Bandar Bola Online - Cerita Skandal Dengan Kerabat Janda Kesepian - Saat aku menceritakan kisah ini aku berusia 29 tahun dan bekerja di
salah satu instansi pemerintahan. Aku menikah sejak 5 tahun yang lalu.
Aku berasal dari salah satu kota di pulau jawa dan kuliah di salah satu
kota di Jawa tengah. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan
swasta setahun dan akhirnya diterima di instansi pemerintahan tempat aku
bekerja sekarang.
Bandar Bola Terpercaya - Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota dan
pada 2 tahun yang lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di
propinsi asalku di jakarta yang berjarak sekitar 1-2 jam dari kota
asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku
harus bekerja dan terikat kontrak kerja yang tidak memperkenankannnya
mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 2 tahun masa kerjanya.
Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah
orang tuaku yang mereka beli untuk investasi. Karena kebutulan aku
pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di
kompleks perumahan yang cukup luas namun cenderung sepi karena
kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada
yang tinggal adalah para pendatang yang mengontrak rumah di sana. Jadi
lingkungan relatif apatis di sana.
Pada beberapa kesempatan aku
kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yang tinggal di suatu
kabupaten (sekitar 3 jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) untuk
sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan
saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yang dalam
hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di rumah salah satu
famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu
dari istri adik kakekku (susah ya ngurutinnya). Usianya lebih tua
sekitar 3 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Yati Octavia (tentu
Yati Octavia betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap,
dan badannya sekarang sedikit agak gemuk dan montok. Walaupun terhitung
nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja karena usianya ia risih
dipanggil nenek.
Pertemuan tersebut sebetulnya biasa saja, tapi
sebetulnya ada beberapa hal yang sedikit spesial terkait pertemuan
tersebut. Pertama, saya baru tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1
tahunan yang lalu. Ia yang berstatus honorer di sebuah instansi
pemerintah sedikit mengeluhkan kondisi kehidupannya (untung ia hidup di
kota kabupaten yang kecil) dengan 2 anak perempuannya yang berusia 10
dan 8 tahun. Saat itu aku bilang akan mencoba untuk membantu memperbaiki
status honorernya dengan mencoba menghubungi beberapa relasi/kolegaku.
Hal spesial yang lain adalah sedikit pengalamanku di masa lalu dengan
dia yang sebetulnya agak memalukan bila diingat (saat itu saya berharap
ia lupa). Waktu saya masih di bangku SMK, ia dan kadang bersama famili
yang lain sering berkunjung ke rumahku karena ia pernah kuliah di kota
kelahiranku namun kost di tempat lain. Ia kadang2 menginap di rumahku.
Pada waktu ia nginap dengan beberapa famili yang lain, aku sering
ngintip mereka mandi dan tidur. Sialnya sekali waktu, saat malam2 aku
menyelinap ke kamarnya (di rumahku kamar tidur jarang di kunci), dan
menyingkap kelambunya (dulu kelambu masih sering digunakan). Saya
menikmati pemandangan di mana ia tidur telentang dan dasternya
tersingkap sampai keliatan celana dalam dan sedikit perutnya. Saat itu
saya mencoba mengusap tumpukan vaginanya yang terbungkus celana dalam
dan pahanya. Setelah beberapa kali usapan ia tiba2 terbangun dan saya
pun cepat2 menyingkir keluar kamar. Sepertinya ia sempat melihat saya,
hanya saja ia tidak berteriak. Hari2 berikutnya saya selalu merasa risih
bertemu dia, namun iapun bersikap seolah2 gak terjadi apa2. Sejak saat
itu saya tidak pernah coba2 lagi ngintip ia mandi dan tidur. Hal itu
akhirnya seperti terlupakan setelah saya kuliah, ia menikah dan saya pun
akhirnya menikah juga. Inilah pertemuan saya yang pertama sejak saya
kuliah meninggalkan kota kelahiran saya.
Beberapa waktu kemudian
pada beberapa instansi ada program perekrutan pegawai termasuk yang eks
honorer termasuk pada instansi nenek mudaku tersebut. Pada suatu
pembicaraan seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, nenek mudaku
tersebut sempat minta tolong agar ia bisa diangkat sbg pegawai tetap dan
akupun kasak-kusuk menemui kenalanku agar nenek mudaku tersebut dapat
dialihkan status honorernya menjadi pegawai. Aku beberapa kali menelpon
nenek mudaku tersebut untuk meminta beberapa data dan dokumen yang
diperlukan. Entah karena bantuan kenalanku atau bukan, akhirnya ia
dinyatakan diterima sebagai pegawai. Nenek mudaku itu beberapa kali
menelponku untuk mengucapkan terima kasih, dan aku yang saat itu memang
tulus membantunya juga ikut merasa senang.
Beberapa bulan kemudian
aku mendapat telpon lagi dari nenek mudaku tersebut yang mengabarkan
bahwa ia akan ke kota tempatku bertugas karena ia harus mengikuti
pelatihan terkait dengan pengangkatannya sebagai pegawai di salah satu
balai pelatihan yang tempatnya relatif dekat dengan rumahku. Waktu itu
ia menginformasikan akan menginap di balai pelatihan tersebut namun akan
berkunjung ke rumahku juga.
Pada suatu hari Sabtu sore ia tiba di
rumahku dengan membawa koper dan oleh2 berupa panganan khas daerahnya
tinggal dan buah2an. Ia mengatakan hari pelatihannya dimulai hari Senin
namun ia takut terlambat dan akan segera ke balai pelatihan tersebut
malamnya. Aku tawarkan untuk istirahat dulu dan menginap satu malam.
Namun karena kekahwatiran tersebut ia menolak untuk menginap dan hanya
beristirahat saja. Maka ia kutunjukkan kamar tidur yang ada di samping
kamar tidurku untuk istirahat sejenak.
Tidak ada kejadian apa2
sampai saat itu, dan pada malam harinya ia kuantar ke balai latihan.
Namun di balai latihan tersebut suasananya masih sepi dan baru 3 orang
yang melapor itupun masih keluar jalan2. Melihat keraguan untuk masuk ke
balai latihan tersebut kembali aku tawarkan untuk menginap di rumah
dulu dan nanti Senin pagi baru kembali. Ia langsung menerima tawaranku
sambil menambahkan komentar bahwa ia dengar balai pelatihan tersebut
agak angker. Malam minggu ia menginap dan tidak ada kejadian yang
spesial kecuali kami mengobrol sampai malam dan ia menyiapkan
makanan/minumanku. Sampai saat itu belum terlintas apa2 dalam pikiranku.
Namun ketika ia selesai mencuci piring dan melintas di depanku yaitu
antara aku dan televisi yang sedang aku tonton ia berhenti untuk melihat
acara televisi sejenak. Saat itu aku melihat silhuote tubuhnya di balik
daster katunnya yang agak tipis diterobos cahaya monitor televisi. Saat
itulah pikiranku mulai mengkhayalkan yang tidak2. Maklum aku jauh dari
istri dan kalau ngesekspun dengan orang lain juga kadang2 (aku pernah
ngeseks dengan PSK yang agak elit dan beberapa mahasiswi tapi
frekuensinya jarang karena biaya tinggi). Saat itu ia saya suruh duduk
dekat saya untuk nonton TV bersama2. Kami pun ngobrol ngalor ngidul
sampai malam dan ia pun pamit untuk tidur. Malam Seninnya juga tidak
terjadi apa2 kecuali saat ngobrol sudah mulai bersifat pribadi tentang
masalah-masalahnya seperti anaknya yang perlu uang sekolah dan lainnya.
Aku katakan bahwa aku akan bantu sedikit keuangannya dan ia pun
berterima kasih berkali2 dan mengatakan sangat berhutang budi padaku.
Senin
paginya ia kuantar ke balai pelatihan tersebut dan dengan membawakan
kopernya saya ikut masuk ke kamarnya yang mestinya bisa untuk 6 orang.
Dengan menginapnya ia di sana, maka buyarlah angan2 erotisku pd dirinya
dan akupun terus ke kantorku untuk kerja seperti biasa. Namun pada sore
hari aku menerima telpon yang ternyata dari nenek mudaku tersebut. Ia
mengatakan bahwa agak ragu2 menginap di balai pelatihan tersebut karena
ternyata semua teman2 perempuannya tidak menginap di situ, tapi di rumah
familinya masing2 yang ada di kota ini sehingga di kamar yang cukup
untuk 6 orang itu ia tinggal sendiri kecuali jam istirahat siang baru
beberapa rekan perempuannya ikut istirahat di situ. dengan bersemangat
aku menawarkan ia menginap di rumah lagi sambil melontarkan
kekhawatiranku kalau ia sendiri di situ (sekedar akting). Ia terima
tawaranku dan aku berjanji akan menjemput dia sepulang kantor.
Akhirnya
iapun menginap di rumahku dan rencananya akan sampai sebulan sampai
pelatihan selesai. Angan2ku kembali melambung namun aku masih gak berani
apa2 mengingat penampilannya yang sdh sangat keibuan, kedudukannya
dalam kekerabatan kami yang terhitung nenek saya, dan sehari2nya kalau
keluar rumah pakai kerudung (tapi bukan jilbab). Aku betul2 memeras otak
namun gak pernah ketemu bagaimana cara bisa menyetubuhinya tanpa ada
resiko penolakan. Aku sedikit melakukan pendekatan yang halus. Sekedar
untuk memberi perhatian dan sedikit akal bulus sempat aku belikan ia
baju dan daster. Untuk daster aku pilihkan ia yang cenderung tipis dan
model you can see. Hampir setiap malam ia aku ajak keluar makan malam
atau belanja (walupun pernah ia sekali menolak dengan alasan capek).
Kalau ada kesempatan aku kadang2 mendempetkan badanku ke badannya bila
lagi jalan kaki bersama atau duduk makan berdua di rumah makan. Aku juga
sering keluar kamar mandi (kamar mandi di rumahku ada di luar kamar
tidur) dengan hanya melilitkan handuk di badan. Selain itu aku juga
kadang menyapa dan memujinyaa sambil memegang salah satu atau kedua
pundaknya bila ia memasak sarapan pagi di dapur. Dari semua itu saya
belum bisa menangkap apakah responnya positif terhadap aku. Dan setelah
hampir 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu pagi iapun pamit pulang ke
kotanya untuk menengok anaknya yang agak sakit dan akan kembali minggu
malamnya. Iapun pulang dan aku yang sendirian di rumah akhirnya juga
keluar kota ke kota kelahiranku yang jaraknya cuma 1 jam dari kota
tinggalku untuk main2 dengan teman2 masa SMKku serta silaturahmi ke
rumah orang tuaku.
Saat bertemu teman2 lamaku aku agak banyak
minum bir dan waktu tidurku agak kurang. Sore menjelang Maghirib akupun
pulang ke kota di mana aku tinggal, terlintas sebuah rencana untuk
menggauli nenek mudaku yang saya perkirakan akan lebih duluan sampai di
rumahku (ia kukasihkan kunci duplikat rumah untuk antisipasi seandainya
aku gak ada dirumah bila ia datang). RSS
Saya pun sampai di rumah
dan memang benar ia sudah ada di rumah. Ia bertanya kepadaku kenapa aku
pucat dan keringatan dan saat ia pegang dahi dan tanganku ia bilang agak
hangat (mugkin karena pengaruh begadang). Aku hanya berkomentar bhw aku
mau cerita tapi tidak enak dan minta agar malam ini makan malam di
rumah saja karena aku tidak enak badan. Ia tidak keberatan dan tanya aku
mau makan apa, aku bilang aku cuma mau makan indomie telur dan iapun
setuju. Seperti kebiasaannya ia selalu buatkan aku kopi dan teh untuk
dirinya, tak terkecuali malam itu.
Melihat aku masih pucat ia
menawarkan obat flu tapi aku bilang aku tidak flu dan tidak bisa cerita
sambil pergi dengan pura2 sempoyongan ke kamarku dan bilang aku mau
istirahat. Aku masuk kamar dan membuka baju dan berbaring di tempat
tidur dengan hanya pakai celana pendek. Iapun menyusulku ke kamarku dan
dengan iba bertanya kenapa dan apa yang bisa ia bantu. Dalam hatiku aku
mulai tersenyum dan mulai melihat suatu peluang. Ia bahkan menawarkan
untuk memijat atau mengerik punggungku, tapi aku mau langsung ke sasaran
saja dengan mempersiapkan sebuah cerita rekayasa.
Akhirnya aku
menatap ia dan menanyakan apakah ia mau tau kenapa aku begini dan mau
menolong saya. Ia segera menjawab bahwa ia akan senang sekali bisa
menolong saya karena saya sudah banyak membantunya. Iapun kusuruh duduk
di tempat tidur dan dengan memasang mimik serius dan memelas sambil
memegang salah satu tangannya akupun bercerita. Aku karang cerita bhw
aku baru saja kumpul2 sama teman2ku waktu ke luar kota tadi sore. Terus
ada salah satu temanku yang bawa obat perangsang yang aku kira adalah
obat suplemen penyegar badan. Karena tidak tau, obat itu aku minum dan
skrg efeknya jadi begini di mana aku kepingin ML dengan perempuan. Aku
karang cerita bhw bila tidak tersalur itu akan membahayakan kesehatanku
sementara istriku tidak ada di sini. Aku juga mengarang cerita bhw aku
sudah mengupayakan onani tapi tidak berhasil dan tidak mungkin aku
mencari PSK karena tidak biasa. Aku katakan bhw dengan terpaksa dan
berat hati aku mengajak ia bersedia untuk ML denganku untuk kepentingan
kesehatanku.
Mendengar ceritaku ia terdiam dan menundukkan
wajahnya, tapi salah satu tangannya tetap kupegang sambil kubelai dengan
lembut. Melihat itu, aku lanjutkan dengan berkata bhw kalau ia tidak
bersedia agar tidak usah memaksakan diri dan aku mohon maaf dengan
sikapku karena ini pengaruh obat perangsang yang terminum olehku. Selain
itu kusampaikan bahwa biarlah kutanggung akibat kesalahan minum obat
tersebut dan aku katakan lagi bhw aku sadar kalau permintaanku itu tidak
pantas tapi aku tidak bisa melihat jalan keluar lain sambil minta ia
memikirkan solusi selain yang kutawarkan. Ia tetap diam, namun kurasakan
bhw nafasnya mulai memburu dan dengan lirih ia berkata apa aku benar2
mau ML sama dia padahal ia merasa ia sudah agak tua, tidak terlalu
cantik, agak sedikit gemuk dan berasal dari kampung. Aku jawab bahwa ia
masih menarik, namun yang penting aku harus menyalurkan hasratku. Ia
diam lagi dan aku duduk dikasur sambil tanganku merangkul dan membelai
pundaknya yang terbuka karena dasternya model you can see. Kulitnya
terasa masih halus dan sedikit kuremas pundaknya yang agak lunak
dagingnya. Mukanya pucat dan bersemu merah berganti2, ia juga terlihat
gelisah.
Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tidak
tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali
(walaupun aku sudah yakin ia tidak akan menolak) dan akhirnya ada suara
pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tidak tau apa yang ia katakan tapi
instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan
mukaku ke wajahnya. Mula2 aku cium dahinya, setelah itu mulutku menuju
pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya yang sedikit
maju sudah menjadi isyarat bhw ia tidak keberatan. Sedikit lama aku
mencium kedua pipinya dan aku sejenak mencium hidungnya (di situ
kurasakan desah nafasnya agak memburu) lalu akhirnya aku mencium
bibirnya yang sudah agak terbuka sejak tadi. Sambil melakukan itu kedua
tanganku juga beraksi dengan halus. Tangan kananku merangkulnya melewati
belakang kepalanya kadang di bahu kanannya dan kadang di tengkuknya di
belakang rambutnya yang terurai. Sedang tangan kiriku merangkul
punggungnya dan mengusap paha kanannya secara bergantian.
Ciuman
bibir mulai kuintensifkan dengan memasukan lidahku ke mulutnya. Ia
gelagapan namun tangan kananku memegang tengkuknya untuk meredam gerakan
kepalanya. Ternyata ia tidak biasa dicium dengan memasukan lidah ke
mulut yang kelak baru saya ketahui belakangan.. Tangan kiriku terus
bergerilya, aku menarik bagian bawah dasternya yang ia duduki agar
tangan kiriku bisa masuk ke sela2 antara daster dan punggungnya.
Berhasil, tanganku mengusap punggungnya yang halus namun masih kurasakan
tali BH nya di situ. Dengan pelan2 kubuka tali BH nya. Terasa ada
sedikit perlawanan dari dia dengan menggerak2an punggungnya sedikit.
Iapun hampir melepaskan mulutnya dari mulutku. Namun bibirku terus
mengunci bibirnnya dan tugas tangan kiriku membuka pengait BH nya
dibelakan sudah terlaksana. Tangan kananku langsung berpindah dengan
menyelinap di balik daster bagian depan dan menuju BH nya yang sudah
terbuka. Aku biarkan BH tersebut dan tangan kananku menyelinap di antara
BH dan payudaranya. Aku elus2 dan cubit2 pelan payudara di sekitar
putingnya beberapa saat sebelum akhirnya menuju puting sampai akhirnya
payudara yang memang sudah tidak terlalu kencang tapi cukup besar itu
kuremas2 bergantian kiri dan kanan. Saat itu mulutnya menggigit bibirku,
aku terkaget2, dan dengan cepat kutanggalkan daster dan BHnya dan ia
kutelentangkan dikasurku. Ia rebah di kasurku dengan hanya mengenakan
celana dalam yang sudah tua dan sedikit lubangnya di bagian
selangkangannya. Aku langsung menggumulinya dengan mulutku langsung
menuju mulutnya. Ia sempat melenguhkan suara yang sepertinya menyebut
namaku. Aku tidak peduli. Mulutku bergeser ke lehernya dan kudengar ia
berkata dengan tidak jelas …. ?aduh kenapa kita jadi begini??. Aku tidak
peduli dan mulutkupun bergeser ke payudaranya secara bergantion.
Akhirnya suaranya yang awalnya seperti keberatan menjadi berganti dengan
lenguhan dan desahan yang lirih.
Aku bangkit dari badannya
sejenak untuk melepaskan celanaku sampai akupun telanjang bulat. Kulihat
ia sedikit kaget dan matanya terbuka melihatku seolah2 tak rela aku
melepaskan tubuhnya. Namun secepat kilat setelah aku telanjang bulat aku
kembali menggumulinya dan melumat bibirnya habis2an. Kedua tanganku
merangkulnya dengan memegang erat bahu dan belakang kepalanya. Kupeluk
ia erat2 dan iapun membalas ciuman bibirku dengan hangat bahkan liar.
Matanya terpejam dan kedua tangannyapun memeluk diriku dan kadang
megusap punggungku. Mulutku beralih ke payudaranya. Sekarang aku baru
bisa melihat jelas bentuk payudara dan tubuhnya yang lain. Memang bukan
bentuk yang ideal sebagaimana umumnya diceritakan di cerita2 saru
lainnya. Payudaranya memang besar (aku tidak tau ukurannya) tapi sedikit
turun dan tidak kencang. Tubuhnya masih proporsional walaupun cenderung
gemuk dengan adanya lipatan2 lemak di pinggangnya dan perut yang kendur
karena bekas melahirkan (mungkin), namun kulitnya begitu halus. Mulutku
lalu melumat puting payudaranya yang kiri dan tangan kiriku meremas
payudara yang kanan. Sedang tangan kananku bergerilya ke selangkangannya
dan mengusap2 bagian yang masih terbungkus celana dalam tersebut. Jari2
tanganku menemukan lubang pada robekan celana dalamnya yang sudah tua
sehingga jari2ku tersebut bisa mengakses ke bagian selangkangannya yang
mulai lembab pd rambutnya yang kurasakan cukup lebat. Jari2 kananku
memainkan klitorisnya dan kadang2 kumasukkan ke dalam lubangnya sambil
menggesaek2annya. Kurasakan desahan dan lenguhannya sedikit lebih keras
menceracau. Sekilas kulihat kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan
dengan pelan tapi mulai liar. Tangan kirinya dia angkat sehingga jarinya
ada didekat telinga kirinya sambil meremas2 seprai dan ujung bantal
tidak karuan. Tangan kanannya mengusap kepala dan menarik2 rambutku.
Akupun
mulai tidak bisa menahan diri lagi karena penisku sudah berdiri tegak
sejak tadi. Ukuran penisku biasa2 saja (sebetulnya aku agak heran dengan
ceritaa erotis yang bilang sampai 20 cm, aku tidak pernah mengukur
sendiri). Kutarik celana dalamnya sampai lepas. Kemudian aku melepaskan
tubuhnya dan mengambil posisi di antara dua pahanya. Waktu kulepas
tubuhnya sejenak tadi ia sempat tersetak dan matanya terbuka seolah2
bertanya kenapa. Tapi begitu melihat aku sudah dalam posisi siap
mengeksekusi dirinya iapun mulai memejamkan matanya lagi. Sambil
kuremas2 payudaranya sebelum memasukan rudalku ke liangnya aku sedikit
berbasa basi dan menanyakan apa ia ikhlas aku setubuhi malam ini. Dengan
lirih ia mempersilakan dan bibirnya sedikit tersenyum. Kedua tangannya
menarik badanku dan akupun mulai memasukkan penisku ke lubangnya.
Walaupun sudah lembab dan ia pernah melahirkan, ternayata aku tidak bisa
langsunga memasukkan penisku. Sampai2 tangan wanita yang telah lama
menjanda dan kehidupan sehari2nya begitu kolot ini ikut membantu
mengarahkan rudalku ke lubangnya. Rupanya nafsunya sudah membuat ia
terlupa.
Di luar terdengar hujan mulai turun dengan lebat menambah
liarnya suasana di kamarku dan pintu kamarku masih terbuka karena aku
yakin tidak ada siapa2 lagi di rumah tipe 60 milik orang tuaku ini.
Ujung rudalku mencoba merangsek kelubangnya scr pelan2 dengan gerakan
maju mundur dan kadang2 berputar di area mulut lubangnya. Tidak terlalu
lama rudalku mulai menembus liang senggamanya. Kepalanya bergerak ke
kiri dan kanan. Matanya merem dan kadang setengah terbuka. Tangannya ke
sana kemari kadang meremas seprai dan ujung bantal, kadang meremas
rambutku dan kadang mengusap punggung dan bahkan mencakar punggung atau
dadaku. Pinggulnya kadang menyentak maju menuju rudalku seolah2 sangat
ingin agar rudalku segera masuk. Akhirnya rudalku yang sudah masuk
sepertiganya ke liang senggamanya kucabut tiba2. Terlihat ia kaget dan
membuka matanya. Ia memanggil namaku dengan suara yang sudah dikuasai
birahi dan bertanya ada apa. Namun sebelum selesai pertanyaannya aku
langsung dengan cepat dan sedikit tekanan menghujamkan rudalku ke
liangnya yang walaupun sedikit seret tapi akhirnya bisa masuk seluruhnya
ke dalam lubangnya dan aku memeluknya dengan mukaku begitu dekat dengan
mukanya sambil menatap wajahnya yang penuh kepasrahan namun juga
dikuasai birahi yang kuat.
Ia tersentak dan melenguh keras …………..
aaaaaaaahh …. sejenak aku mendiamkannya dengan posisi seperti itu. Ia
mencoba menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan ruang gerak yang
terbatas. Aku pun mulai menggerakkan pinggulku ke belakang dan ke depan
dengan gerakan pelan tapi pasti. Tanganku mulai mempermainkan kedua
payudaranya dengan liar. Ia menceracau dan terus mendesah dan pinggulnya
mencoba untuk membawa diriku menggoyangnya lebih cepat lagi. Entah
beberapa kali namaku ia sebut. Ia juga menceracau ia sayang dan
mencintaiku. Dan aku yang sudah terbawa gelombang birahipun tidak
memanggil ia ?bibi? lagi (ia sebetulnya terhitung nenekku, namun karena
usianya tidak terlalu tua maka ia sering dipanggil bibi). Ya … dalam
keadaan birahi tersebut aku juga kadang menceracau memanggil namanya
saja. Seperti tidak ada perbedaan usia dan kedudukan di antara kami.
Entah
berapa lama aku menggoyangnya dengan gerakan yang sedang2 saja, tiba2
kedua tangannya merangkul tubuhku untuk lebih merapat dengan dia. Aku
pun melepaskan payudaranya dan juga akan merangkul tubuhnya. Kurasakan
betapa lunak dan empuk tubuhnya yang agak gemuk dan memang sudah tidak
terlalu sexy itu ketika kudekap. Semua bagian tubuhnya tidak ada yang
kencang lagi. Namun kelunakan tubuhnya dan kehalusan kulitnya ditambah
pertemuan dan gesekan antara kulit dadaku dengan kedua payudaranya
membawa sensasi yang luar biasa bagi diriku. Irama gerakan pinggulku dan
pinggulnya tetap stabil. Tiba2 ia mendesah dengan suara yang agak
berbeda dan kedua matanya memejam rapat2. Ia mempererat dekapannya dan
mengangkat pinggulnya agar selangkangannya lebih rapat dengan
selangkanganku. Setelah itu kedua kakinya mencoba mengkait kedua kakiku.
Gerakan bibir dan raut mukanya menunjukan kelelahan tercampur dengan
kenikmatan yang amat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Ia membuka
matanya dan wajahnya ia dekatkan ke wajahku sambil bibirnya terbuka dan
memperlihatkan isyarat untuk minta aku cium. Bibirkupun menyambar
bibirnya dan saling melumat. Ketika lidahku masuk kemulutnya, ternyata
ia sudah bisa mengimbangi walaupun dengan terengah2. Terbayang reaksinya
waktu orgasme tadi maka gairahku menjadi meningkat. Walaupun tau ia
sudah orgasme beberapa saat setelah itu aku mulai meningkatkan kecepatan
irama gerakan pinggulku untuk membawa rudalku menghujam2 liang
senggamanya.
Walaupun sambil berciuman aku tetap mempercepat
gerakan pinggulku. Awalnya pinggulnya mencoba mengikuti gerakan
pinggulku. Namun tiba2 ia melepaskan mulutku dan kepalanya bergerak
kekiri dan diam dengan posisi miring ke kiri sehingga aku hanya bisa
mencium pipi kanannya. Matanya merem melek. Dekapan tangannya
ketubuhkupun ia lepaskan dan ia angkat ke atas sehingga jari2 kedua
tangannya hanya meremas2 seprai di atas kepalanya. Kedua kakinya berubah
gerakan menjadi mengangkang dengan seluas2nya. Aku jadi mempecepat
gerakan pinggulku. Bahkan gerakan rudalku menjadi lebih ganas yaitu saat
aku memundurkan pinggulku maka rudal keluar seluruhnya sampai di depan
mulut liang senggamanya namun secepat kilat masuk lagi ke dalam
lubangnya dan begitu seterusnya namun tidak pernah meleset. Tangan
kiriku kembali meraba payu daranya dan kadang2 ke klitorisnya. Ia
menceracau dan kali ini tidak menyebut namaku namun berkali bilang ?aduh
…. ampun … sayang …? atau ?kasian aku sayang? dan bahkan ia bilang
sudah tidak tahan lagi. Namun aku tau ia terbawa kenikmatan yang luar
biasa yang sekian tahun tidak pernah ia rasakan. Malam dingin dan AC di
kamarku tidak bisa menahan keluarnya keringat di tubuh kami.
Tiba2
kembali ia melenguh, kali ini lebih keras dan mulutnya maju mencari
bibirku. Ya, ia kembali orgasme. Aku tidak menghiraukan mulutnya namun
lebih berkosentrasi untuk mempercepat gerakan pantatku sambil aku putar.
Putus asa ia mencoba mencium bibirku ia rebah kembali, namun pd saat
itu akupun mencapai puncaknya dan rudalku menyemburkan sperma yang
banyak ke liang senggamanya. Sementara liang senggamanya berdenyut
menerima sperma hangatku. Aku terkulai di atas tubuhnya dengan rudalku
masih di dalam liang senggamanya. Kami berpelkan dengan sangat erat
seolah2 tubuh kami ingin menjadi satu. Kami berciuman dan saling
membelai. Berkali2 kami saling mengucapkan sayang. Iapun mengungkapkan
betapa bahagianya ia karena selain bisa menolongku menyalurkan libidoku,
juga ia merasa terpuaskan kebutuhan yang tidak pernah ia rasakan sekian
tahun. Apalagi ketika setelah itu ia semapat bercerita betapa almarhum
suaminya begitu kolot dalam bercinta dan sekedar mengeluarkan sperma
saja. Ia baru tau bahwa bercinta dengan laki2 dapat lebih nikmat
dibanding yang pernah ia rasakan.
Kami tertidur sambil berpelukan.
Paginya ketika terbangun jam 8 pagi kami bercinta lagi dengan
sebelumnya menelpon ke tempat diklatnya untuk memberitahukan bahwa ia
tidak enak badan. Ia adalah tipe wanita yang juga agak kolot. Beberapa
variasi ia lakukan dengan kikuk. Ia sering tidak bersedia bila vaginanya
aku oral dengan alasan tidak sampai hati melihat aku yang banyak
menolongnya mengoral vaginanya. Tapi ia mau mengoral penisku kadang2.
Biasanya ia mau kalau ia sudah tidak bisa mengimbangi permainanku sedang
aku masih mau bercinta.
Selama sebulan ia tinggal di rumahku dan
kami sudah seperti suami istri …. bahkan percintaan kami sering lebih
panas. 2 hari setelah percintaan kami yang pertama aku malah sempat
mengantar ia ke dokter untuk pasang spiral agar tidak terjadi hal2 yang
tidak diinginkan. Hal yang kusuka darinya adalah ia ternyata pandai
menyembunyikan hubungan kami. Jadi bila ada tamu atau famili datang ke
rumahku, sikap kami biasa2 saja. Memang aku sempat mendoktrin dia bhw
hubungan kami ini adalah hubungan terlarang, namun karena awalnya
menolongku maka tidak apa2 dilanjutkan karena ia harus mengerti dengan
kebutuhanku sbg laki2 drpd aku kena penyakit bercinta di luaran maka ia
tidak perlu tanggung2 menolongku. Selain itu hal yang kusukai dari dia
adalah sikapnya yang berbakti kepadaku bila kami berdua saja. Hampir
semua permintaanku mau ia terima selama ia anggap permainan normal. Ia
bilang itu ia lakukan karena aku banyak menolongnya.
Kadang2 aku
memutarkan kaset video BF untuk memperlihatkan beberapa variasi padanya.
Aku bahkan sempat melakukan penetrasi di anusnya. Sebetulnya
kesediaannya untuk disodomi itu dilakukan dengan terpaksa karena pd saat
kami melakukan foreplay ternyata ia menstruasi. Melihat aku sudah di
puncak birahi ia mencoba melakukannya dengan tangan dan mulut tapi tidak
berhasil karena ia mmg tidak terlalu lihay. Akhirnya dengan dibantu
hand body cream maka anusnya lah yang jadi sasaranku. Sebetulnya aku
kasian juga melihat ia menitikan airmata waktu aku mulai menusukan
rudalku ke anusnya. Tapi karena aku sudah berada di ujung kenikmatan
maka aku tetap melakukannya.
Krn di rumah hanya kami berdua maka
kami melakukannya di mana saja, bisa di kamar mandi, bisa di depan TV,
dan lainnya. Hal yang paling mengesankan adalah suatu hari pada saat
saya pulang jam istirahat siang, ternyata iapun baru pulang juga untuk
istirahat di rumah karena ada informasi instrukturnya akan datang
terlambat sekitar setengah atau satu jam. Mendengar penyampaiannya itu
aku langsung mutup pintu rumah dan menyergapnya. Aku baringkan ia di
atas hambal di ruang tengah depan TV. Ia gelagapan dan berteriak2 senang
sambil berpura2 protes. Aku hanya menurunkan celana tidak sampai lepas
dan iapun cuma kusingkapkan rok panjangnya dan melepaskan celana
dalamnya. Baju PNS nya hanya kubuka kancingnya dan menarik BHnya ke
atas. Kerudungnya aku biarkan terpasang. Sehingga kamu bercinta dengan
tidak sepenuhnya telanjang. Mungkin karena agak tegang permainan kami
menjadi lebih lama dari permainan biasanya. Akhirnya kami istirahat di
rumah dengan hanya makan nasi dan telur dadar karena waktu istirahat
tersita untuk bercinta.
Pada saat ia kembali ke kotanya kami masih
berhubungan sebulan 3-4 kali dalam sebulan. Namun setelah aku pindah ke
kota lain hubungan kami jadi sangat jarang. Terakhir ia menikah lagi
dengan seorang duda yang usianya 7 tahun lebih tua dari dia. Itupun ia
terima setelah aku yang mendorong untuk menerimanya wkt ia menceritakan
bhw ada orang yang mau melamarnya.
Demikianlah ceritaku.
Sebetulnya sampai saat ia bersuamipun aku tau kalau aku datang kepada
dirinya dan ia punya waktu maka ia akan bersedia melayaniku. Hanya aku
tidak mau mengambil resiko yang lebih tinggi.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment