Bandar Ceme Terbaik - Bercinta Dengan Wanita Lain di Depan Istri - Siang hari itu cuaca terasa sangat panas sekali, walaupun tiupan AC
mobil yang menerpa langsung ke arahku dan ‘istriku’ masih kalah dengan
radiasi matahari yang tembus melalui kaca-kaca jendela mobil yang kami
kendarai. Saat itu aku sedang melaju kencang di jalan tol menuju arah
Bogor untuk suatu keperluan bisnis. Seperti telah direncanakan,
kubelokkan mobil ke arah pom bensin di Sentul. karena tadi tak sempat
aku mengisinya.
Bandar Ceme Online - Dalam setiap antrian mobil yang cukup panjang terlihat ada
gadis-gadis penjaja minuman berenergi. Sekilas cukup mencolok karena
seragamnya yang cukup kontras dengan warna sekelilingnya. Dari sederetan
gadis-gadis itu tampak ada seorang yang paling cantik, putih, cukup
serasi dengan warna-warni seragamnya. Ia terlalu manis untuk bekerja
diterik matahari seperti ini walaupun menggunakan topi. Tatkala
tersenyum, senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini bukanlah
tempat yang pantas baginya untuk bekerja.
Aku sempat khawatir
kalau ia tidak berada di deretanku dan aku masih hanyut dalam berbagai
terkaan tentangnya, aku tidak sempat bereaksi ketika ia mengangguk,
tersenyum dan menawarkan produknya. Akhirnya dengan wajah memohon ia
berkata, “Buka dong kacanya..” Segera aku sadar dengan keadaan dan
refleks membuka kaca jendelaku. Istriku hanya memperhatikan, tidak ada
komentar.
Meluncurlah kata-kata standar yang ia ucapkan setiap kali bertemu calon
pembeli. Suaranya enak didengar, tapi aku tak menyimaknya. Aku malah
balik bertanya, “Kamu ngapain kerja di sini?”
“Mom, kita kan masih perlu sekretaris, kenapa tidak dia aja kita coba.”
“Ya, boleh aja”, jawab istriku.
“Gimana mau?” tanyaku kepada gadis itu.
“Mau.. mau Mas”, katanya.
Setelah kenalan sebentar dan saling
tukar nomor telepon, kulanjutkan perjalananku setelah mengisi bensin
sampai penuh. Istriku akhirnya tahu kalau maksudku yang utama hanyalah
ingin ‘berkenalan’ dengannya. Ia sangat setuju dan antusias.
Malam
sekitar jam 20:30 HP istriku berdering, sesuai pembicaraan ia akan
datang menemui kami. Setelah diberi tahu alamat hotel kami, beberapa
saat kemudian ia muncul dengan penampilan yang cukup rapi. Ia cepat
sekali akrab dengan istriku karena ternyata berasal dari daerah yang
sama yaitu Bandung, Jawa Barat.
Tidak sampai setengah jam kami
sudah merasa betul-betul sebagai suatu keluarga yang akrab. Ia sudah
berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama. Ia sempat
pamit sebentar untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya untuk pulang
saja dan menelepon saudaranya bahwa malam itu ia tidak pulang.
Setelah
cerita kesana-kemari akhirnya obrolan kami menjurus ke masalah seks.
Setelah agak kaku sebentar kemudian suasana mencair kembali. Kini dia
mulai menimpali walau agak malu-malu. Singkat cerita dia cewek yang
masih perawan, sudah dijodohkan oleh keluarganya yang ia belum begitu
puas.
Keingintahuannya terhadap masalah seks termasuk agak tinggi,
tapi pacarnya itu sangat pemalu, termasuk agak dingin dan agak
kampungan walau berpendidikan cukup. Kami ceritakan bahwa dalam masalah
seks kami selalu terbuka, punya banyak koleksi foto pribadi, bahkan kali
ini kami ingin membuat foto ketika ‘bercinta’.
“Udah ah, kita sambil tiduran aja yuk ngobrolnya”, ajak istriku.
“Nih kamu pakai kimono satunya”, kata istriku sambil memberikan baju inventaris hotel.
Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk menginap akhirnya hanya
menggunakan kaos dan celana dalam. Ia dan istriku sudah merebahkan
badannya di tempat tidur, kemudian aku menghampiri istriku langsung
memeluknya dari atas.
Kucumbu istriku dari mulai bibir, pipi, leher, dan buah dadanya. Istriku
mengerang menikmatinya. Aku menghentikan cumbuanku sejenak kemudian
meminta tamu istimewaku untuk mengambil photo dengan kamera digital yang
selalu kami bawa. Tampak ia agak kikuk, kurang menguasai keadaan ketika
aku menolehnya.
Setelah aku mengajarinya bagaimana menggunakan
kamera yang kuberikan itu, kemudian kuteruskan mencumbu istriku. Dengan
telaten kucumbu istriku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kini tamuku
tampaknya sudah menguasai keadaan, ia dengan leluasa mengintip kami
dari lensa kamera dari segala sudut. Akhirnya istriku mencapai
klimaksnya setelah liang senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan
jari, dan terakhir dengan batang istimewaku. Sedangkan aku belum
apa-apa.
“Sekarang gantian Rin, kamu yang maen aku yang ngambil photonya”, kata istriku.
“Ah Mbak ini ada-ada aja”, kata Rini malu-malu.
Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dia tidak
menolak. Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri dan langsung memeluk
Rini yang sedang memegang kamera. Tangan kirinya ditekuk seperti akan
memegang pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah ragu atau
malu. Kuraih kamera yang masih di tangan kanannya kemudian kuberikan
kepada istriku.
Kini aku lebih leluasa memeluk dan mencumbunya, kuciumi pipi dan
lehernya, sedang tanganku terus menggerayang dari pundak sampai lekukan
pantatnya. Pundaknya beberapakali bergerak merinding kegelian.
Kedua tangannya kini ternyata sudah berani membalas memelukku. Kemudian
aku memangkunya dan merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir
mungilnya, kuciumi pipinya, kugigit-gigit kecil telinganya, kemudian
kuciumi lehernya punuh sabar dan telaten. Ia hanya mendesah, kadang
menarik nafas panjang dan kadang badannya menggelinjang-gelinjang.
Tidak
terlalu susah aku membuka kimononya, sejenak kemudian tampak
pemandangan yang cukup mempesona. Dua bukit yang cukup segar terbungkus
rapi dalam BH yang pas dengan ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan
postur badan yang cukup indah. Sejenak aku menoleh ke bawah, tampak
pahanya cukup menawan. Sementara itu onggokan kecil di selangkangan
pahanya yang terbungkus CD menambah panorama keindahan.
Ia tidak
menolak ketika aku membuka BH-nya, demikian juga ketika aku melepaskan
kimononya melewati kedua tangannya. Kuteruskan permainanku dengan
mengitari sekitar bukit-bukit segar itu. Seluruh titik di bagian atasnya
telah kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, kini kedua bukti itu
kuremas perlahan. Ia mendesah, “Eeehhh..”
Tatkala kukulum puting
susunya, badannya refleks bergerak-gerak, desahnya pun semakin jelas
terdengar. Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium
pipinya, kemudian lehernya. Kemudian kuciumi lagi bukit-bukit indah
itu, dan kemudian kupermainkan kedua puting susunya dengan lidahku.
Gelinjangnya semakin terasa bergerak mengiringi desahannya yang terasa
merdu sekali.
Petualanganku kuteruskan ke bagian bawahnya. Ia
mencegah ketika aku akan membuka CD-nya yang merupakan pakaian
satu-satunya yang tersisa. “Ya nggak usah dibuka” ujarku, “Aku elus-elus
aja ya bagian atasnya pakai punyaku”, bujukku. Ia tidak bereaksi, tapi
aku langsung saja menyingsingkan CD-nya ke bawah. Tampaklah dua bibir
yang mengapit lembah cintanya dihiasi bulu-bulu tipis. Kupegang burungku
sambil duduk mengangkang di atas kedua pahanya, kemudian kuelus-eluskan
burung itu ke ujung lembah yang sebagian masih tertutup CD. Agak lama
dengan permainan itu, akhirnya mungkin karena ia juga penasaran, maka ia
tidak menolak ketika kulepaskan CD-nya.
Kini kami sama-sama
telanjang, tak satu helai benang pun yang tersisa. Kuteruskan permainan
burungku dengan lebih leluasa. Tak lama kemudian cairan kenikmatannya
pun sudah meleleh menyatakan kehadirannya. Burungku pun lebih lancar
menjelajah. Tapi karena lembahnya masih perawan agak susah juga untuk
menembusnya.
Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke dalam
lembah sorganya, tampak bibir-bibir kenikmatannya ikut terdorong bersama
kepala burungku. Menyadari alam yang dilaluinya belum pernah dijamah,
aku cukup sabar untuk melakukan permainan sampai lembah kenikmatannya
betul-betul menerimanya secara alami. Gelinjang, desahan, dan ekspresi
wajahnya yang sedang menahan kenikmatan membuatku semakin bersemangat
dan lebih percaya diri untuk tidak segera ejakulasi. Ia sudah tidak
menyadari apa yang sedang terjadi. Akhirnya kepala burungku berhasil
menembus lubang kenikmatan itu.
Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan dan memasukkan lagi kepala
burungku. Ia merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan keadaan yang
terjadi, karena itu aku yakin bahwa rintihan itu bukan rintihan
kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang
diperolehnya. Selanjutnya kulihat burung yang beruntung itu lebih
mendesak ke dalam. Aku sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh
burungku ke tempatnya yang terindah.
Kemudian kurebahkan badanku
di atas tubuhnya yang indah, kuciumi pipinya sambil pantatku kugerakkan
naik turun. Sementara burungku lebih jauh menjangkau ke dalam lembah
nikmatnya. Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh mungil
itu. Dan.., “Blesss….” seluruh burungku masuk ke dalam surga dunia yang
indah. Ia mengerang, gerakan burungku pun segera kuhentikan sampai liang
kewanitaannya menyesuaikan dengan situasi yang baru.
Setelah agak
lama aku pun mulai lagi memainkan gerakan-gerakanku dengan gentle. Kini
ia mulai mengikuti iramaku dengan menggerak-gerakkan pinggulnya. Selang
berapa lama kedua tangannya lekat mencengkram punggungku, kakinya ikut
menjepit kedua kakiku. Kemudian muncul erangan panjang diikuti
denyut-denyut dari lembah sorganya. “Eeehhh…aahhhh” desahnya. Aku pun
sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh kenikmatan, segera
kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan ke
selangkangannya. “Eeehhh…” erangku juga. Kami berdua menarik nafas
panjang.
Setelah agak lama kemudian aku duduk, kuraih kaos dalamku
kemudian aku mengelap selangkangnya yang penuh dengan air kenikmatanku.
Tampak tempat tidurnya basah oleh cairan-cairan bercampur bercak-bercak
merah. Ia pun segera duduk, sejenak dari raut wajahnya tampak keraguan
terhadap situasi yang telah dialaminya. Aku dan istriku memberi
keyakinan untuk tidak menyesali apa yang pernah terjadi.
Besok
paginya aku sempat bermain lagi dengannya sebelum check out. Betul-betul
suatu akhir pekan yang susah dilupakan. Akhirnya ia kutitipkan bekerja
di perusahaan temanku.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net
No comments:
Post a Comment