Judi Bola Terbaik - Nonton Bokep Bareng Tante Sebelah Rumah - Namaku Didi. Sekarang saya berkerja di salah satu perusahaan
multinasional di kota Bandung dan tinggal di daerah Jogjakarta. Cerita
yang akan saya tuturkan di bawah ini adalah kisah nyata yang terjadi
beberapa tahun yang silam. Dulu saya tinggal bersama kedua orang tuaku
di sebuah kompleks kecil milik sebuah instansi pemerintah dan dihuni
oleh beberapa keluarga saja di dalam satu pagar. Tetangga yang paling
dekat dengan kami adalah Om Yan dan Tante Puspa yang mempunyai 2 orang
anak laki-laki yang masih kecil-kecil, yang besar berumur 3 tahun dan
yang kecil berumur 1 tahun.
Judi Bola Online - Pada saat saya kelas 3 SMA, Om Yan secara kebetulan ditugaskan oleh
kantornya untuk belajar ke Jepang (terakhir saya baru tahu kalau Om Yan
bertugas selama 1 tahun lebih). Dan tinggallah Tante Puspa dan 2 orang
anaknya beserta 1 orang pembantunya. Keadaan tersebut membuat saya
berhasrat untuk selalu bertandang ke rumahnya dengan alasan ingin
bermain dengan kedua anaknya. Alasan tersebut cukup kuat karena orang
tua saya dan Tante Puspa tidak pernah curiga sama sekali. Seringkali
saya juga memergoki Tante Puspa sedang berganti pakaian di kamar dengan
tidak menutup pintunya, atau mandi dengan tidak menutup pintunya.
Sampai
pada suatu ketika, saat saya sedang bertandang ke rumahnya dan hanya
Tante Puspa yang ada di rumah. Kedua anaknya dan pembantunya
di-hijrah-kan ke daerah KD, sebelah timur kota BT karena Tante Puspa
sering berpergian. Dan kebetulan juga orang tua saya saat itu sedang
ditugaskan ke luar daerah. Dengan ikutnya ibu dan kakak saya, yang
berarti saya juga hanya tinggal sendiri di rumah.
Sekedar
gambaran, Tante Puspa itu mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm,
mempunyai pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang
ramping, dan perut yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic,
fitness, dan renang yang diikutinya secara berkala), dengan didukung
oleh buah dada yang besar dan bulat (belakangan saya baru tahu bahwa
Tante Puspa memakai Bra ukuran 36B untuk menutupinya). Dengan wajah yang
seksi menantang dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante
Puspa menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung
belang.
Hingga pada suatu sore, saat saya mendengar ada suara
langkah kaki di luar, kemudian saya intip dari jendela dan ternyata
Tante Puspa baru pulang. Tidak lama kemudian saya ingin ke kamar mandi
(kamar mandinya terletak di luar masing-masing rumah dan ada beberapa
tempat yang berjejer). Di saat saya keluar dari kamar mandi, saya
berpapasan dengannya. Dia memakai kimono tipis warna biru muda dengan
handuk di pundak dan rambut yang diikat agak ke atas sehingga leher
jenjangnya terlihat seksi sekali. Sedangkan saya hanya memakai celana
pendek tanpa kaos (memang kalau di rumah, saya jarang memakai
kaos/baju).
“Malem Tante”, saya sapa dia agar terlihat agak sopan.
“Malem Mas Dio.. kok belum tidur..?” balasnya.
Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya.
“Mas Dio..” katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.
“Ya Tante..?” Jawab saya.
“Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.
“Eee.. nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
“Mas Dio di rumah lagi ngapain sekarang..?” tanya dia.
“Lagi nonton. Emangnya kenapa Tante..?” saya tanya dia lagi.
“Lagi nonton apa sih..?” tanya dia agak menyelidik.
“Lagi nonton BF Tante”, kata saya yang tidak tahu dari mana tiba-tiba saya mendapat keberanian untuk bilang begitu.
“BF..? tanya dia agak kaget.
“Maksudnya Blue Film..?”
“Iya.. emangnya ada apa sih Tante? Kalo tidak ada apa-apa saya mau nerusin nonton lagi nih..” kata saya dengan agak memaksa.
“Eee.. mau bantuin Tante nggak..? Soalnya Tante agak takut sendirian di
rumah. Kalau kamu mau sambil nonton juga boleh kok. Bawa aja filmnya ke
rumah, Tante juga punya beberapa film seperti itu. Nanti Tante temenin
nontonnya deh”, kata dia agak merajuk.
“Iya deh Tante, saya pilihin dulu yang bagus”, kataku tanpa ba bi Bu langsung setuju dengan ajakannya.
Pucuk
di cinta ulam tiba, sesuatu yang sangat aku impikan sejak lama untuk
bisa berdua dengan Tante Puspa. Hari ini aku akan berdua dengannya
sambil menonton Film Biru dengan harapan bisa melihat keindahan ragawi
seorang wanita yang aku puja-puja dari dulu dan bahkan (mungkin)
merasakan kenikmatannya juga.
Singkat kata saya langsung
memilah-milah video yang bagus-bagus (Maklum, waktu itu masih jamannya
Betamax, belum VCD). Kemudian saya masuk rumah Tante Puspa lewat pintu
dapurnya. Saya setel lebih dulu video yang tadi saya tonton dan belum
habis. Beberapa menit kemudian Tante Puspa masuk lewat pintu dapur juga
dengan wangi tubuh yang segar, apalagi rambutnya juga kelihatan basah
seperti habis keramas. Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih
terbalut kimono tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga
dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak
memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa
mulai keras dan kencang, kejantananku juga sudah mulai menegang. Dengan
santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton film BF yang
sedang berlangsung.
“Cakep-cakep juga yang main..” akhirnya dia memberi komentarnya.
“Dari kapan Mas Dio mulai nonton film beginian..? tanyanya.
“Udah dari dulu Tante..” kataku.
“Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Mas Dio udah tahu rasanya belum..? tanya dia lagi.
“Ya belum Tante. Tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku.
“Ah Mas Dio ini kok jadi nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku.
“Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.
Tidak
lama berselang, tiba-tiba Tante Puspa menyenderkan kepalanya ke bahuku.
Seketika itu pula aku langsung kaget dan bingung karena belum pernah
sama sekali melakukan perbuatan itu. Tapi aku hanya bisa pasrah saja
oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Puspa sudah mulai
mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut (karena lagi-lagi
aku tidak memakai kaos saat itu). Rangsangan yang ditimbulkan dari
usapannya cukup membuat aku nervous karena itu adalah kali pertama aku
diperlakukan oleh seorang wanita, apalagi wanita tersebut tidak lain
adalah Tante Puspa. Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut
siap bertempur.
Kemudian Tante Puspa mulai menciumi leherku, lalu
turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat
ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri. Tangan kanan Tante Puspa
juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap
kejantananku.
Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang,
aku mulai memberanikan diri untuk membuka kimono yang dia pakai. Aku
remas payudaranya, dan aku pilin-pilin ujung dari payudara yang berwarna
kecoklatan dan sangat sensitif itu, terkadang aku juga mengusap
ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku. “Ssshh.. ya situ sayang..”
katanya setengah berbisik. “Ssshh.. oohh..”
Tiba-tiba dia memaksa
lepas celana pendekku, dan diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami
saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai
menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku
mulai bergerilya ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang
rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana
dalam Tante Puspa, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat.
Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan kemaluannya. Dia kelihatan
agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar
klitorisnya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua dan
kemudian aku tambah satu jari lagi sehingga menjadi tiga ke dalam liang
kemaluannya. “Aaahh.. sshh.. oohh.. terus sayang.. terus..” bisik Tante
Puspa.
Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya
terlihat agak bergetar. “Ya.. terus sayang.. terus.. aahh.. sshh..
oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh..
aarrgghh..” kata Tante Puspa.
Seketika itu pula dia memeluk
tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku
merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu
bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya
mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan
terkulainya tubuh Tante Puspa yang terlihat sangat lemas di sofa.
“Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku.
“Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Puspa.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya
sampai mengenai klitorisnya, aku dekati payudaranya yang menantang itu
sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya.
Sehingga rupanya Tante Puspa juga tidak tahan menerima paksaan
rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali
terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang seksi. Aku
usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir
kemaluannya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia
membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya
dorong kejantananku agar masuk semua.
Kepala kejantananku mulai
menyentuh bibir kewanitaan Tante Puspa. “Ssshh..” rasanya benar-benar
tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Lalu Tante Puspa mulai menyuruhku
untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam dan
pelan-pelan. “Aaahh..” baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan,
lalu Tante Puspa mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang
kejantananku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam. Bagian dalam
kewanitaannya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret,
mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Puspa tetap
memaksakannya masuk. “Aaagghh..” rasanya memang benar-benar luar biasa
walaupun kejantananku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar
biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Puspa.
Lalu Tante Puspa
mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya,
yang membuatku semakin gila. Ia sendiri pun mengerang-ngerang dan
mendesah tak karuan. Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat,
seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah licin,
dan makin lama Tante Puspa terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang
membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak
kuasa menahannya. Dan tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh
liang kewanitaan Tante Puspa, yang tiba-tiba dinding-dinding
kewanitaannya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali. Aduuh.. kalau
begini aku makin tidak tahan dan.. “Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar
lagii..” jeritnya dengan keras, dan makin basahlah di dalam kewanitaan
Tante Puspa, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar
menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya
Tante Puspa terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap tertancap
dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena
aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah
kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan
ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu
ujungnya dengan lidahku. Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang keluar dan
terasa hambar dari ujung payudaranya, yang ternyata susu. “Ssshh..
shh..” desahan Tante Puspa sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya
untuk berganti posisi dengan doggy style. Awalnya dia menolak dengan
alasan belum pernah bersetubuh dengan gaya itu, setelah aku beritahu
alasanku, akhirnya dia mau juga dengan berpesan agar aku tidak
memasukkan air maniku ke dalam liang kewanitaannya.
Aku mencoba
untuk menusukkan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya, pelan tapi
pasti. Kepala Tante Puspa agak menengok ke belakang dan matanya melihat
mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa
sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih
dalam. Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam kewanitaan
Tante Puspa, lalu aku mulai menggerakkan kejantananku perlahan-lahan
sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini,
desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang
tadi.
Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang
kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk
menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan seksi. “Ssshh..
aarrgghh.. oohh.. terus sayaang.. terus.. aarrgghh.. oohh..” Tante Puspa
terus mengerang.
Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Puspa
merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga
tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam
bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan
tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu sambil lututnya
terus menyangga pantatnya agar tetap di atas. Dan aku merasa
kejantananku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut
padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari
mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti
menggerakkan pinggulku terus.
Aku merasakan tubuhku agak mengejang
seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku
akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Puspa
dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam
liang kewanitaan Tante Puspa. Mata Tante Puspa terlihat agak terbelalak
ketika merasakan ada cairan yang memenuhi bagian dalam dari
kewanitaannya. Sesaat kemudian aku ambruk di atas tubuhnya, tubuhku
terasa sangat lemas sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku
melepaskan kejantananku dari liang nikmat milik Tante Puspa.
Dengan
agak malas Tante Puspa membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku
sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil
tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.
“Kok dikeluarin di dalem sih Mas Dio..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar.
“Tadi kan saya sudah bilang ke Tante, kalau punya saya berdenyut-denyut,
tapi Tante nggak ngejawab sama sekali..” kataku membela diri.
“Ya kan terasa kalau sudah mau keluar..” katanya.
“Saya mana tahu rasanya kalau mau keluar.. ini kan yang pertama buat saya. Jadi saya belum tahu rasanya..” jawabku.
“Terus entar kalau jadi gimana?” katanya lagi.
“Nggaakk tahu Tante..” jawabku dengan suara yang agak terbata-bata karena takut dengan resiko tersebut.
“Ya sudahlah.. tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung
buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan
diriku yang terlihat takut.
“I.. iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.
Lalu Tante Puspa
berdiri menghampiri video dan TV yang masih menyala, dan mematikannya.
Kemudian tangannya dijulurkan, mengajakku pindah ke kamar untuk tidur.
Akhirnya kami tertidur pulas sampai pagi sambil saling berdekapan dalam
keadaan polos tanpa sehelai benang pun.
Itulah awal dari
perbuatan-perbuatan saya bersama Tante Puspa. Selama hampir 2 tahun
Tante Puspa memberi saya banyak pelajaran dan kenikmatan yang sangat
luar biasa. Terkadang jika Tante Puspa sedang sangat menginginkannya,
aku selalu siap melayaninya, kecuali jika keadaanku sedang tidak fit
atau sedang ada keperluan keluarga atau sekolah. Dan jika aku yang
sedang menginginkannya, Tante Puspa sangat tidak keberatan melayaniku,
bahkan dia terlihat sangat senang. Tidak jarang aku diajak pergi untuk
melakukan fitness atau olah raga atau hanya sekedar jalan-jalan atau
ngerumpi bersama teman-temannya. Akhirnya aku baru tahu kalau Tante
Puspa sebenarnya sangat haus akan seks, dia adalah wanita yang bertipe
agak mendewakan seks. Dan dia akan melakukan apa saja demi seks. Tapi
sebenarnya pula dia tidak begitu kuat dalam bersetubuh, sehingga dia
bisa berkali-kali mengeluarkan cairannya dan berkali-kali pula tubuhnya
terkulai lemas.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment