Hilman mejawab protes Titin.
“Iya mbak. Bajunya dijemur aja biar kering, jadi pas selesai mandi bisa dipakai lagi,”tambah Andi.

Titin berpikir sejenak. Benar juga usul mereka, lagipula meski telanjang tubuhnya tak mungkin terlihat karena terendam di sungai, kebetulan sungai juga agak keruh karena hujan kemarin.

“Ini tolong dijemurkan dik Andi..,” Titin menyodorkan kain dan bajunya ke Andi agar Andi menjemurnya di bebatuan.
“Ya sudah kalian teruskan mandinya.. mbak sambil nyuci ya,” kata Titin.

Sambil berendam badan sebatas bawah leher, Titin melanjutkan mencuci pakaian dengan hanya tangannya di atas batu sisi sungai. Sementara empat remaja itu kembali saling siram, bernyanyi dan berteriak-teriak gembira menikmati dinginnya air sungai dengan jarak menjauh dari Titin karena tak ingin mengganggunya.
Hilman menoleh Titin yang membelakangi mereka, pikirannya tiba-tiba teringat film porno milik ayahnya yang pernah ditontonnya dengan curi-curi. Selama ini ia hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk tubuh wanita bugil yang dilihat secara langsung. Ia mulai membayangkan tubuh telanjang Titin di balik air sungai.
“Hey bro.. gimana ya bentuk susu dan mekinya cewek yang asli? Gue penasaran nih..? gimana kalau kita minta mbak Titin liatin dikiiiit aja,” pikiran Hilman yang mulai nakal disalurkan ke teman-temannya.
Roni setuju, tapi Andi dan Raju masih bertahan melarang, mereka takut Titin melaporkan ke bokap Andi dan kadus ayah Titin.
Akhirnya mereka memutuskan membuat strategi. Andi, Raju dan Roni kemudian berenang menjauh, cukup jauh dari posisi Titin yang msih sibuk mencuci, sementara Hilman menjalankan aksinya.

“masih lama nyucinya mbak…,” sapa Hilman dari belakang Titin.
“Eh dik Hilman ngaggetin aja. Ini celana kalian kok kotor banget sih, jadi lama nyikatnya,” Titin sempat terkejut melihat kehadiran Hilman.
“Sini saya bantuin mbak,” Hilman meraih tangan Titin di batu sisi sungai.
“Ah nggak usah dik.. kamu mandi saja sana, nanti saya dimarahi bapak. Kan saya disuruh membantu kalian,” Aish berusaha menahan tangan Hilman yang hendak mengambil sikat dan celana panjang Raju yang dicuci Titin.


Mereka sempat saling rebut, dan hal ini membuat tubuh Hilman menyentuh tubuh Titin yang sama-sama telanjang. Titin merasakan getaran saat siku Hilman menyengol susunya, ia baru sadar kalau keadaannya sedang bugil

“Uh.. maaf ya mbak.. saya nggak sengaja, kena deh itunya,” Hilman pura-pura malu, tapi tubuhnya tidak menjauh dari Titin. Titin mendadak tersipu malu.
“Eh.. oh.. nggak apa dik.., asal jangan disengaja ya. Ndak baik itu,” kata Titin seolah menTitinati.
“Eng.. mbak.. saya boleh tanya, tapi jangan marah ya?,” kata Hilman.
“Tanya apa sih?,” jawab Titin sambil berbalik membelakangi Hilman dan kembali sibuk menyikat celana yang dicucinya.
“Anu mbak.. apa kira-kira anunya cewek di desa sama dengan cewek kota ya?,” Hilman melanjutkan dengan ragu-ragu.
“Ih dik Hilman ini. Anunya apanya? Susunya maksud adik?,” Titin berbalik lagi menghadap Hilman.

Hilman malu sambil mengangguk.
“Ya sama saja dong dik.. anunya dik Hilman juga sama saja dengan remaja di desa sini kan?,” jawab Titin.
Diam-diam Titin merasa lucu juga mendengar pertanyaan itu.
“Eh.. anu mbak.. maksud saya…,”
“Hayo.. dik Hilman pernah ngintip cewek di kota mandi ya?,” kelakar Titin membuat Hilman salah tingkah dan semakin malu. Tapi ia merasakan pancingannya sudah mulai mengena pada Titin.
“Ah.. nggak kok mbak. Saya malah belum pernah lihat cewek telanjang sekalipun, hanya pernah di pelajaran biologi liat gambarnya aja. Makanya penasaran mbak..,” aku Hilman.
Mendengart itu Titin jadi kTitinan pada Hilman. Di desanya rata-rata remaja pria sudah semua pernah melihat payudara wanita secara langsung, meskipun hanya wanita setengah baya yang sedang mandi di sungai. Ia lalu berpikir memperlihatkan susunya kepada Hilman untuk mengobati penasaran anak kota itu. Lagi pula ia kan bukan gadis lagi, dan selama empat remaja itu di dusunnya ia diminta kadus ayahnya membantu mereka mengenali lingkungan dan kehidupan desa.

“Ya sudah.. kalau mbak liatin susu mbak gimana?,” tanya Titin.
“Ehhhmm.. mau mbak.. tapi mbak nggak marah kan?,” kata Hilman senang.

Titin tersenyum dan beranjak ke sisi sungai yang lebih dangkal agar tubuh atasnya terentas, ia kemudian berdiri bersandar di batu sisi sungai. Mata Hilman seperti tak percaya melihat susu montok Titin terpampang di hadapannya, kental dan berwarna kuning langsat dengan puting coklat muda.

“Tuh sudah liat kan.. sudah ya,” kata Titin.
“Tu..tunggu bentar mbak…, emhh boleh dipegang ya mbak.. bentaaar aja.. ya.. boleh ya,” rengek Hilman, tangannya lalu menyentuh perlahan susu Titin mulai dari pangkalnya diraba hingga puting susunya dijepit ringan dua jari.
“Hmm.. gimana.. sudah ya dik.., sama saja kan dengan di gambar?,” Titin merasa merinding disentuh susunya, sebab selama empat tahun ini ia tidak pernah lagi merasakannya sejak ditinggal mati suami.

Mata Titin mengawasi teman-teman Hilman lainnya, jangan-jangan yang sedang terjadi terlihat oleh mereka. Tapi ia lega, tiga teman Hilman cukup jauh dan terhalang pandangannya dengan batu di tengah sungai.
Saat Titin terlihat sibuk mengawasi temannya, Hilman menggunakan kesempatan itu, ia semakin nekat meremasi susu Titin.

“Mbak.. kenyalnya enak ya..,” katanya sambil terus memijati putting Titin.
“Enghhmm.. sudah ah dikhh.., sudah ya,” pinta Titin sambil menepis tangan Hilman.

Tapi Hilman masih saja meremasi susu Titin.
“Eh mbak.. kok begitu megang susu mbak.. burung saya bangun sih?,” Hilman bertanya kekanak-kanakan sambil terus meremasi Titin.
Titin kembali merasa lucu dengan pertanyaan Hilman, namun mendengar kata burung mebuat pikiran Titin tak karuan dan merindukan melihat burung suaminya. Tadinya ia berpikir empat remaja ini masih sangat kanak-kanak tapi mendengar Hilman mengaku burungnya berdiri Titin jadi penasaran juga, sebesart apa sih burung anak usia belasan ini.
“”Apa.. emang burung dik Hilman bangun sekarang?,” tanya Titin.
“Iya mbak.. nggak tau nih kenapa.., nih mbak pegang coba,” Hilman segera menuntun tangan Titin ke penisnya yang terbungkus kolor.
Titin merasakan nafasnya memberat saat tanganya menyentuh penis Hilman. Remaja ini bongsor dan atletis dibanding usianya yang masih belia. Penisnya juga sudah sebesar penis pria dewasa umumnya.

“Tuh kan mbak.. bangun.. kenapa ya mbak?,” rengek Hilman.
“Emhh.. oh.. ini wajar dik.. normal. Kan di pelajaran biologi juga adik sudah tahu..,” kata Titin.

Sambil tangannya terus mengusapi penis Hilman, Titin seolah menggurui menjelaskan kalau penis pria berdiri karena terangsang apalagi jika menyentuh vital wanita.

“Sini dik.. nah kalau diginiin rasanya gimana?,” Titin menyusupkan tangannya ke balik CD Hilman dan mulai mengocok pelan penis Hilman.
“Aduhh.. mbaakkhh enakhh..,”lenguh Hilman.

“Itu wajar dik.. nanti kalau sudah kawin baru deh dik Hilman rasain enaknya. Karena kalau sudah punya istri, burungnya dik Hilman bisa bersarang di sarangnya,” kata Titin.
Ia tak sadar penjelasannya justru membuat pertanyaan-pertanyaan menyusul yang menuntut dari Hilman.

“Sarangnya apa tuh mbak.., enghh.. terusin digituin mbak.. enakhh nih..,” Hilman merasa penisnya sudah sangat tegang, tangannya terus meremasi susu Titin. Nafas Titin mulai menyesak.. ia membayangkan penis itu penis suaminya yang sudah siap mengantar kenikmatan padanya.
“Hhh.mmmm.. sarangnya namanya memek dik.. seperti punya mbak ini..sini dik Hilman pegang ya..,” Titin menuntut tangan kanan Hilman ke selangkangannya.

Hilman bisa merasakan lembutnya permukaan vagina Titin.
“Wah.. lembut sekali ya mbakhh.. kalau dipegangin gini mbak merasa enak juga nggak kayak saya,” Hilman terus melancarkan tanya, sambil tangannya mulai membelai-belai permukaan vagina Titin.
Titin sedikit mengangkangkan kakinya memberi ruang bagi tangan Hilman.


“Ngghhh.. sstt.. yahh enakhh dikhh.., sama enaknya..,” tubuh Titin mulai menggelinjang dipermainkan gatal dan geli di vaginanya.
“Terus gimana selesainya mbak.. kalau burung saya bersarang di sarangnya nanti?,” Hilman terus bertanya penasaran, pikirannya sudah melayang ke film porno yang pernah ditontonnya.

Penisnya kenikmatan karena tangan Titin semakin liar mengocoknya.

“Emmhh.. kalau sudah masuk ke sarangnya.. nanti burung dik Hilman bisa loncat-loncat di dalam.. teruss kalau mau selesai dia nyemprotin air..,” Titin semakin terangsang dengan pertanyaan Hilman, CD Hilman dilorotkanya dan penis Hilman dikocok semakin cepat.
“Ahh..sst.. geli banget mbakhh… auh.. kayak mau kencing nih.. ouh…, mbaakhh enak juga khan..?,” Hilman melenguh merasakan kedutan di penisnya.

Ekspresi kenikmatan Hilman membuat Titin semakin teransang, apalagi tangan Hilman juga semakin aktif mengosok permukaan vaginanya.
“Iya dik.. sstt enakhh juga mbakkhhh.. ahhkkss.. keluarin aja kencingnya nggak usah ditahan,” Titin merasakan tubuh Hilman mulai menegang dan croottt… semburan sperma Hilman muncrat ditangannya.
Titin sudah terbakar birahi, pingulnya bergoyang agar lebih merasakan gosokan tangan Hilman di vaginanya.
Tapi sebelum ia klimaks, Titin mendengar suara teman-teman Hilman mendekat. Ia segera menyudahi aksinya dan kembali beranjak ke sungai yang lebih dalam agar tubuhnya terbenam lagi.
“Eh..mbak makTitin ya sudah ngajari saya.., jangan bilang ke yang lain mbak ya,” Hilman malu-malu menghampiri Titin kemudian ia naik ke bibir sungai dan bersalin pakaian.
Titin mengangguk, ia sendiri sangat malu menyadari apa yang barusan terjadi. Tapi klimaks yang belum sempat diraih membuat pikiran Titin jadi tak karuan saat itu.

Andi, Raju, dan Roni sudah berkumpul bersama Hilman dan sudah bersalin pakaian. Titin menyuruh mereka ke tenda duluan meninggalkanya, agar tak terlihat saat ia harus naik ke bibir sungai untuk kembali mengenakan kain dan bajunya.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net

NUSABET

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot

Bandar Bola Terbaik - Pembantu Pura Pura Tidur Rupanya Minta Di Entot - Aku seorang pedagang umur 35 tahun, istriku 32 tahun guru SMA. kisa...

NUSABET